Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 181 - Bab 190

200 Bab

Sebuah Lamaran

“Justru karena aku anak rakyat jelata, jadi aku bisa mengatakan apapun yang aku mau! Bukankah kau harus menjaga martabat anak bangsawan? Kenapa kau bisa selancang itu?!” sahut Pandya dengan santai, tanpa memikirkan ucapan Tibra dengan serius. Sebenarnya Pandya sudah terbiasa dengan panggilan anak rakyat jelata dulu, dan kini dirinya kembali diingatkan dengan sebutan itu setelah hampir satu tahun dia tidak pernah mendengarnya lagi. Tapi, entah kenapa sudah tidak ada rasa sakit yang dia rasakan saat mendengar ejekan itu, yang dulu membuatnya merasa sangat frustasi. Pandya terkekeh kecil saat melihat ekspresi Tibra dengan wajah merahnya. Sedangkan Tibra berusaha menahan amarahnya, saat tubuhnya di tahan oleh tetua yang ada di sebelahnya. “Tertawalah sesukamu! Kita lihat sampai kapan kau bisa tertawa seperti itu!” ucap Tibra sambil menyeringai. Dengan isyarat mata, Tibra membuat sang tetua mengeluarkan sebuah perkamen dengan pita merah yang mengikatnya. Pandya dan Tuan Waata yang m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

Kembalinya Attaya

“Tuan Waata, sepertinya Pangeran Tibra salah bicara karena masih muda…” Ucap tetua Ajaran Api yang langsung disanggah oleh Tuan Data. “Apa itu bisa menjadi alasan yang cukup?!” sahut Tuan Waata dengan nada tinggi dan tatapan tajam yang menusuk. “Tuan Waata, apa anda akan menyerang kami?!” tanya Tibra dengan tatapan tidak bersahabat. Tuan Waata yang seakan mendapatkan ancaman yang tersirat, merasa jika dirinya dianggap bukan lawan yang sulit dihadapi. Membuat Tuan Waata semakin geram, dengan tangan yang mengepal kencang. “Tak ada yang tidak mungkin!” jawab Tuan Waata sambil mengeluarkan tenaga dalamnya. ZHIIIING! Seketika tempat itu dilingkupi dengan tenaga dalam dari Tuan Waata dan Pangeran Tibra secara bersamaan, membuat suasana menjadi mencekam. Mereka sama-sama menatap satu sama lain, dengan tatapan tajam seolah ingin melampiaskan kekesalan mereka pada satu sama lain. WHUUUUSH! ZHIIIING! Suasana semakin memanaskan, dengan semakin bertambahnya tekanan dari tenaga da
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

Atreya Yang Asli

Semua orang menatap ke asal suara dengan tatapan takjub, bahkan Tibra dan Pandya yang sedang bertarung benar-benar langsung menghentikan pertarungan mereka. Mereka menatap seseorang yang baru saja berteriak, juga menatap Attaya secara bergantian.Wajah yang mereka lihat hampir sama, bahkan orang yang baru saja berteriak memiliki wajah yang sama persis seperti Atreya yang sebenarnya mereka semua kenal.Namun, dari sekian banyak orang yang terkejut, Pandya hanya tersenyum lega karena apa yang ditunggunya sejak tadi sudah datang. Bahkan, Tuan Waata dan Attaya tidak ada yang menyangka jika Atreya sudah sadar dan dapat berjalan sendiri.“Mohon maaf atas kelancaran saya, Pangeran!” ucap pria itu sambil membungkukkan badan memberi hormat.“Kau…?” tanya Tibra menggantungkan ucapannya.“Benar saya adalah Atreya yang asli, adik saya menggantikan selama ini karena tubuh saya yang kurang sehat,” jelas Atreya dengan nada menyesal.Tuan Waata yang tercekat sejak tadi, memandang sang anak dengan tat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-28
Baca selengkapnya

Bergabungnya Pengikut Baru

“Ini adalah pola sihir pemindah, setelah ini kami semua akan meninggalkan Ajaran Angin dengan menggunakan pola sihir ini!” jawab Pandya dengan tegas, sambil menuliskan sesuatu pada secarik kertas yang langsung hilang saat dirinya memasukkan pada pola sihir kecil yang disimpannya.“Jadi, apa yang bisa saya bantu untuk Pangeran?” tanya Tuan Waata setelah memahami penjelasan Pandya.Pandya tersenyum penuh arti tanpa menjawab, sambil mengambil kertas yang muncul dari pola sihir kecilnya. Setelah membaca sekilas isi tulisan di dalamnya, Pandya langsung membakar kertas itu dengan jarinya.WHOOSH!“Tuan Waata akan sangat dibutuhkan saat waktunya sudah tiba! Ksatria Penjaga gerbang Timur dan Barat Padepokan Nagendra, akan menemui Tuan Waata untuk menjelaskan rencana Klan Sakra selanjutnya!” jelas Pandya sambil memberi isyarat kepada para pengikutnya untuk bersiap.Semua mulai mengemasi perlengkapan mereka, walaupun mereka semua juga belum mengetahui tugas mereka setelah ini. Tapi, mereka perc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-02
Baca selengkapnya

Menjalankan Rencana

“Ba— bagaimana mungkin?!” teriak Dipta dengan suara tercekat. Semua pun juga menatap Pandya dengan tidak percaya. Mereka sangat menghormati sosok sang Pemimpin Padepokan, yang berhasil menunjukkan sosok pemimpin yang kuat dan tidak terkalahkan. Tapi, kata-kata tidak terkalahkan memang membuat ucapan Pandya menjadi masuk akal. Karena ilmu terlarang itu sangat sulit untuk ditangani, bahkan sering orang bilang siapapun yang mempelajarinya sama saja seperti menumbalkan jiwa raganya kepada iblis. “Kalian tidak perlu terlalu memikirkannya! Rencana kita sudah jelas, kalian hanya perlu menjalankan rencana yang akan aku jelaskan!” ucap Pandya dengan tegas. Mereka mengangguk mengerti, sambil mendengarkan dengan seksama rencana yang dijelaskan oleh sang Pangeran. Dengan waktu yang cukup singkat, mereka semua takjub dengan rencana yang telah dibuat oleh Pandya. “Jadi, apa kalian semua sudah paham?!” tanya Pandya setelah menyelesaikan penjelasannya. “Sudah, Pangeran!” sahut mereka semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

Kenyataan Yang Terungkap

Tidak ada jawaban dari pria bertopeng itu. Mereka hanya terus saling menghindar dan menyerang, dengan Pandya yang terus mencoba mengikis jaraknya untuk menuju singgasana sang ayah.Dengan bantuan dari para pengikutnya yang berada di luar ruangan, pria bertopeng itu berhasil kehilangan perhatian yang langsung dimanfaatkan oleh Pandya. Dia menusukkan beberapa jarum beracun, ke beberapa titik fatal di tubuh pria bertopeng itu.Namun, semua yang dilakukan oleh Pandya tidak ada gunanya. Karena ketika jarum beracun itu dia coba tancapkan, tubuh pria bertopeng itu langsung berubah menjadi kabut hitam, dan jarum tadi hanya tembus melewatinya.Kabut hitam itu langsung mengarah pada Tuan Urdha, dan kemudian lenyap begitu saja tepat di atas Sang Pemimpin. Tapi, tubuh Tuan Urdha memberikan reaksi tidak terduga, setelah kabut itu menghilang matanya mulai memerah, dengan kulit yang semakin memucat.Tidak butuh waktu lama, hingga Pandya menyadari apa yang sedang terjadi.Pandya langsung menggunakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

Cinta Tuan Urdha

“Saya harap, anak kita nanti tidak menjadi perhatian banyak orang! Kalau perlu kita buat anak kita tidak memiliki kekuatan sama sekali, agar anak kita tetap bisa hidup nyaman tanpa ancaman!” jawab Akshita bersemangat, karena merasa mendapatkan ide yang cukup tepat.“Bagaimana bisa kita menghilangkan kekuatan anak kita sendiri?! Kau tahu bukan kalau aku adalah pemimpin padepokan, walaupun tanpa kekuatan itu, keturunanku tetap akan memiliki kekuatan dan kemampuan di atas rata-rata!” sahut Tuan Urdha yang terlihat tidak setuju, dengan rencana tidak masuk akal yang diucapkan istrinya.Pandya yang menyaksikan kejadian itu, hanya bisa menelan ludah dengan susah payah. Tubuhnya tidak bergeming sejak tadi, dan terus mencoba mencerna setiap hal yang baru diketahuinya setelah puluhan tahun.''Kita bisa buat anak kita tidak bisa mempelajari tenaga dalam! Saya berjanji anak kita tidak akan menyusahakan, dan nantinya anak kita akan menyelamatkan Tuan dari ilmu kejam yang ada dalam tubuh ini!” sahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

Masuk Dalam Ingatan

“Siapa yang berani-beraninya mempermainkannya?!” teriak Tuan Urdha emosi.'Jangan terima persyaratan itu, Ayah!’Tulisan itu membuat Tuan Urdha merasa dirinya dipermainkan. Tidak mungkin ada seseorang yang akan memanggilnya ayah, jika semua keturunannya masih bayi dan beberapa masih berada di dalam perut istri-istrinya.“Apa kau melakukan ini, karena aku menanamkan benih pada istriku hampir secara bersamaan?!” teriak Tuan Urdha pada udara kosong dihadapannya.“Memang benar, aku melakukan itu agar aku bisa menikahi orang yang aku cintai! Tapi, permainan seperti ini sangat tidak lucu! Tunjukkan wujudmu sekarang!” teriak Tuan Urdha kembali dengan frustasi.Pandya terhenyak mendengar pernyataan dari sang ayah, itulah alasan usianya dengan para saudara tirinya tidak jauh berbeda. Memang masuk akal, jika itu yang dipikirkan oleh sang pemimpin. Mengingat pernikahan sebelumnya merupakan pernikahan aliansi, yang mengharuskan memilih satu wanita untuk meneruskan garis keturunan dari setiap Ajar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

Padepokan Janardana

“Kau mungkin tidak bisa membayang betapa bahagianya aku! Tapi, kau tahu? Mereka melakukan itu semua hanya untuk melindungiku, tapi aku selalu menyalahkan mereka tentang apa yang terjadi padaku selama ini!” ucap Pandya lirih dengan suara berat.Sakra tidak bisa berkata-kata, dia paham yang kini dirasakan oleh Pandya lebih kearah penyesalan. Tapi, tidak ada yang bisa menyalahkan Pandya, karena apa yang dialaminya juga bukan hal yang mudah untuk dihadapi.Mengingat, mereka berdua pertama kali bertemu saat Pandya hampir menjemput ajalnya. Dan setelah itupun, nyawa Pandya masih terus terancam dengan berbagai macam sabotase dari orang-orang yang yang notabennya masih saudara sendiri.‘Kau tidak bisa terus menyesalinya! Semua sudah terjadi, dan yang terpenting dari semua itu adalah apa yang akan kau lakukan setelahnya!’ ucap Sakra mencoba membangkitkan semangat Pandya kembali“Kau benar! Ibu pun juga memiliki mimpi yang sama sepertiku, dan aku mewujudkan mimpi itu!” sahut Pandya dengan tatap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

Perjanjian Licik

Ekspresi wajah Tibra langsung berubah. Dengan seringaian yang mengembang lebar di wajahnya, bisa terlihat jelas jika dirinya sangat puas dengan apa yang baru saja diperlihatkan oleh Tuan Huda.“Apa Tuan memiliki saran, agar rencana ini bisa digunakan dengan lebih maksimal?” tanya Tibra yang masih melihat rencana besar, yang disimpan oleh Tuan Huda.“Kau cukup pintar untuk menyadarinya! Tidak salah aku datang ke tempat ini!” sahut Tuan Huda sambil terkekeh kecil.Tibra yang merasa tersanjung dengan pujian yang diberikan, memberikan senyuman sambil membungkuk kecil sebagai ucapan terima kasih. Sedangkan para tetua dan ketiga calon pewaris lain yang melepas kesempatannya, hanya bisa melihat interaksi mereka tanpa mengetahui rencana pasti yang akan mereka lakukan.“Kau bisa melakukannya dengan lebih rapi! Bukankah kau bisa memakan daging tanpa harus mengotori tanganmu?!” lanjut Tuan Huda menjelaskan rencananya secara tersirat, sambil tersenyum miring menatap Tibra.Tibra yang langsung pah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status