Share

218 Usaha Awal

Saat tengah sendiri, aku kembali menangis. Aku yang lemah memang hanya mampu meluruhkan air mata saat mengeluarkan emosi.

Aku berdiri di depan jendela kamar yang pintunya belum sempat aku tutup. Menatap keluar kamar dengan taman yang indah di samping rumah Mas Yusuf, namun tak begitu mampu mengobati hati yang kembali sendu.

Berkali-kali aku mengusap air mata, namun berkali-kali juga bulir bening ini luruh membanjiri pipi tanpa bisa dikendalikan.

"Kenapa kamu menangis?" Suara bariton bertanya di belakangnya. Gegas aku menoleh. Aku terkejut lalu segera mengusap pipi yang basa dengan jemari tangan.

"Mas!" Bibir ini masih tertarik ke bawah. Kedatangan Mas Yusuf di kamarku seperti menambah tangisan.

"Kamu kenapa menangis? Bukankah kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan." Mas Yusuf berbicara dengan wajah datar. Dia bahkan terlihat enggan menatapku.

"Apa maksud kamu, Mas?" Aku tak mengerti dengan penuturan Mas Yusuf kepadaku. Kening ini sampai mengerut.

"Kamu sudah mendapatkan saya de
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status