Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 151 - Bab 160

200 Bab

Tamu Tak Diundang

“Apa yang kau rencanakan?! Kami tidak ada urusan denganmu!” sahut Pandya dengan tegas.Sosok yang tidak lain adalah Hansa yang sudah berhasil menyusul mereka, membuat Pandya dan para pengikutnya tidak senang. Apalagi, ada yang mengganjal dari kedatangannya yang seorang diri, karena Pandya yakin tidak ada orang lain lagi setelah dia mencoba merasakan keadaan sekitar.“Hahaha…, aku sudah menduga sikapmu akan seperti ini! Apa kau terkejut dengan kehadiranku?” tawa Hansa menggema di seluruh ruangan itu.“Kau tidak diterima disini! Jadi, kalau tidak ada hal penting, lebih baik kau lanjutkan saja perjalanan tanpa mengusik kami!” jawab Pandya dengan nada kasar.Hansa tidak menjawab, dan malah berjalan berkeliling mengamati keadaan di dalam ruangan itu. Dia bersikap seakan tidak pernah mendengar apapun yang Pandya katakan.Pandya bangun dari posisinya, diikuti oleh semua pengikut dan bersikap waspada. Mereka benar-benar tidak tahu, apa rencana Hansa mendatangi mereka seorang diri dan bersikap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-03
Baca selengkapnya

Kesepakatan

“Apa maksudmu berkata seperti itu?!” tanya Pandya yang merasa curiga ada hal yang disembunyikan oleh Hansa.“Kau tidak mengira hanya informasi itu saja yang akan aku berikan, bukan? Aku yakin kau tidak akan menerima tawaranku jika hanya informasi itu yang kau dapatkan!” jawab Hansa sambil tersenyum miring.Pandya menggertakkan gigi untuk menahan rasa kesalnya. Dia merasa seperti sedang dipermainkan oleh Hansa sejak awal, dan itu membuatnya merasa malas meladeni setiap ucapan Hansa.Rasa penasarannya sudah tidak seperti awal tadi, dan membuat logikanya berjalan.“Informasi apa lagi yang akan kau berikan?! Ini akan menjadi penentu untuk kesepakatan kita!” sahut Pandya dengan tatapan memicing.“Huh, kau tidak seru sama sekali!” dengus Hansa. “Aku mendengar sebelum ini, Dipta telah mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi dan berhasil mengembangkannya. Aku tahu kemampuanmu kini sudah jauh berkembang, tapi apa kau yakin bisa melindungi seluruh pengikutmu dari serangannya?!” jelas Hansa dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-05
Baca selengkapnya

Kecewa Dan Bahagia

DRAAP! DRAAP! DRAAP!Suara langkah kaki Pandya dan para pengikutnya yang berlari sepanjang lorong, terdengar menggema dengan cukup lantang. Mereka tidak menggunakan jurus meringankan tubuh, untuk menghemat tenaga dalam yang sebelumnya sudah cukup terkuras.Tidak jauh mereka berlari, langkah mereka langsung terhenti saat di depan mereka sudah terlihat lorong yang bercabang seperti yang diucapkan oleh Hansa. Dan Hansa pun sudah bersemedi di depan lorong-lorong itu karena datang terlebih dahulu. Dirinya yang tidak perlu menghemat tenaga, langsung menggunakan jurus meringankan tubuh tanpa merasa sungkan sedikitpun.“Kenapa kalian lama sekali?! Aku sudah bosan sejak tadi menunggu kalian!” kesal Hansa sambil berdiri dari posisi semedinya.“Bukankah kamu sendiri yang ingin menunggu?! Jadi, jangan mengoceh kan hal yang kamu lakukan atas keinginanmu sendiri!” jawab Pandya langsung membuat Hansa terdiam.Pandya mulai meraba tanah di sekitarnya, untuk merasakan energi dari setiap lorong itu. Tot
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-06
Baca selengkapnya

Kebebasan Sakra

‘Kau bisa lakukan apapun yang kau mau! Lagipula, kau sudah sangat lama tersegel dan hanya berada di sampingku setelahnya, kau berhak untuk menikmati kebebasannya!’ ucap Pandya dengan yakin.Sakra terdiam, dia tidak menyangka jika Pandya sangat memikirkannya. Padahal, dia kira memang sudah kewajibannya untuk melindungi Pandya, tanpa bisa berharap timbal balik sedikitpun. Tapi, pada akhirnya dia bisa mendapatkan kebebasan yang belum pernah dia rasakan.'Bukan berarti aku tidak berat untuk melepasmu. Tapi, aku juga tidak ingin menahanmu hanya karena keegoisanku. Aku sudah sangat bersyukur kau sudah selalu melindungiku hingga saat ini!’ lanjut Pandya bersungguh-sungguh karena tidak mendapat respon dari Sakra.'Aku tahu kau tidak akan mudah melepaskan ku!’ sahut Sakra percaya diri. ‘Tapi, kau tetap mau membebaskan aku. Aku tidak tahu harus berkata apa!’Suara Sakra mulai bergetar. Mungkin jika Sakra adalah manusia, saat ini dirinya sudah menangis karena terharu. Tapi, mengingat gengsinya y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-09
Baca selengkapnya

Monster Lorong

Tawaran Hansa membuat Dipta cukup terkejut, dan membuatnya menaikkan alis sambil balas menatap Hansa. Mereka tidak sadar banyak pasang mata yang sedang melihat interaksi mereka, walaupun tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka bahas saat ini.“Taruhan apa yang kau maksud?!” tanya Dipta setelah Hansa menarik wajahnya dan sedikit menjauh dari Dipta.“Kau bilang, kalau kau percaya dengan kemampuan Pandya bukan? Kau harus melawan Pandya, tanpa memberitahu taruhan kita pada siapapun!” jawab Hansa dengan santai.“Maksudnya, aku harus menyerang Pangeran Pandya? Bukankah itu jelas, aku yang akan tewas?!” tanya Dipta yang masih bingung dengan jawaban Hansa.“Itulah taruhan yang aku maksud! Pandya akan melawan hingga kau tewas, atau mengalah agar kau selamat!” jelas Hansa dengan penuh semangat.Dipta meletakkan kitab yang dibawanya tadi, kemudian meletakkannya di bawah dengan masih beralaskan sebuah potongan kain. Dia menatap tajam ke arah Hansa, untuk mencoba mencari tahu hal apa yang seben
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

Batu Mana Merah

Para murid Ajaran Sihir mulai membuat perisai sesuai arahan Pandya, sambil melindungi murid Ajaran Ramuan yang membawa para murid yang cidera menuju tempat yang aman. Untungnya, area lorong dengan tanah dan bebatuan kristal itu tidak terlalu panjang untuk dilewati.Namun, tetap saja tidak akan mudah untuk mereka melewatinya begitu saja. Mengingat monster-monster itu seperti tidak ada habisnya terus berdatangan, dan menyerang secara bersamaan. Seperti hewan buas yang harus darah, mereka menyerang dengan gigi taring yang mencuat keluar dan air liur yang terus menetes.PAAATS!CRAAAST!SHROOOT!Suara tebasan tidak ada hentinya, hingga Pandya menyadari adanya kejanggalan dari jumlah monster yang tidak berkurang. Bahkan, darah yang berceceran baru dia sadari jika warnanya bukan merah melainkan hijau gelap. Pencahayaan dari bebatuan kristal membuat mereka tertipu sejak awal, bahkan Pandya tidak bisa melihat dari mana para monster itu datang.Pandya mencoba berkomunikasi dengan Atreya, untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-24
Baca selengkapnya

Pola Aliran

Setelah beristirahat beberapa saat, dan murid yang terluka sudah kembali pulih. Kelompok Pandya mulai melanjutkan perjalanan mereka, dengan Pandya yang memimpin di depan dan Hansa berada paling belakang.Secara tidak langsung, Pandya sudah mulai mempercayakan penjagaan di barisan belakang pada Hansa. Bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu, karena terakhir kali peran Hansa dalam membunuh para monster cukup banyak membantu sehingga korban tidak terlalu banyak.Perjalanan berikutnya kini berjalan dengan cukup tenang, Pandya juga tidak merasakan adanya tenaga lain yang mendekat ke arah mereka. Dan itu berarti taktik mereka untuk mengecoh Danar sudah berhasil, jadi dia tidak perlu memikirkan pertarungan yang tidak diperlukan.Setelah perjalanan panjang mereka, pada akhirnya mereka menemukan secercah harapan. Pandya dan gerombolannya melihat ujung lorong yang sudah tidak jauh didepan mereka. Dengan langkah yang dipercepat, mereka sampai di ujung lorong itu dalam waktu singkat.Kini dihad
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-24
Baca selengkapnya

Menyelesaikan Ujian

Pandya menatap ke arah tangan Hansa menunjuk. Dia cukup terkejut dengan pola ukiran di atas kotak hitam besar itu, yang sama persis dengan pola yang ada di pintu batu tadi.“Sebenarnya bagaimana kau bisa mengetahui pola aliran energi itu? Padahal sebelumnya kau juga tidak mengetahuinya?” tanya Hansa yang penasaran dengan keberhasilan Pandya yang seperti sebuah keberuntungan.“Sepertinya memang ini salah satu keberuntunganku. Bagaimana lagi mengatakannya kalau bukan sebuah keberuntungan?!” jawab Pandya dengan seringaian yang mengembang di wajahnya.Hansa menatap Pandya dengan penuh rasa penasaran. Sedangkan Pandya sendiri, hanya merasakan kebahagiaan dari keberuntungan yang dia dapatkan secara tidak terduga itu.Sebenarnya Pandya sendiri tidak yakin jika pada akhirnya dirinya bisa membuka batu besar itu, tapi entah bagaimana tubuhnya bereaksi tanpa diduga. Sejak awal dia memang merasakan sesuatu yang tidak asing, aliran energi dari dalam tubuhnya mulai membuat kekuatan dalam Batu Ratna
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-25
Baca selengkapnya

Isi Perkamen

Suasana akademi terasa sepi, mengingat hanya ada Pandya dan para pengikutnya yang sudah kembali dan menyelesaikan ujian. Mereka kembali tepat sebelum matahari tenggelam, dan langsung beristirahat di asrama masing-masing.Disepanjang perjalanan, Pandya tidak berhenti memikirkan ucapan sang paman. Sejak awal, sambutan yang mereka dapat memang sangat janggal. Ditambah, para tetua yang tidak mengantarkan mereka memulai ujian, sampai datang berbondong-bondong untuk melihat mereka dengan tatapan tidak percaya.Mungkin jika berpikir karena kelompok Pandya menyelesaikan ujian lebih awal, itu memang masuk akal. Tapi, saat Pandya mendengar suara telepati Akandra, hal itu hanya bisa berarti ada sesuatu yang tidak biasa terjadi.Tepat tengah malam setelah Pandya istirahat beberapa saat, dia langsung menyelinap keluar dari akademi. Entah karena kemampuannya yang sudah berkembang selama ujian atau karena penjagaan malam itu sedikit longgar, Pandya dengan sangat mudah untuk keluar dari akademi. Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya

Tuan Catra

***Di dalam hutan Wanantara, sesosok pria tua yang hampir menginjak usia 60 tahunan sedang melesat dengan jurus meringankan tubuh miliknya. Dari arah belakang, segerombolan pendekar dengan berbagai kemampuan dan latar belakang nampak seperti sedang berlomba untuk dapat mencapai sosok pria tua itu terlebih dahulu.WHUUUUSH!Suara angin yang terdengar akibat kecepatan mereka,membuat suasana di dalam hutan itu semakin mencekam. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin banyak pula pendekar yang mengejar pria tua itu.“Tuan sepertinya kita akan terus terpojok! Sebenarnya kenapa mereka melakukan ini terhadap Tuan?! Padahal Tuan merupakan pendekar nomor satu saat ini!” teriak sebuah pedang yang menggantung di samping tubuh pria tua itu.“Justru sebutan itulah yang membuat mereka melakukan semua ini! Tapi, aku tidak akan membiarkan kekuatan yang aku miliki dan aku latih selama ini jatuh ke tangan mereka!” jawab pria tua itu dengan napas yang mulai terengah-engah.“Bagaimana cara kita bisa selama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status