Semua Bab Suara Desahan di Kamar Anakku: Bab 211 - Bab 220

334 Bab

211 Adik Ipar Egois

Khaila menyodorkan kembali ponsel Bu Anjani pada Mas Yusuf yang tatapannya datar."Ini poto kita bertiga, Mas. Aku Khaila dan Mba Anjani adalah adik Mas Yusuf." Khaila menunjukan poto yang bisa ditebak gambar mereka bertiga tanpa kehadiranku.Wajah Mas Yusuf nampak bingung. Mungkin dia masih proses mengingat-ingat pada memory di kepalanya."Saya tidak ingat," ucap Mas Yusuf sambil menggelengkan kepala. Tatapannya masih sama."Mas, aku dan Mba Anjani adik kandung, Mas Yusuf. Kita sudah bersama-sama sejak puluhan tahun." Khaila masih berusaha membangkitkan memory Mas Yusuf.Sementara aku, tak dapat bicara apa-apa. Aku hanya diam seraya menatap sumiku yang terlihat sudah linglung karena amnesia."Sudah, Khai. Biarkan Mas Yusuf mencerna ingatannya terlebih dahulu. Biarkan Mas Yusuf pelan-pelan mengingat kembali memorynya." Bu Anjani melerai. Khaila diam, raut wajahnya nampak emosi menahan kecewa.Mas Yusuf tak menanggapi apa-apa. Responnya datar-datar saja. Sepertinya Mas Yusuf masih kesu
Baca selengkapnya

212 Adik Ipar Yang Jutek

Aku menunjuk diri sendiri. Bisa-bisanya Khaila menyalahkan aku. Padahal jelas dirinya sendiri yang sedari dari menekan Mas Yusuf."Kenapa saya yang disalahkan?" Setengah berbisik aku bertanya. Mas Yusuf sudah kembali tidur dan istirahat. Aku tak mau mengganggunya."Karena kamu salah! Kamu masih saja berada di sini. Sudah saya bilang kamu segera pergi, tapi memaksa untuk tetap di sini!" Khaila dengan sinisnya.Aku mengusap dada. Khaila benar-benar tak paham kondisi. Dalam kondisi Mas Yusuf seperti ini dia masih saja dengan egonya yang tinggi.Kulirik kembali suamiku. Aku semakin yakin kalau aku harus tetap berada di dekatnya. Meninggalkan Mas Yusuf sama saja membuat keadaan semakin buruk.Aku tak mau menimpali ucapan Khaila yang pedas. "Saya tak akan kemana-mana."Aku membalikan badan lalu duduk di sofa yang berada di ruangan yang sama. Aku pura-pura tidur dengan memejamkan mata yang tak mengantuk. Entahlah, Khaila benar-benar sudah memancing emosiku. Beruntung aku bukan tipe manusia p
Baca selengkapnya

213 Siapa Wanita Masa Lalu Itu?

Sedikit terkejut namun aku masih berusaha tenang. "Makan dulu ya, Mas," pintaku lagi dengan nada yang sangat dilembut-lembutkan."Saya bisa makan sendiri," ketusnya. Mas Yusuf duduk kemudian meraih piring dalam pangkuanku. Wajahnya datar kemudian makan dengan tangan sendiri karena tak mau disuapi olehku.Aku berusaha tetap tenang dan mengukir senyum. Walau pun Mas Yusuf cuek dan tak membalas tatapanku, aku tetap merasa lega karena suamiku sudah mau makan.Saat Mas Yusuf batuk karena tersendat makanan, aku pun segera menyodorkan air minum kepadanya."Siapa wanita yang bernama, Mia?" Di sela-sela makan siangnya Mas Yusuf mengajukan pertanyaan."Kamu mengingatnya, Mas?" Aku menyeringai senang."Entahlah. Nama itu seperti nama yang sering saya sebut sebelum saya terdampar di tengah hutan." Mas Yusuf menjelaskan.Hening sesaat karena aku merasa bingung. "Mia adalah istri kamu, Mas," balasku.Mas Yusuf kembali diam. "Saya tidak mengingat apa-apa lagi selain nama itu saja," jelasnya lagi."P
Baca selengkapnya

214 Difitnah

Satu minggu setelah pemulihan usai koma. Hari ini Mas Yusuf sudah diperbolehkan pulang. Kami menyambut kabar baik ini dengan wajah semringah. Aku segera mengemasi barang-barang Mas Yusuf yang sempat dibawa Bu Anjani ke rumah sakit. Kepulangan kali ini juga dijemput oleh Bu Anjani dan suaminya.Aku segera mendorong kursi roda yang diduduki Mas Yusuf dengan semangat menuju kendaraan roda empat milik Bu Anjani."Apa Mas Yusuf sudah bisa mengingat, Mba Mia?" tanya Bu Anjani berbisik kepadaku di tengah-tengah langkah.Aku menggelengkan kepala. "Belum, Bu," jawabku."Mba Mia, sabar ya. Saya yakin ingatan Mas Yusuf akan kembali normal." Bu Anjani nampak menguatkanku.Aku mengangguk. Berusaha mengukir senyuman walau sulit.Kami masuk secara bersamaan ke dalam mobil Bu Anjani yang berukuran besar. Rasa bahagia bercampur haru sendu. Bahagia karena akhirnya Mas Yusuf bisa pulang dan berkumpul bersama. Sedihnya karena memory suamiku sedikit tergores sehingga belum mampu mengingatku.Tapi meski pu
Baca selengkapnya

215 Adik Ipar Semakin Menyebalkan

Aku kini sudah berada diantara Khaila dan Mas Yusuf."Mas, kalau Mia ini wanita yang baik, mengapa dia lancang menguping pembicaraan kita dan mecampuri dengan tidak sopannya. Dia lancang, Mas," tuduh Khaila lagi."Tidak, Khaila. Mengapa kamu jahat sekali sama saya. Kamu tega. Salah saya apa sama kamu? Harusnya sebagai adik kandung, kamu berusaha memulihkan ingatan suami saya," kesalku pada sang adik ipar yang tak punya hati."Cukup, cukup! Kalian jangan bertengkar di sini. Saya mau istirahat." Mas Yusuf tak membela siapa-siapa diantara kami. Mungkin dia masih ragu dengan ucapan Khaila.Aku menghela napas kesal. Hanya bisa berharap semoga Mas Yusuf tak termakan ucapan adiknya yang pendusta itu."Saya akan keluar, Mas. Ingat selalu hati kecil terdalam. Saya ada di bagian terdalam itu, Mas. Jangan sampai Khaila merusak cinta kita," tuturku pada Mas Yusuf yang masih terlihat kebingungan"Tutup mulut kamu!" Khaila geram."Sudah, Khaila. Keluar dari kamar ini. Kalian berdua keluar. Saya mau
Baca selengkapnya

216 Suamiku Dibawa Pergi

Puluhan menit aku menunggu di dalam kamar. Seseorang dari luar tengah berusaha mendobrak kunci pintu kamarku. Entah siapa. Aku pikir sepertinya security dan Ijah. Semua pembantu di rumah Mas Yusuf memang menghormatiku sebagai suami majikannya. Setidaknya, mereka tidak pro kepada Khaila.Setengah jam berlalu, akhirnya pintu kamar bisa dibuka. Aku menyeringai kemudian melangkah cepat keluar kamar. Dua security dan Ijah nampak tersenyum di depanku."Terima kasih ya," ucapku pada mereka."Sama-sama, Bu. Tapi mohon maaf kunci kamar Ibu jadi rusak. Saya akan segera menggantinya," balas salah satu security."Tidak apa-apa. Karena kalau bukan dengan cara itu, tentu saya bisa benar-benar terjebak di dalam sampai waktu yang tak bisa dipastikan." Aku tersenyum lega."Iya, Bu. Kami berdua permisi ke depan ya." Kedua security langsung pergi dari hadapanku usai kujawab dengan anggukan kepala.Tapi, Ijah masih berada di dekatku. "Mengapa bisa terkunci, Bu? Biasanya kan kuncinya ada di dalam kamar. S
Baca selengkapnya

217 Semakin Dibuat Kesal

Dada ini kembang kempis dengan napas yang memburu."Kamu serius, Sis?" Bukan tak yakin dengan Siska, aku hanya memastikan sekali lagi."Serius lah, Mia. Mana bisa aku bergurau dengan kondisi sekacau ini." Siska terdengar sangat yakin."Aku tidak membebaskan Jenifer, Sis. Sepertinya ini perbuatan Khaila," terkaanku."Sepemikiran." Siska mengiyakan."Baik, Siska. Terima kasih atas pemberitahuan ini," ucapku sebelum sambungan telepon ini diakhiri."Sama-sama, Mia. Tapi tunggu, bolehkan aku bertanya satu hal?"Aku mengernyitkan dahi. "Tanya soal apa, Sis?" Berbalik tanya."Ada apa dengan, Khaila? Apa dia jahat sama kamu?" Siska terdengar mengkhawatirkanku.Aku diam beberapa detik. Aku memang belum menceritakan mengenai kelakukan Khaila selama ini. Aku hanya bercerita mengenai keadaan Mas Yusuf yang hilang ingatan."Tidak jahat, Sis. Hanya saja Khaila masih belum benar-benar legowo menerimaku sebagai kakak iparnya," jelasku menyanggah pikiran buruk Siska."Baiklah. Aku merasa lega kalau m
Baca selengkapnya

218 Usaha Awal

Saat tengah sendiri, aku kembali menangis. Aku yang lemah memang hanya mampu meluruhkan air mata saat mengeluarkan emosi.Aku berdiri di depan jendela kamar yang pintunya belum sempat aku tutup. Menatap keluar kamar dengan taman yang indah di samping rumah Mas Yusuf, namun tak begitu mampu mengobati hati yang kembali sendu.Berkali-kali aku mengusap air mata, namun berkali-kali juga bulir bening ini luruh membanjiri pipi tanpa bisa dikendalikan."Kenapa kamu menangis?" Suara bariton bertanya di belakangnya. Gegas aku menoleh. Aku terkejut lalu segera mengusap pipi yang basa dengan jemari tangan."Mas!" Bibir ini masih tertarik ke bawah. Kedatangan Mas Yusuf di kamarku seperti menambah tangisan."Kamu kenapa menangis? Bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan." Mas Yusuf berbicara dengan wajah datar. Dia bahkan terlihat enggan menatapku."Apa maksud kamu, Mas?" Aku tak mengerti dengan penuturan Mas Yusuf kepadaku. Kening ini sampai mengerut."Kamu sudah mendapatkan saya de
Baca selengkapnya

219 Mulai Melunak

Segera kulajukan kendaraan roda empat milik Mas Yusuf. Tak akan kubiarkan Khaila menghalangi langkahku kali ini. Biarkan dia kelabakan sendiri saat menyadari Mas Yusuf sudah tak ada di kamar tamu."Kita akan pergi kemana?" Dalam perjalanan, Mas Yusuf bertanya.Aku yang fokus dengan setir mobil langsung mengukir senyum. Bahagia rasanya mendengar pertanyaan dari suamiku."Kita akan ke sebuah tempat yang sejuk dan indah. Tempat pertama kali kamu menyatakan cinta sama saya, Mas," jawabku.Mas Yusuf kembali diam. Mungkin dia tengah mengingat-ingat tempat yang aku maksud."Khaila berkata, kamu wanita jahat. Kamu licik telah merebut saya dari tangan Jenifer," kata Mas Yusuf. Sudah kuduga, mulut Khaila memang berbisa. Dia telah berhasil meracuni pikiran Mas Yusuf."Apa kamu percaya dengan cerita, Khaila?" Aku malah bertanya. Hanya ingin tahu saja."Entah kenapa, perasaan saya menolak itu. Saya merasa kalau kamu bukan wanita yang dituduhkan Khaila dan Jenifer," jawab Mas Yusuf.Aku sedikit me
Baca selengkapnya

220 Tempat Kenangan

Mas Yusuf menoleh ke arahku. Dia manatapku. Ini adalah tatapan kedua setelah kemarin. Sungguh hati terasa senang."Mas, apa kamu mengingat sesuatu?" gegas kubertanya.Mas Yusuf meluruskan kembali tatapannya. Dia menggeleng pelan."Mas, Mba Mia adalah wanita yang telah mengobati luka di hati Mas Yusuf, akibat masa lalu." Bu Anjani kembali menjelaskan."Saya masih tak ingat apa-apa. Yang terlintas dalam bayangan hanyalah seorang wanita tertangkap basah tengah berselingkuh dengan laki-laki lain. Tapi wajahnya bukan Mia atau pun Jenifer," ungkap Mas Yusuf. Cukup mengejutkan jantungku."Itu adalah wanita di masa lalu, Mas Yusuf. Wanita itu telah meninggal usai tertangkap basah. Dia kecelakaan. Wanita masa lalu itu yang telah membuat Mas Yusuf sulit move on, sampai akhirnya Mba Mia datang dan secara langsung menyembuhkan luka di hati, Mas Yusuf yang telah berkarat." Bu Anjani kembali menjelaskan. Adik Mas Yusuf yang satu ini memang sangat mendukungku. Dia berusaha yang terbaik untuk kakakny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
34
DMCA.com Protection Status