Semua Bab Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Bab 161 - Bab 170

183 Bab

Lubang Bawah Tanah

Lubang besar di tengah hutan yang dibuat seorang diri oleh pendekar nomor satu itu, mulai mengusik warga desa di sekitarnya. Pasalnya, tenaga dan getaran yang sangat besar, terasa hingga di desa dan membuat bangunan-bangunan disana rusak. Namun, kekhawatiran warga tidak mendapatkan perhatian dari para petinggi padepokan. Bahkan, para pendekar yang berlalu lalang mencari perbekalan, menambah suasana mencekam di dalam desa. Suasana jauh berbeda dengan area sekitar lubang besar itu, karena para pendekar mulai mengerubunginya secara berkelompok. Mereka bergerak sesuai arahan dari Tuan Brama, yang tampak sudah sangat siap dengan pengejaran mereka. “Jangan ada yang lengah! Kita tidak tahu apa yang Tuan Cakra siapkan untuk kita di dalam sana!” teriak Tuan Brama sembari masuk ke dalam lubang besar itu. Di dalam lubang itu mereka semua berada di ruangan yang sangat luas, dengan dinding batu yang tertata sangat rapi. Semua yang ada di ruangan itu dibuat takjub, karena hanya dengan satu o
Baca selengkapnya

Menerima Kenyataan

Tepat setelah Tuan Brama menanyakan maksud ucapan Tuan Catra, dari arah lorong lain muncul para pendekar yang juga selamat. Tanpa menunggu perintah, mereka berkumpul tepat di belakang Tuan Brama berdiri. Melihat dirinya yang kini memiliki lebih banyak pasukan dibanding sebelumnya, seringaian di wajahnya menjadi lebih lebar. Dia melupakan ucapan Tuan Catra sebelumnya, dan malah menunggu reaksi apa yang akan diperlihatkan oleh pendekar nomor satu itu setelah terpojok. “Kau terlihat lebih senang saat mendapat tambahan pasukan? Tapi, seperti ucapanku sebelumnya, aku tidak ada niatan sama sekali untuk menuruti kemauanku! Jadi, lebih baik kau berhenti sampai disini!” ucap Tuan Catra dengan nada tegas. “Sepertinya malah mau yang tidak pandai menilai situasi! Bukankah lebih baik kau menyerahkan diri dengan baik-baik, daripada harus berusaha namun tetap sia-sia?!” sahut Tuan Brama mengejek. “Hahaha…! Karena kau dalam suasana hati yang baik, aku akan memberikan kejutan untukmu!” Tuan Cat
Baca selengkapnya

Negosiasi

“Rencana apa yang kau pikirkan?” tanya Akandra yang cukup terkejut dengan pernyataan Pandya.Padahal sampai detik itu, Akandra masih belum bisa menemukan alasan agar Pandya masih bisa menjalani kehidupan normalnya di dalam akademi. Karena jika informasi tentang jati diri Pandya terkuak, maka bukan hanya para tetua yang akan memburunya. Tapi, juga para murid akademi yang mengincar kekuatannya.“Tapi, sebelumnya aku harus memastikan sesuatu terlebih dahulu!” jawab Pandya sambil menatap sang paman dengan penuh arti.“Apa yang perlu kau pastikan? Kau tidak mungkin ingin bertemu para tetua untuk menanyakannya bukan?” tanya Akandra khawatir dengan apa yang sedang keponakannya itu pikirkan.“Paman tenang saja, aku juga tidak sebodoh itu sampai menyerahkan nyawaku dengan cuma-cuma!” jawab Pandya sambil terkekeh saat melihat ekspresi Akandra yang khawatir.Akandra mengelus dadanya lega. Sebenarnya, kekhawatiran Akandra bukan tanpa sebab. Siapapun yang mengenal Pandya, pasti tahu jika jalan pik
Baca selengkapnya

Kembalinya Sakra

Pagi harinya, suasana akademi kembali dibuat riuh dengan beredarnya kabar jika kelompok Tibra telah berhasil menyelesaikan ujian. Hal itu bertambah parah, saat informasi tentang kelompok Pandya telah berhasil lebih dahulu menyebar.Tibra yang kesal karena menjadi yang kedua, mencoba mencari informasi lengkap pada salah satu tetua dari Ajaran Api. Namun, tanpa dia kira jika informasi itu jauh lebih mengejutkan dibandingkan dirinya yang menempati posisi kedua dalam ujian.“Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?!” tanya Tibra dengan suara lantang karena amarah, kepada salah satu tetua di dalam ruang kerja sang tetua.“Hanya ada satu alasan yang bisa menjelaskannya. Tapi, para tetua masih berhati-hati untuk mengambil langkah selanjutnya,” jawab tetua yang sedang duduk di kursi kerjanya.BRAAAAK!Suara rak buku yang dihantam dengan sekuat tenaga, cukup memekakkan telinga. Untung saja, ruangan itu diselubungi dengan mantra sihir pelindung. Sehingga, siapapun tidak akan ada yang bisa menden
Baca selengkapnya

Alasan Hansa

“Hah, omong kosong! Aku yakin sebenarnya kau sudah ada rencana bukan?!” sanggah Sakra saat melihat Pandya yang bertanya sambil tersenyum.“Sepertinya aku benar-benar tidak bisa menipumu!” jawab Pandya sambil terkekeh.Pandya mengambil perkamen yang ada di bawah, kemudian menggulungnya kembali dan memasukkan ke balik pakaiannya. Dia merasa ini bukan saat yang tepat untuknya menyerap jurus itu. Apalagi, Sakra baru saja kembali dan banyak yang harus dibicarakan diantara mereka.“Masalah utamaku hanya untuk membuktikan pada para tetua, jika apa yang mereka perkirakan itu salah! Jadi, aku hanya perlu berpura-pura bodoh sampai aku menyelesaikan semua ujian akademi!” jelas Pandya mengutarakan pikirannya.“Apa kau pikir para tetua itu akan percaya ucapanku dengan mudah?!” tanya Sakra dengan nada tinggi karena kesal.Mendengar Sakra yang kesal dengan penjelasannya, Pandya malah kembali terkekeh kecil. Terlihat jelas jika dia yakin apapun yang sudah direncanakannya, akan berjalan lancar tanpa m
Baca selengkapnya

Interogasi

Beberapa tatap mata, tertuju pada satu orang di dalam ruangan yang cukup luas. Dengan puluhan pertanyaan yang dilontarkan, membuat satu orang yang menjadi pusat itu merasa terintimidasi. Hal itu terus berulang, dengan berganti orang sebagai pusat disetiap jamnya. Sejak pagi, para pengikut Pandya mulai dipanggil satu persatu, secara bergilir tanpa sepengetahuan yang lain. Namun, hal itu tentu saja langsung diketahui oleh para murid, karena para penjaga terus berkeliaran di sekitar asrama. Pandya sendiri sejak awal, tidak memberikan arahan apapun kepada para pengikutnya. Entah kenapa, dirinya yakin jika para pengikutnya tidak akan memberikan pernyataan yang berdampak buruk padanya. “Pangeran tenang saja! Kami sudah menyamakan dan menyesuaikan jawaban!” ucap Dipta pada Pandya yang masih duduk di tepi tempat istirahatnya. “Jawaban apa yang kau berikan?” tanya Pandya memastikan, walaupun dia tahu jawaban apapun yang diberikan para pengikutnya tidak akan mengarah pada dirinya yang se
Baca selengkapnya

Sebuah Bukti

Seperti sudah menantikan seseorang yang akan datang, para tetua langsung mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Sebenarnya, Pandya sudah sedikit menebak siapa orang yang ditunggu oleh para ketua. Karena sejak awal, dia memiliki firasat jika orang itu akan menjadi penentu untuk keputusan yang akan diambil oleh para tetua.Dan benar saja, tebakan Pandya sangat tepat. Hansa memasuki ruangan dengan ekspresi wajah tenang, tanpa mempedulikan Pandya yang sedang duduk di tengah ruangan itu.“Kau datang tepat waktu! Duduklah!” perintah salah seorang tetua, sambil mengarahkan tangannya pada salah satu kursi di ruangan itu.Hansa mengikuti perintah tanpa merespon ucapan. Dia masih bertahan dengan mulutnya yang mengatur rapat, walaupun entah sampai kapan dia akan tetap diam seperti itu.Pandya melirik Hansa dengan ujung matanya. Kini riwayat nya ada di tangan saudara perempuannya itu. Walaupun sebelumnya dia berhasil meyakinkan Hansa, namun tetap saja Pandya tidak bisa mengetahui
Baca selengkapnya

Bukti Buatan

“Apa kira-kira kau memiliki sesuatu yang bisa kita gunakan?!” tanya Hansa yang sedikit kesal.Pasalnya dia kira sejak awal Pandya membujuknya, Pandya memiliki rencana yang matang. Namun nyatanya, dia tidak memiliki rencana apapun dan hanya memberi tawaran kepada Hansa untuk bergabung dengannya tanpa persiapan.Pandya yang berpikir keras, akhirnya terpikirkan sebuah ide yang belum dicobanya. Namun, sejak awal dia memang ingin menggunakan benda itu, walaupun masih belum tahu harus bagaimana cara menggunakannya.“Aku punya rencana! Tapi, lebih baik kau berpaling atau menutup mata!” ucap Pandya memberi peringatan.“Rencana apa yang kau maksud? Kenapa aku harus menutup mata?!” tanya Hansa tanpa menghiraukan ucapan Pandya.Pandya mengambil Batu Mana Merah, yang dia simpan di dekat tempat istirahatnya. Dia teringat telah mengambilnya, untuk mencari penawar dari efek yang ditimbulkan saat melihat batu itu.Hansa yang tidak sengaja melihat batu itu, merasakan suasana sekitarnya menjadi merah m
Baca selengkapnya

Pendukung Baru

“Bukankah itu perkamen yang kau dapatkan saat membuka peti hitam besar itu?!” teriak Hansa teringat kembali kekesalannya saat rencana yang dibuatnya gagal.“Benar! Aku mendapatkan dua perkamen, tapi aku hanya akan memperlihatkan salah satunya padamu. Semoga ini bisa semakin meyakinkanmu jika kau tidak salah mengambil keputusan dengan mendukungku!” jawab Pandya sambil menyerahkan gulungan perkamen di tangannya pada Hansa.Namun, tepat setelah Pandya menyerahkannya, Sakra melakukan protes karena tidak percaya dengan pilihan yang diambil oleh Pandya.‘Apa kau yakin akan mengatakan semua rahasiamu padanya?!’ tanya Sakra tiba-tiba dengan nada sedikit kesal, karena sebelumnya Pandya tidak membahas hal itu dengannya.'Tidak masalah! Walaupun sangat beresiko, tapi sepertinya memang hanya dengan cara ini bisa meyakinkan seorang calon pewaris Padepokan!’ sahut Pandya dalam hati.'Lalu bagaimana jika dia berkhianat dan menceritakan semuanya pada orang lain?! Kau akan lebih kesulitan dibandingkan
Baca selengkapnya

Perkumpulan Para Tetua

Dalam beberapa hari setelah interogasi para tetua, kelompok lain mulai berhasil menyelesaikan ujian. Walaupun, nyatanya sangat banyak anggota yang gagal, dan hanya para pemimpinnya yang berhasil menyelesaikannya.Para tetua pun belum memberikan reaksi apa-apa setelah interogasi, dan bahkan tidak ada instruksi khusus untuk Pandya setelah hari itu. Pandya hanya memanfaatkan waktu untuk terus berlatih di ruang pelatihan, dengan para pengikutnya yang kini mendominasi akademi.Kini, jika para pemimpin digabungkan pun jumlahnya masih lebih banyak Pandya dengan para pengikutnya. Jadi, tidak ada rasa khawatir sedikitpun bagi Pandya, menjalani kehidupannya di akademi setelah ini.Setelah interogasi itu, Pandya secara khusus meminta Akandra untuk memusnahkan batu Mana Merah yang masih tersembunyi di dalam makam bawah tanah. Dan diwaktu yang bersamaan, dia mendapatkan pengikut baru yang tidak diduga.Agha juga ikut andil dalam pemusnahan itu, dan bersumpah setia pada Pandya. Awalnya, Pandya mer
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status