All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 91 - Chapter 100

260 Chapters

91. Eksekusi

Kapan Syabil ke mari, Pa? Aku gak ada teman di rumah sakit ini. Jangan lama-lama. Aku repot kalau sendirian.SendPesan itu dikirimkan Jelita pada papanya. Tidak ada tanda dibaca. Jika saja ia sudah bisa buka mulut lebar untuk bicara, pastilah udah keluar semua kekesalannya menunggu asisten papanya yang akan menemaninya di Thailand. Jelita terus menggerutu dari balik perban wajahnya. Jangan ditanya bagaimana rasanya? Tidak bisa dilukiskan, apalagi saat bius dan nyeri bekas operasi itu terasa sesekali. Kulit wajahnya seperti ditarik.Ia mencari kontak Syabil di dalam grup anak buah papanya. Langsung ia simpan kontak tersebut.Syabil, ini aku, Jelita. Kamu kapan ke Thailand? Papa udah bilang belum?SendSyabil Anak BuahOh, iya, Non, juragan udah bilang. Lusa pagi-pagi saya berangkat. Nenek saya masih sakit, Non. Kasihan kalau saya tinggal.Aku juga sakit. Aku anak atasan kamuSendSyabil Anak BuahSaya lebih baik gak kerja dari pada harus tinggalin nenek saya dalam keadaan sakit. Semog
Read more

92. Berhasil

Pak Darmono berlari sekuat tenaga melewati jalan setapak. Ia tidak tahu kakinya ke mana akan melangkah karena ia tidak sempat bertanya pada pemuda yang menolongnya. Namun, ini sudah jauh lebih baik dari pada ia harus di dalam rumah pria posesif yang sudah tua bangka. Sesekali ia menoleh ke belakang, keadaan aman terkendali dan dalam suasana magrib memang kampung sepi. Tidak ada warga kampung yang keluar. Pak Darmono tidak mempunyai HP untuk menghubungi istrinya. Namun, pria itu tiba-tiba meraba saku celananya dan mendapati dompetnya masih ada di belakang. Uang pun masih utuh seperti saat ia pergi. "Kang, numpang ke depan!" Teriak Pak Darmono pada pemuda yang kebetulan lewat di depannya. Pak Darmono mengangkat uang seratus ribu di depan pemuda itu, saat kendaraan roda duanya berhenti. "Itu buat saya?" tanya pemuda itu tidak percaya. Wajahnya asing dan pria paruh baya itu yakin, pemuda di depannya ini tidak mengenalnya. "Iya, ini buat Kakang, tapi antar saya sampai ke depan jalan ra
Read more

93. Jelita Membujuk Syabil

"Kamu gak mungkin gak kenal Abdi," kata Jelita saat wanita itu baru saja selesai dibuka perban wajahnya. Syabil ada di sana, tengah berdiri berjaga, layaknya bodyguard."Syabil, aku ngomong sama kamu!" "Iya, Non, saya dengar. Pasti ada lanjutan lagi dari kalimat Non Jelita'kan? Ini lagi saya dengerin," jawab Syabil santai. "Bagus. Kamu harus menjadi anak buah yang patuh kalau masih ingin kerja sama papaku!" Ucapan itu entah sudah berapa kali didengar oleh Syabil, sehingga ia tetap merasa biasa saja. Ancaman Jelita sama sekali tidak menakutkan."Siap, Non." "Apa kamu pernah lihat istri Abdi?" "Oh, Mbak Luisa namanya. Saya pernah lihat pas nikah. Pakai cadar aja cantik, apalagi buka cadar. Kayak artis Korea yang main sama Le min Ho yang jadi duyungnya. Tahu kan, Non? Cantik, tinggi, putih." Jelita memutar bola mata jengah mendengar pujian tulus Syabil terhadap Luisa. "Ck, tidak ada orang yang sempurna kali," balas Jelita sengit. "Sama, Non, baik wanita yang jahat, tidak selamanya
Read more

94. Info Tentang Luisa

POV Levi"Apa kamu yakin?" aku hampir tidak percaya dengan ucapan orang suruhanku. Pemuda itu mengangguk yakin."Saya dapat informasi dari tetangga di sana. Pak Darmono hilang sudah lebih seminggu dan istrinya juga pergi. Ada gosip yang beredar di kampung, bahwa Abdi, suami Non Luisa itu disukai oleh anak orang terkaya di kampung. Lalu Non Luisa disukai oleh lelaki tua kaya di kampung sana. Oleh karena itu Non Luisa pergi bersama suaminya. Saya yakin Non Luisa gak ada di Jakarta, Bos.""Saya gak akan percaya ucapan kamu sepenuhnya sampai kamu bisa membawa saya bertemu dengan Pak Darmono. Kembali lagi ke sini jika sudah dapat kabar baru. Ah, iya, satu lagi. Siapa nama laki-laki kaya yang terobsesi dengan Luisa?" "Juragan Andri. Sudah usia lima puluh tahun. Tua Bangka yang gak inget umur, Bos. Kaki belum tentu kuat goyang, udah naksir bini orang." Levi mendelik. "Kamu nyindir saya?!" pemuda itu langsung kabur keluar ruanganku. Jadi sekarang sainganku bukan hanya Abdi, tetapi orang tua
Read more

95. Kabar dari Edmun

Ucapan Rana sedikit mengangguku. Baru kali ini dan aku tidak tahu kenapa bisa aku memikirkannya? Apa karena Rama selama ini selalu patuh dan tidak pernah melakukan yang bikin aku tidak suka. Rana juga sedang mengandung anakku, jadi bisa saja ini karena naluri seorang ayah. "Sarapan, Mas, eh ... Tuan, maksudnya," kata Rana menawarkan. Aku memejamkan mata sejenak."Bukan berati kamu bisa panggil aku semau kamu ya, Rana. Semalam itu karena memang sudah tugas kamu melayani aku. Sampai kapan pun kamu hanya karyawan yang dibayar untuk hamil anakku. Ingat itu dan jangan pernah lupakan! Siapkan semua sarapanku, setelah itu, segera pergi dari hadapanku!" Rana mengangguk paham tanpa suara. Aku menyesap teh yang sudah dia atas meja. Tidak lama, Rama kembali dari dapur sambil membawakan spaghetti. "Ini, Tuan." Piring itu mendarat mulus di depanku tanpa suara. Rana langsung pergi sesuai dengan apa yang aku perintahkan. "Pagi, Levi.""Pagi, Mom." Aku tersenyum pada mamaku. Ia pun ikut tersenyum.
Read more

96. Tamu Tak Diundang

POV Luisa"Bagaimana pekerjaan hari ini, Kang, apakah lancar?" aku menaruh cangkir teh di atas meja. Kang Abdi baru saja keluar dari kamar dengan wajah dan tubuh segar. Ia baru saja pulang dari pabrik pengolahan limbah milik Om Mustopo."Lancar, Non. Masih belajar. Namanya baru dua hari kerja. Kamu gak papa di rumah'kan? Udah ada kabar dari Nisa? Semua aman?" aku tersenyum. Sengaja aku letakkan kepala ini di kedua pahanya. Kang Abdi duduk di bawah sambil meluruskan kakinya. "Satu-satu nanyanya, Kang. Alhamdulillah di rumah aman. Gak ada yang aneh-aneh. Tadi belanja ke warung sayur gak jadi, karena ada tukang sayur keliling di sini. Saya beli di Abang tukang sayur. Terus tadi cek status Nisa lagi makan nasi pecel Lela sama papa. Berarti semua aman. Semoga aja aman terus." Hati ini sedikit meragu. Di rumah sebelah ada Ratih, kakak dari Edmun. Ada juga mantan mertuaku yang sepertinya tinggal bersama Ratih. Ini yang bikin aku sedikit meragu, akan ketenangan hidup bersama Kang Abdi. Kami
Read more

97. Video Panas

"Maaf, Ibu siapa ya?" tanya suamiku sambil tersenyum. Ia berdiri dengan santai menghampiri mantan mama mertuaku."Saya mertuanya Luisa. Eh, maksud saya mantan mertua. Bukan begitu Luisa?" aku hanya diam tanpa bisa berkata-kata. Kejadian seperti ini sudah bisa kutebak bisa terjadi kapanpun. Apalagi hanya lima langkah dari depan rumah. Tidak mungkin aku dan keluarga Edmun tidak berpapasan."Oh, iya, Bu. Mohon maaf sekali lagi. Bukan maksud saya untuk tidak sopan pada orang tua, tetapi saya sebagai suami sudah membuat aturan, bahwa istri saya tidak akan berhubungan dengan masa lalunya. Apalagi jejak cerita saat menjadi menantu Ibu, kurang baik. Suaminya mengambil foto istri saya diam-diam, lalu ia berikan pada Levi. Jadi, baik Edmun dan keluarganya, juga Levi dan keluarganya,saya tidak ijinkan untuk bicara dengan istri saya. Mohon dimaklumi ya, Bu." Aku menghela napas lega begitu mendengar kalimat penolakan santun yang diucapkan suamiku pada ibunya Edmun. Aku mengira, suamiku akan membuk
Read more

98. Trik Rana

POV PenulisRana membuka ponsel suaminya menggunakan sidik jari, saat Levi tengah terlelap. Perasaan wanita itu mengatakan ada hal yang tidak beres. Satu per satu pesan ia buka dan yang paling mencolok adalah kontak 'Cintaku' sudah sangat jelas itu bukan dirinya. Karena nama kontaknya di ponsel suaminya 'Mbak Pembantu'Ia membaca riwayat chat yang dikirimkan suaminya pada Luisa. Ia segera mencatat nomor itu, lalu meletakkan kembali ponsel suaminya di atas nakas. Rasa penasaran tidak hanya sampai di situ saja rupanya, karena saat ini ia kembali menggunakan jari telunjuk suaminya untuk membuka ponsel berlogo apel digigit itu. Kali ini ia membuka galeri dan menelusuri galeri sejak enam bulan sampai satu tahun yang lalu. Matanya membulat sempurna saat ada foto Luisa tanpa busana di sana. Ada juga videonya. Rana menghapusnya cepat dengan tangan gemetar. Keringat sudah membanjiri kening dan lehernya. Berkali-kali ia menelan ludah karena gerakan tangannya yang gugup, membuatnya sedikit kes
Read more

99. Operasi

Jelita menghadiri pesta yang digelar oleh salah satu relasi papanya di Thailand. Dengan menggunakan dres bahan mengkilap, belahan dada rendah, serta dress yang panjangnya hanya sepaha. Janda itu tampil sangat menarik menurutnya. Beda dengan Syabil yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari wanita itu. Syabil hanya bisa tertawa saat membayangkan wanita seperti ini tidak akan mungkin membuat Abdi berpaling dari istrinya.Baju kekurangan bahan. Belom lagi operasi sedot lemak yang ternyata tidak terlalu kelihatan. Serta operasi wajah yang ia pikir belum berhasil karena wajah anak majikannya malah ada sedikit mirip dengan Mpok Atik.Syabil menoleh saat Jelita melambaikan tangan padanya. Pemuda itu pun bergegas menghampiri."Ada apa, Non?" tanya Syabil sembari sedikit menunduk. Pakaian yang dikenakan Jelita sangat silau di depan matanya. "Kamu pulang aja duluan. Aku mau kencan satu malam sama Prana." Wanita itu menunjuk lelaki bule berwajah sedikit Asia, yang berdiri di dekat meja bilyard."N
Read more

100. Kemarahan Levi

"Rana, Rana!" Mendengar suara yang sangat ia kenal membuat Bu Hera bergegas keluar dari ruangan olah raga. "Levi, kamu kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Bu Hera dari lantai atas. Levi melangkah dengan sangat lebar langkah melewati dua anak tangga. "Levi, kenapa, Nak?" tanya Bu Hera yang kebingungan. "Mana Rana, Mom?" tanya Levi begitu ia membuka pintu kamar dan tidak menemukan istrinya di dalam sana. "Rana pulang ke kampung. Kakaknya menikah besok. Tadinya Mommy gak kasih, tapi karena kamu mau pergi, jadinya Mommy ijinkan. Rana diantara Pak Samsul. Kenapa? Mau diajak ke Malang?""Bukan, Mom. Siapa yang mau ke Malang sih. Saya mau ke Yogya." Brak!Levi membanting pintu kamar dengan keras. "Heh, tadi pagi kamu bilang mau ke Malang nemuin vendor. Kenapa jadi ke Yogya? Kamu bohongin Mommy? Terus sekarang kenapa kamu gak jadi pergi, malah nyariin Rana? Ada apa?" cecar Bu Hera tak paham."Bukan! Ish, saya mau ke Malang, lalu ke Yogyakarta, Mom." Bu Hera tertawa miring. Ia tahu putr
Read more
PREV
1
...
89101112
...
26
DMCA.com Protection Status