Home / Pendekar / Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang / Pengumuman Penggabungan Ujian

Share

Pengumuman Penggabungan Ujian

Author: Deschya.77
last update Last Updated: 2024-09-13 22:21:14

“Kalian harus membuat klan kalian sendiri! Entah kalian menjadi pengikut atau pemimpin, kalian harus masuk ke dalam salah satu klan milik salah seorang murid!” jelas Agha yang membuat suasana kembali gaduh.

Bagaimana mungkin mereka bisa membuat sebuah klan, padahal selama setahun ini mereka hanya berada di dalam akademi tanpa ada komunikasi dengan dunia luar. Pandya mengamati para pangeran yang lain, melihat senyuman di wajah mereka Pandya yakin jika semua calon pewaris sudah mengetahui peraturan itu.

‘Aku yakin tidak akan berakhir seperti ini! Sepertinya ini akan menjadi awal pertarungan kita yang sesungguhnya!’ ucap Pandya pada Sakra dengan ekspresi wajah yang menegang.

‘Sudah aku ingatkan bukan? Semua tidak akan terus berjalan dengan tenang! Seorang pendekar hanya bisa memilih antara menyerang atau diserang!’ sahut Sakra menggebu-gebu.

‘Setidaknya aku masih bisa menikmati masa tenang itu sebelumnya! Walaupun masa tenang, kau yang paling tahu bukan aku selalu mempersiapkan untuk sem
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Meningkatkan Kemampuan

    Pandya langsung bertanya tanpa basa-basi kepada seluruh pengikutnya, saat mereka semua sudah berkumpul di ruang pelatihan milik Pandya. Dilihat dari ekspresi wajah para pengikutnya, ada beberapa murid yang terlihat sudah memiliki rencana namun sebagian lagi tampak bingung. “Disini saya sudah pasti akan mengikuti Pangeran Pandya, dan saya memiliki rencana untuk mencari dukungan di ajaran Angin. Saya akan membantu sebisa mungkin agar ayah saya mau untuk membentuk aliansi dengan kita!’ jawab Atreya dengan senyuman mengembang di wajahnya. “Aku sangat berterimakasih padamu! Kita akan tampung dulu semua rencana. Tapi sebelum itu, apa ada diantara kalian yang ingin dicoba untuk menjadi pemimpin Klan?” tanya Pandya untuk memastikan mengubah dari para pengikutnya. “Tidak, Pangeran!” jawab mereka serentak tanpa jeda. Pandya terkekeh kecil, mendengar jawaban para pengikutnya yang bisa serentak seakan takut jika harus menjadi pemimpin Klan. Dia sedikit lega, karena tidak akan ada rasa terp

    Last Updated : 2024-09-14
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pembagian Tugas

    “Apa benar ada kejadian yang sama?!” tanya Pandya tampak lebih bersemangat dibanding sebelumnya.“Aku juga tidak terlalu yakin. Tapi, yang aku ingat hanya seseorang pernah memiliki aliran energi yang tampak aneh, dan tidak ada yang pernah melihat aliran energi yang begitu menyeramkan,” jelas Sakra masih sambil mengingat-ingat.“Memang tidak bisa dikatakan sama, tapi sepertinya memang mirip. Lalu, apa yang sehari dengan orang itu?!” Pandya semakin penasaran dan menyimak.Sakra tidak langsung menjawab, karena ingatan itu sudah sangat lama dan dirinya tidak terlalu menganggapnya sesuatu yang penting. Namun, tatapan Pandya yang terlihat menunggu kelanjutan ceritanya, membuatnya bekerja keras untuk mengingat apapun yang bisa menjadi petunjuk bagi Pandya.“Sepertinya aku harus mengecewakanmu. Orang itu pada akhirnya meninggal, tanpa ada yang tahu penyebabnya. Dulu sangat berbeda dengan sekarang yang serba mudah, jadi hal itu cukup menjadi aib bagi keluarganya,” jawab Sakra mencoba menjelask

    Last Updated : 2024-09-14
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Tugas Untuk Hansa

    “Tugas apa yang akan kau berikan pada kami?!” tanya Akandra mewakili.“Aku ingin Paman dan Tuan Agha bisa mencari lebih banyak pengikut baru, dengan kemampuan di atas rata-rata. Aku yakin kita akan sangat membutuhkannya nanti!” jawab Pandya penuh perhitungan.“Jadi, kau bermaksud untuk menambah kekuatan dari dalam untuk melawan mereka?!” tanya Tuan Agha mencoba membaca rencana Pandya.Pandya mengangguk menyetujui ucapan Agha, dia harus memiliki rencana cadangan mengingat banyak pihak yang sangat menginginkan kematiannya. Apalagi, kekuatan yang dimiliki calon pewaris lain tidaklah main-main. Sudah banyak tetua dengan kemampuan luar biasa berada di pihak mereka.“Bukan berarti aku akan melakukan penyerangan tanpa sebab, tapi aku tidak bisa diam saja jika pertarungan tidak bisa dihindari! Aku akan sangat bersyukur jika tidak ada satupun orang yang terluka!” ucap Pandya mencoba menjelaskan.Agha dan Akandra mengangguk mengerti, malah mereka tidak menyangka Pandya bisa berpikiran panjang s

    Last Updated : 2024-09-16
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Awal Berdirinya Klan

    “Ternyata kau tau tentang ini?!” tanya Pandya yang tidak menyangka Sakra langsung mengetahuinya.“Aku juga sudah mempelajari banyak hal, saat kau juga mempelajarinya! Tentu aku tahu tentang tempat itu!” jawab Sakra sedikit tersinggung.“Kalau begitu, kau pasti sudah paham bukan apa yang akan aku lakukan?! Bagaimana menurutmu?” Pandya mencoba menanyakan pendapat.“Lakukanlah! Aku yakin kau sudah memperhitungkan semuanya!” jawab Sakra yakin.Pandya tersenyum mendengar jawaban Sakra. Jika Sakra sudah tidak berkomentar, itu berarti rencana yang sudah dibuat oleh Pandya jauh melebihi ekspektasinya.Pandya pergi meninggalkan ruang pelatihan, untuk segera bergabung dengan kelompok Dipta. Sedangkan kelompok lain sudah berangkat terlebih dulu, untuk menjalankan tugas mereka masing-masing.Dengan perbekalan yang sudah disiapkan Dipta dan kelompoknya, mereka berjalan meninggalkan akademi dan menuju tempat yang sudah ditentukan. Mereka tampak sangat bersemangat, mengingat ini pertama kalinya bagi

    Last Updated : 2024-09-17
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sanggar Ajaran Angin

    Pandya dan kelompok Dipta kembali melanjutkan perjalanan mereka, dengan jarak tempuh yang jauh lebih panjang dibanding sebelumnya. Sesuai rencana awal mereka, Pandya akan menyusul Atreya dan kelompoknya yang sudah terlebih dulu menuju Ajaran Angin.Mereka pun secara bertahap terus mendapat laporan-laporan dari kelompok lain, tentang kemajuan tugas mereka melalui sihir pemindah yang sudah dirancang Pandya sebelumnya. Pandya membuat sebuah pola dan dibagikan pada setiap kelompok, yang bisa digunakan untuk mengirimkan secarik kertas langsung kepada Pandya dimanapun dirinya berada.“Sepertinya kita sudah harus memilih nama untuk Klan kita, Pangeran!” ucap Dipta setelah melihat isi laporan dari kelompok lain yang diberikan padanya oleh Pandya.“Apa kalian memiliki ide?” tanya Pandya, saat mereka sedang beristirahat di pinggir jalan setapak yang mereka lewati.Tidak ada yang menjawab, mereka yakin jika nama Klan merupakan hal besar yang harus memiliki arti. Dan mereka tidak bisa memikirkan

    Last Updated : 2024-09-25
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perebutan Aliansi

    “Maafkan saya, Pangeran! Ini semua untuk memastikan saya tidak salah memilih!” ucap Tuan Waata merasa bersalah.Namun, baru saja Tuan Waata memberi aba-aba pada seorang tabib yang sudah dipersiapkan di dekat sana, dirinya malah dikejutkan dengan respon yang diberikan oleh Pandya. Di hadapannya Pandya hanya bersikap santai, sambil mengusap bekas minum di sudut bibirnya.“Ba– bagaimana bisa?!” tanya Tuan Waata tercekat.“Tuan Waata tidak perlu meminta maaf! Racun yang Tuan Waata berikan masih tergolong lemah, dan saya yakin Tuan Waata tidak berniat untuk membunuh saya!” jawab Pandya dengan santai.Tuan Waata terlihat sedikit panik, karena tidak menyangka semua berjalan tidak sesuai dengan rencananya. Walaupun dengan demikian, dirinya bisa meyakini jika ucapan anaknya tentang perubahan Pandya memanglah benar.“Saya sungguh minta maaf! Namun, saya tidak menyesali perbuatan saya tadi! Bukan tanpa alasan saya melakukan hal itu, dan saya yakin Pangeran memahami hal itu sebagai pemimpin!” jel

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sebuah Lamaran

    “Justru karena aku anak rakyat jelata, jadi aku bisa mengatakan apapun yang aku mau! Bukankah kau harus menjaga martabat anak bangsawan? Kenapa kau bisa selancang itu?!” sahut Pandya dengan santai, tanpa memikirkan ucapan Tibra dengan serius. Sebenarnya Pandya sudah terbiasa dengan panggilan anak rakyat jelata dulu, dan kini dirinya kembali diingatkan dengan sebutan itu setelah hampir satu tahun dia tidak pernah mendengarnya lagi. Tapi, entah kenapa sudah tidak ada rasa sakit yang dia rasakan saat mendengar ejekan itu, yang dulu membuatnya merasa sangat frustasi. Pandya terkekeh kecil saat melihat ekspresi Tibra dengan wajah merahnya. Sedangkan Tibra berusaha menahan amarahnya, saat tubuhnya di tahan oleh tetua yang ada di sebelahnya. “Tertawalah sesukamu! Kita lihat sampai kapan kau bisa tertawa seperti itu!” ucap Tibra sambil menyeringai. Dengan isyarat mata, Tibra membuat sang tetua mengeluarkan sebuah perkamen dengan pita merah yang mengikatnya. Pandya dan Tuan Waata yang m

    Last Updated : 2024-09-26
  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Kembalinya Attaya

    “Tuan Waata, sepertinya Pangeran Tibra salah bicara karena masih muda…” Ucap tetua Ajaran Api yang langsung disanggah oleh Tuan Data. “Apa itu bisa menjadi alasan yang cukup?!” sahut Tuan Waata dengan nada tinggi dan tatapan tajam yang menusuk. “Tuan Waata, apa anda akan menyerang kami?!” tanya Tibra dengan tatapan tidak bersahabat. Tuan Waata yang seakan mendapatkan ancaman yang tersirat, merasa jika dirinya dianggap bukan lawan yang sulit dihadapi. Membuat Tuan Waata semakin geram, dengan tangan yang mengepal kencang. “Tak ada yang tidak mungkin!” jawab Tuan Waata sambil mengeluarkan tenaga dalamnya. ZHIIIING! Seketika tempat itu dilingkupi dengan tenaga dalam dari Tuan Waata dan Pangeran Tibra secara bersamaan, membuat suasana menjadi mencekam. Mereka sama-sama menatap satu sama lain, dengan tatapan tajam seolah ingin melampiaskan kekesalan mereka pada satu sama lain. WHUUUUSH! ZHIIIING! Suasana semakin memanaskan, dengan semakin bertambahnya tekanan dari tenaga da

    Last Updated : 2024-09-27

Latest chapter

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Sang Pewaris

    Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Jurus Seribu Pedang

    Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Serangan Kedua

    SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertempuran

    “Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Menggagalkan Penyerbuan

    “Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perbantuan Tanpa Tawaran

    “Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Perubahan Rencana

    “Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Membuka Segel

    Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.

  • Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang   Pertolongan

    Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status