“Bukankah itu perkamen yang kau dapatkan saat membuka peti hitam besar itu?!” teriak Hansa teringat kembali kekesalannya saat rencana yang dibuatnya gagal.“Benar! Aku mendapatkan dua perkamen, tapi aku hanya akan memperlihatkan salah satunya padamu. Semoga ini bisa semakin meyakinkanmu jika kau tidak salah mengambil keputusan dengan mendukungku!” jawab Pandya sambil menyerahkan gulungan perkamen di tangannya pada Hansa.Namun, tepat setelah Pandya menyerahkannya, Sakra melakukan protes karena tidak percaya dengan pilihan yang diambil oleh Pandya.‘Apa kau yakin akan mengatakan semua rahasiamu padanya?!’ tanya Sakra tiba-tiba dengan nada sedikit kesal, karena sebelumnya Pandya tidak membahas hal itu dengannya.'Tidak masalah! Walaupun sangat beresiko, tapi sepertinya memang hanya dengan cara ini bisa meyakinkan seorang calon pewaris Padepokan!’ sahut Pandya dalam hati.'Lalu bagaimana jika dia berkhianat dan menceritakan semuanya pada orang lain?! Kau akan lebih kesulitan dibandingkan
Dalam beberapa hari setelah interogasi para tetua, kelompok lain mulai berhasil menyelesaikan ujian. Walaupun, nyatanya sangat banyak anggota yang gagal, dan hanya para pemimpinnya yang berhasil menyelesaikannya.Para tetua pun belum memberikan reaksi apa-apa setelah interogasi, dan bahkan tidak ada instruksi khusus untuk Pandya setelah hari itu. Pandya hanya memanfaatkan waktu untuk terus berlatih di ruang pelatihan, dengan para pengikutnya yang kini mendominasi akademi.Kini, jika para pemimpin digabungkan pun jumlahnya masih lebih banyak Pandya dengan para pengikutnya. Jadi, tidak ada rasa khawatir sedikitpun bagi Pandya, menjalani kehidupannya di akademi setelah ini.Setelah interogasi itu, Pandya secara khusus meminta Akandra untuk memusnahkan batu Mana Merah yang masih tersembunyi di dalam makam bawah tanah. Dan diwaktu yang bersamaan, dia mendapatkan pengikut baru yang tidak diduga.Agha juga ikut andil dalam pemusnahan itu, dan bersumpah setia pada Pandya. Awalnya, Pandya mer
Pagi berikutnya, setelah semua murid yang menyelesaikan ujian telah beristirahat dengan cukup. Suasana kembali dibuat mencekam, dengan adanya informasi kedatangan pemimpin padepokan ke dalam akademi.Tidak ada informasi untuk berkumpul sama sekali, membuat semua murid penasaran dengan tujuan utama Tuan Urdha datang. Tanpa mereka sadari jika Pandya sudah dipanggil secara terpisah, tanpa ada seorangpun murid yang mengetahuinya.Pandya berjalan di dalam lorong gedung utama akademi, dengan didampingi Akandra dan Agha di sebelahnya. Dua penjaga juga mengikuti mereka di belakang, seakan memastikan kehadiran Pandya tanpa ada komunikasi dengan siapapun sebelumnya.'Kau tidak perlu khawatir? Semua akan baik-baik saja?' ucap Akandra menyalurkan telepatinya pada Pandya, mencoba menenangkannya.'Aku baik-baik saja, Paman! Paman tidak perlu khawatir,' jawab Pandya dengan ekspresi wajah meyakinkan.Tidak lama kemudian, mereka semua sampai di ruangan utama milik Tuan Urdha. Salah satu penjaga ruanga
“Ini sangat luar biasa! Tidak mungkin saya tidak tertarik!” jawab Pandya dengan mata berbinar.Pandya mendekat ke arah rak yang berisi benda-benda keramat, yang bisa menyimpan energi. Bahkan ada peralatan sihir yang digunakan untuk merapal mantra tingkat tinggi tanpa mengeluarkan banyak energi.'Pantas saja hampir semua yang ada disini menggunakan sihir. Ternyata, pemimpin padepokan menyimpan semua benda keramatnya disini!’ pikir Pandya dalam hati.“Kalau begitu pilihlah satu barang yang kau inginkan sebagai hadiah!” ucap Tuan Urdha sembari duduk di kursi besar yang berada di tengah-tengah ruangan itu.Pandya langsung berkeliling, untuk mengamati semua barang yang sangat menggiurkan itu. Kali ini, dia dibuat bingung harus memilih benda yang mana, karena hampir semua benda yang ada di ruangan itu sangat dia inginkan.Namun, setelah mengitari ruangan itu beberapa kali, sudut mata Pandya tertarik pada sebuah benda. Dia belum pernah mendengar tentang benda itu sebelumnya, tapi entah kenap
“Iya itu untukmu! Tapi, kau tidak tahu benda itu akan berguna atau tidak untukmu!” jawab PAndya sambil mengedikkan bahunya. “Apa kau gila?!” teriak Sakra frustasi mendengar ucapan Pandya yang membuatnya tidak habis pikir. Pandya yang mendengar teriakan Sakra hanya mengelus dadanya karena terkejut. Dia tidak tahu apa yang membuat suara Sakra meninggi hingga seperti itu, dan hanya menaikkan alisnya untuk memberi isyarat pada Sakra untuk menjelaskan maksud teriakannya itu. “Benda ini adalah benda keramat yang sangat langka! Bahkan, Tuan Catra dulu sudah berusaha sangat keras untuk mencarinya, namun tidak pernah bisa ditemukan!” jelas Sakra dengan menggebu-gebu. Pandya semakin bingung dengan penjelasan yang Sakra berikan. JIka memang benda itu sangat hebat, tidak mungkin pemimpin akademi membiarkannya begitu saja dengan mudah. “Mungkin itu hanya imitasi!” jawab Pandya asal. “Lagipula bagaimana bisa langsung mengenali benda yang bahkan belum pernah kau lihat sebelumnya?!” Sakra
“Kalian harus membuat klan kalian sendiri! Entah kalian menjadi pengikut atau pemimpin, kalian harus masuk ke dalam salah satu klan milik salah seorang murid!” jelas Agha yang membuat suasana kembali gaduh.Bagaimana mungkin mereka bisa membuat sebuah klan, padahal selama setahun ini mereka hanya berada di dalam akademi tanpa ada komunikasi dengan dunia luar. Pandya mengamati para pangeran yang lain, melihat senyuman di wajah mereka Pandya yakin jika semua calon pewaris sudah mengetahui peraturan itu.‘Aku yakin tidak akan berakhir seperti ini! Sepertinya ini akan menjadi awal pertarungan kita yang sesungguhnya!’ ucap Pandya pada Sakra dengan ekspresi wajah yang menegang.‘Sudah aku ingatkan bukan? Semua tidak akan terus berjalan dengan tenang! Seorang pendekar hanya bisa memilih antara menyerang atau diserang!’ sahut Sakra menggebu-gebu.‘Setidaknya aku masih bisa menikmati masa tenang itu sebelumnya! Walaupun masa tenang, kau yang paling tahu bukan aku selalu mempersiapkan untuk sem
Pandya langsung bertanya tanpa basa-basi kepada seluruh pengikutnya, saat mereka semua sudah berkumpul di ruang pelatihan milik Pandya. Dilihat dari ekspresi wajah para pengikutnya, ada beberapa murid yang terlihat sudah memiliki rencana namun sebagian lagi tampak bingung. “Disini saya sudah pasti akan mengikuti Pangeran Pandya, dan saya memiliki rencana untuk mencari dukungan di ajaran Angin. Saya akan membantu sebisa mungkin agar ayah saya mau untuk membentuk aliansi dengan kita!’ jawab Atreya dengan senyuman mengembang di wajahnya. “Aku sangat berterimakasih padamu! Kita akan tampung dulu semua rencana. Tapi sebelum itu, apa ada diantara kalian yang ingin dicoba untuk menjadi pemimpin Klan?” tanya Pandya untuk memastikan mengubah dari para pengikutnya. “Tidak, Pangeran!” jawab mereka serentak tanpa jeda. Pandya terkekeh kecil, mendengar jawaban para pengikutnya yang bisa serentak seakan takut jika harus menjadi pemimpin Klan. Dia sedikit lega, karena tidak akan ada rasa terp
“Apa benar ada kejadian yang sama?!” tanya Pandya tampak lebih bersemangat dibanding sebelumnya.“Aku juga tidak terlalu yakin. Tapi, yang aku ingat hanya seseorang pernah memiliki aliran energi yang tampak aneh, dan tidak ada yang pernah melihat aliran energi yang begitu menyeramkan,” jelas Sakra masih sambil mengingat-ingat.“Memang tidak bisa dikatakan sama, tapi sepertinya memang mirip. Lalu, apa yang sehari dengan orang itu?!” Pandya semakin penasaran dan menyimak.Sakra tidak langsung menjawab, karena ingatan itu sudah sangat lama dan dirinya tidak terlalu menganggapnya sesuatu yang penting. Namun, tatapan Pandya yang terlihat menunggu kelanjutan ceritanya, membuatnya bekerja keras untuk mengingat apapun yang bisa menjadi petunjuk bagi Pandya.“Sepertinya aku harus mengecewakanmu. Orang itu pada akhirnya meninggal, tanpa ada yang tahu penyebabnya. Dulu sangat berbeda dengan sekarang yang serba mudah, jadi hal itu cukup menjadi aib bagi keluarganya,” jawab Sakra mencoba menjelask