Semua Bab Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Bab 81 - Bab 90

260 Bab

81. Doa Ibu

"Bos, dari yang saya dengar, Non Luisa dan suaminya pergi ke Jakarta untuk berobat. Non Luisa punya masalah dengan lambung dan ... maaf, saya baru dapat kabarnya hari ini, bahwa Non Luisa dilarikan ke rumah sakit tiga hari lalu.""Ya ampun, kenapa kamu baru kabari saya sekarang? Sial! Cepat kamu balik ke Jakarta dan cari di rumah sakit mana Luisa dirawat. Cukup satu kali kesalahan ini, jangan ulangi lagi kalau kamu gak mau saya pecat!"Levi membanting ponselnya, untuk kedua kalinya ia merasa kecolongan akan keberadaan Luisa. Sangat sulit menjangkau mantan istri Edmun itu dan sekarang Luisa tidak tahu di mana. Levi terus membatin kesal. Layar laptop yang berisi pekerjaan sudah tidak minat lagi untuk diteruskan.Satu-satunya hal yang membuatnya bisa sedikit melupakan Luisa adalah berkencan. Tidur dan berpetualang ranjang dengan wanita-wanita cantik di kelab malam, bukan wanita udik bin tolol seperti istrinya. "Permisi, Pak Levi, kita ada meeting jam dua siang," ujar Lisna terburu-buru
Baca selengkapnya

82. Bertemu Seseorang

"Non beneran udah selesai liburannya? Gak mau terusin aja, mumpung kita aman terkendali. Gak ada yang rempongin," kata Abdi sambil tertawa."Apa itu rempong, Kang?" tanya Luisa polos. "Ribet, rusuh, pokoknya ngeselin, Non.""Oh, gitu, ha ha ha ... ya pengennya liburan terus sih, tapi masih bisa nanti-nanti, Kang. Uang kita juga udah banyak yang keluar. Udah saatnya janji temu dengan teman papa. Kata papa, beliau yang udah siapkan tempat untuk kita tinggal sementara." "Iya sih, ya sudah, kita keluar hotel siang ini. Kita beresin pakaian sama-sama ya." Luisa mengangguk setuju. Suamimya tidak pernah menolak untuk membantu apapun itu pekerjaan rumah yang ia lakukan. Hal itu ia rasakan saat tinggal di kampung. Mulai dari mengepel, menjemur cucian, mencuci piring. Tanpa diminta, sudah siap mengerjakan semuanya. Beda dengan Edmun yang tidak mau melakukan pekerjaan rumah tangga apapun, bahkan menaruh piring kotor bekas makan ke sink, tetap tidak mau, padahal hanya empat langkah saja dari me
Baca selengkapnya

83. Tangisan Nisa

POV Luisa"Maafkan kalian lama menunggu," kata Om Mustopo pada kami. Sudah setengah jam memang kami menunggu beliau, tetapi tidak masalah karena kamu bisa menunggu di halaman. Halaman rumah yang asri dengan banyak tanaman di sekelilingnya. Ada juga ayunan dan perosotan anak-anak. Di sana-lah tadi kami duduk menunggu.Semoga dengan adanya mainan anak-anak di rumah ini, bisa sebagai pemancing nanti aku punya anak dari suamiku. Pikiran tersugesti, kesehatan pun bisa mengikuti. Aku yakin itu. "Gak papa, Om. Ini nunggu sambil main ayunan. Seru juga. Luisa malah gak mau udahan. Kalau Om belum datang, mungkin sampai magrib pun dia mau main ayunan.""Ish, kenapa saya, Kang?" Om Mustopo tertawa renyah. "Sudah, sudah, pengantin baru jangan berdebat di luar. Ayo, kita masuk! Om yakin kalian suka.""Luisa selalu yakin dengan pilihan papa. Sama seperti memilih Kang Abdi buat saya," kataku sambil mencolek lengan suamiku itu. Kang Abdi menyeringai, begitu juga Om Mustopo yang ikut tersenyum meliha
Baca selengkapnya

84. Keberadaan Pak Darmono

"Kenapa, Nisa?" aku merebut ponsel dari tangan suamiku. Suara isak tangis Nisa terdengar di seberang sana hingga aku pun panik. "Nisa, kamu kenapa? Papa kenapa? Ada apa?" suaraku serak karena gemetar mendengar tangisan Nisa."P-pa ... p-papa ...." Nisa terbata dan ia tidak bisa memaksa ibu sambungku itu untuk bercerita karena suaranya saja terputus-putus."Nisa, kamu tenang ya. Tenang dan jangan panik. Ini Kang Abdi lagi nelpon sodara di sana. Kamu jangan nangis ya." Sebenarnya aku bukan hanya menguatkan Nisa, tetapi juga menyamarkan rasa takut dan cemas ini. Rasanya baru saja aku bisa menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan selama beberapa hari, sekarang aku harus merasakan sesak lagi. Sesak dengan semua masalah yang datang silih berganti. Kulihat Kang Abdi berjalan keluar rumah sambil menelepon seseorang. "Kamu tenang, Nisa. Minum air putih yang banyak. Jangan sendirian di rumah. Pergi ke rumah Pakde Danang ya. Di sana lebih aman untuk saat ini kalau kamu memang panik.
Baca selengkapnya

85. Levi Mencari Foto Tanpa Busana Luisa

POV penulis"Bos, Non Luisa dan suaminya pergi ke Jakarta, tapi ke mana saya gak dapat informasi jelasnya. Kata tetangga di kampung sana, Non Luisa dibawa ke rumah sakit karena sakit lambung.""Apa, Luisa sakit? Kamu sudah pastikan semua rumah sakit di Jakarta?""Belum semua, Bos. Ada sepuluh rumah sakit yang saya konfirmasi dan mereka gak ada pasien bernama Luisa.""Oke, kamu balik lagi aja ke Jakarta. Kamu selusuri dua hari ini jika memang Luisa dirawat di rumah sakit.""Duh, apa jangan-jangan malah udah keluar rumah sakit ya, Bos.""Loh, mana saya tahu? Kapan itu Luisa sakit?""Sepuluh hari lalu, Bos.""Gobl0k! Udah pasti dia udah sembuh dan keluar dari rumah sakit. Kamu ini apa-apa tertinggal. Rugi saya gaji kamu mahal. Udah, kamu gak perlu cari Luisa lagi! Saya gak pake kamu lagi, bodoh!" Levi membanting ponselnya. Ia merasa dipermainkan oleh orang suruhannya yang memang baru bekerja untuknya lima bulan ini, hanya untuk mengintai Luisa dan suaminya, tetapi lagi-lagi ia ketinggal
Baca selengkapnya

86. Negosiasi Alot

"Kita bernegosiasi saja. Saya juga baru tahu kalau Bapak ini adalah mertua Abdi yang sekaligus kakak iparnya. Saya banyak dapat informasi tentang Bapak dari orang saya. Bapak bangkrut ya. Anak Bapak Luisa terkena kasus foto bugil? Ha ha ha ... lalu dengan niqob menutupi masa lalunya yang sangat waw sekali menurut saya." Pak Darmono menelan ludah. Ia tidak bisa apa-apa karena tangan diikat, begitu juga kakinya. "Berikan anak Bapak untuk saya, maka Bapak akan saya lepaskan, bagaimana? Abdi biar untuk putri saya. Sejak lama putri saya mencintai Abdi. Ia mengira bisa mendapatkan pemuda itu sepulang dari Jakarta. Ternyata Abdi pulang malah mau menikah dengan Luisa. Luisa, nama yang bagus, tapi tidak seperti kelakuannya. Dari pada Bapak malu, lebih baik serahkan Luisa pada saya dan katakan di mana Luisa dan Abdi. Saya gak akan sakiti Bapak.""Saya gak mungkin kasih putri saya sama pria yang statusnya sama seperti saya, sedang menunggu antrean dijemput Malaikat maut," jawab Pak Darmono diir
Baca selengkapnya

87. Informasi dari Syabil

"Biar gue yang antar makan tahanan bos kita," jaya Syabil pada Udin yang baru saja keluar dari dapur samping sambil membawa nampan."Gue pengen tahu orangnya," kata Syabil lagi karena merasa tatapan teman kerjanya tidak bersahabat."Ya sudah, ini bawa ke sana. Jangan terlalu banyak bicara sama tahanan bos. Terus, di sana ada CCTV.""Iye, gue tahu." Syabil menerima nampan itu dengan santai. Lalu ia bawa menuju kamar belakang. Tidak ada yang tahu dan CCTV pun tidak bisa menangkap dengan jelas gerakan Syabil, saat pemuda itu menyelipkan sebuah kertas kecil di bawah mangkuk. Tok! Tok!Syabil mengetuk pintu setelah ia membuka anak kunci. Tanpa perlu persetujuan, Syabil masuk. Ia berjalan mendekati ranjang; tempat Pak Darmono disekap."Ada pesan di bawah mangkukTolong baca cepat dan jangan sampai ada yang tahu," bisik Syabil pada Pak Darmono. Pria tua itu langsung menyantap makanan yang ada di depannya. Satu mangkuk berisi sup iga, lalu nasi, buah, dan juga tahu goreng."Baik, terima kasi
Baca selengkapnya

88. Taktik Syabil

"Gimana, Non?" tanya Abdi pada Luisa. Wanita itu meletakkan ponselnya di atas nakas. Mereka berdua tengah berada di kamar. Abdi mendapatkan telepon dari Syabil yang mengatakan perihal Pak Darmono. Tentu saja hal itu melegaka pasangan suami istri itu. "Sudah, Kang. Semoga aja Nisa gak terlalu kepikiran, tapi tetap saja cemas karena kita hanya dengar katanya. Apa Syabil bisa dipercaya?" tanya Luisa pada Abdi. Jaman sekarang, tidak ada orang yang benar-benar bisa dipercaya. "Suaranya masih bergetar. Pasti Nisa masih sering nangis. Semoga aja sekarang lebih tenang dan semoga pemuda bernama Syabil itu, tulus menolong papa. Saya belum yakin seratus persen," kata Luisa lagi mengungkap apa yang ada di hatinya. "Syabil itu anak baik, Non. Dia yang jagain rumah Juragan Andri sejak lulus SMA. Sekarang umurnya paling dua puluh satu. Itu tandanya tiga tahun udah kerja di sana. Gak pernah macam-macam juga. Anak baik dan semoga aja karena ada ikatan kekeluargaan ini, Syabil diam-diam memihak kita
Baca selengkapnya

89. Makan Siang di Kantor

"Gimana, masih belum ada kabar?""Belum, Bos. Saya udah keliling hampir semua rumah sakit di Jakarta dan Bogor . Satu per satu saya datangi, tetapi tidak ada pasien bernama Luisa dengan nama wali Abdi. Saya yakin seratus persen kalau Non Luisa tidak ada di Jakarta ataupun Bogor." Levi terdiam sesaat. Jika Luisa tidak ada di Jakarta, lalu ke mana perginya wanita yang sangat ia cintai itu?"Kamu balik lagi ke kampung dan cari tahu di sana saja. Kasih saya kabar kalau kamu mengetahui sesuatu.""Baik, Bos, tapi jangan lupa ini tanggal satu, Bos. Kalau bisa ditransfer ya, Bos? Anak saya mau beli susu.""Bayaran aja lu inget, tugas lu lupa-lupain. Oke, nanti gue kirim bayaran Lo." Levi menarik napas dalam. Punya anak buah tidak bisa begitu diandalkan. Kerja semua lambat karena terlalu banyak urusan. Hal itulah yang membuatnya lelah. Ia pun tidak tahu harus ke mana lagi mencari Luisa. Ingin pergi mencari sendiri tidak bisa, karena ia sedang banyak sekali pekerjaan dari mommy-nya.Tok! Tok!
Baca selengkapnya

90. Nisa Pergi

"Kang, kamu gak papa? Aku takut kamu kenapa-napa. Nolongin orang yang lagi terlibat masalah dengan Juragan Andri," ujar seorang gadis muda berusia sembilan belas tahun yang tidak lain adalah pacar dari Syabil. Pemuda itu memang sudah memiliki pacar yang akan ia nikahi. Untuk itu ia tidak pernah mengambil libur kerja agar uangnya cepat terkumpul untuk menikahi sang Pujaan hati.Syabil meraih cangkir tehnya. Menyesap air hanya masih hangat itu dengan tenang."Kang Abdi itu bukan orang lain. Ia sepupu saya walau tidak langsung. Kang Abdi orang baik. Jika tidak ada Kang Abdi, mungkin saya sudah mati dikeroyok di jalan. Kamu gak akan bertemu saya saat ini. Mungkin ini saatnya saya balas budi. Doakan saya ya, Rinai. Doakan semua lancar." Gadis muda itu akhirnya mengangguk. Ia tidak punya pilihan lain untuk menyetujui apa yang akan dilakukan oleh calon suaminya nanti. Ia juga harus bersikap pura-pura tidak tahu tentang ini. Kring! KringSyabil mengecek ponselnya yang berdering. Ada nama Ju
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
26
DMCA.com Protection Status