All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 71 - Chapter 80

260 Chapters

71. Jelita

POV Penulis Flash backMalam hari sebelum Jelita bertemu dengan Abdi. Ia dan papanya tengah menikmati makan malam di ruang makan; rumah besar mereka. Sesekali pria bernama Andri atau yang biasa dipanggil Juragan Andri itu tersenyum melihat putrinya. Bukan senyuman bahagia, lebih pada senyuman iba."Apa kamu udah tahu kabar baru?" tanya Juragan Andri membuka percakapan. Nasi sudah mau habis, barulah pria tua itu bersuara. "Kabar apa? Apa ada anak teman Papa yang mau melamar lagi? Lita sudah bilang gak mau dijodohkan dengan siapapun saat ini!" Ujar Jelita tegas. Wanita yang biasa dipanggil papanya dengan panggilan Lita ini, segera menghabiskan air putih dalam gelas besarnya."Masih mengharapkan Abdi?" tanya Juragan Andri lagi sehingga Jelita kembali duduk. "Tentu saja. Papa sudah tahu jawabannya. Saya masih menunggu Kang Abdi.""Abdi belum lama pulang. Papa juga baru tahu sih, ternyata dia pulang untuk menikah. Kita terlambat. Saat Abdi menikah beberapa hari lalu, kita masih di Surab
Read more

72. Usaha Jelita Menaklukan Abdi

"Gimana, Pa? Papa udah tugaskan Kang Abdi agar jauh dari istrinya?" tanya Jelita setelah Abdi pulang dari rumah orang tuanya. "Udah. Di sana nanti biar dia, Papa bikin ribet. Jadinya banyak urusan sehingga gak bisa pulang. Papa juga penasaran sih sama istrinya Abdi. Siapatahu Papa bisa jadiin ibu sambung kamu ha ha ha .... gak ibu sambung juga gak papa. Asalkan bisa tidur bareng." Ayah dan anak itu tertawa lebar. "Lita tahu bahwa Papa itu paling the best. Paling tahu taktik untuk menaklukan lawan. Papa dapat istrinya, saya dapat suaminya. Semoga aja kali ini berhasil." Jelita mengecup pipi papanya, lalu ia keluar dari ruangan kerja itu. Jelita kembali ke kamar. Ia mengirimkan pesan pada tetangga Abdi yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah saja dari rumah Abdi.Apa beneran istri Kang Abdi cakep?SendPesannya yang tidak langsung dibalas, membuat Jelita yang amat penasaran pun akhirnya menelepon temannya itu."Halo, Nani, kamu lagi ngapain? Pesan aku gak dibalas?" "Eh, Non Cantik, s
Read more

73. Terminal

POV Penulis"Mang, kami turun di depan sana saja. Biar naik bus ke Jakarta, gak usah diantar sampai Jakarta. Katanya di tol Cikampek kebanjiran. Mobil Mamang kan gak bisa kebanjiran, jadi biar kita aman dan selamat semua, kamu naik bus aja," ujar Abdi saat mereka hampir melewati terminal."Oh, gitu, beneran gak papa? Nanti Mamang ditanyain Nisa gimana?""Ini saya lagi bilangin Nisa. Kami biar naik bus saja." Mobil yang dikendarai mamang dari Abdi pun berhenti di depan halte."Bukannya naik bus itu lama? Istri kamu sakit loh," kata Mang Karim masih berusaha membujuk, tetapi Abdi tentu saja tidak goyah. Ia harus menjalankan misi sesuai rencana, jika tidak, bisa berabe semuanya."Udah minum obat, Paman. Saya bisa kok," jawab Luisa sambil tersenyum. Wanita itu mengeluarkan uang merah dua lembar dari saku celana kulot besar yang ia kenakan, lalu ia berikan pada Mang Karim."Buat ganti bensin, Mang. Hati-hati di jalan ya." "Alhamdulillah, makasih Non Luisa." Abdi masih berpura-pura memapah
Read more

74. Pak Darmono VS Juragan Andri

Pak Darmono dan istrinya tentu saja tidak bisa menolak kedatangan tamu yang sangat tidak mereka harapkan. Nisa tetap menguatkan dirinya untuk membukakan pintu rumah, sedangkan Pak Darmono lebih santai. Ia pria dewasa yang tentunya untuk menghadapi masalah harus dengan bijak."Biar saya saja yang buka, kamu buatkan minum di dapur. Setelah selesai, kamu masuk kamar ya. Nanti biar saya yang ambil ke dapur," kata Pak Darmono pada istrinya. Nisa pun mengangguk paham. Keduanya keluar dari kamar, Pak Darmono ke arah pintu rumah, sedangkan Nisa ke dapur. Cklek"Selamat malam." Pak Darmono membuka pintu rumahnya untuk menyambut tamu. "Wah, apa Anda yang bernama Pak Darmono?" tanya Juragan Andri sambil tersenyum."Betul, mari silakan masuk, Pak," ujar Pak Darmono yang enggan memanggil sebutan juragan. Tamu pria dewasa itu pun langsung masuk tanpa basa-basi dan duduk di kursi kayu antik di ruang tamu. Matanya nyalang menatap ke seluruh isi rumah, lalu berhenti pada tirai penyekat antara ruang
Read more

75. Levi dan Rana

"Orang yang sombong begitu, pasti gak akan lama atau dia akan hancur oleh orang kepercayaannya. Kita harus peringatkan Abdi dan Luisa untuk hati-hati. Saya juga udah kontak teman yang ada di Jogyakarta untuk tempat tinggal mereka sementara," ujar Pak Darmono yang menyiratkan kekhawatiran begitu dalam terhadap anak dan menantunya."Iya, Pa, saya juga deg-degan. Juragan Andri terkenal terlalu obsesi." Ucapan Nisa membuat suaminya menghela napas kasar."Seperti Levi. Kadang saya berpikir, apa salah dan dosa saya di masa lalu, hingga anak saya harus bertemu dengan orang-orang yang terlalu posesif. Gimana bisa menjaga Luisa, jika di mana saja bertemu pria berkarakter antagonis seperti itu." Nisa mendekatkan tubuhnya pada suaminya."Papa sibuk sama Luisa dan Kang Abdi, sampai Papa lupa ini ada bayinya. Pengen juga diperhatikan papanya. Masa kakak Luisa aja," rengek Nisa manja. Pak Darmono pun sadar akan hal itu. Ia mengecup kening istrinya dengan lembut, lalu turun ke bibirnya. "Sayang, ja
Read more

76. Jadinya Honeymoon

"Tuan ada perlu apa? Kenapa tiba-tiba masuk dan menampar saya? Apa saya salah menerima telepon dari teman saya? Apa yang benar di rumah ini hanya Tuan? Katakan lekas, Tuan mau apa? Mau makan? Mau minum? Biar saya ke dapur untuk buatkan," cecar Rana dengan suara bergetar. Jika saja tangis ini tidak ia tahan, pastilah meledak semuanya. Bukan karena sakit hati. Sama sekali ia tidak peduli dengan suaminya karena baginya segera melahirkan dan mendapatkan bayarannya. Hanya saja, tamparan dari pria setengah mabuk sangat keras dan pedih. Ia pun merasa ada darah keluar dari sudut bibirnya."Jangan pernah terima telepon dari siapapun dan tidak boleh ada protes di rumah ini. Paham kamu! Cepat buatan mi rebus. Aku dan pacarku lapar!" Teriakan Levi membuat Rana melemparkan begitu saja ponselnya di ranjang. Gadis itu tidak tahu bahwa panggilan belum diputus oleh Adam, sehingga pemuda itu pun tahu yang terjadi pada teman kampungnya itu.Rana membuatkan mie rebus dengan cepat. Pakai telur dan juga ca
Read more

77. Jasmin

"Ke mana Abdi? Kenapa tidak bisa dihubungi?" tanya Juragan Andri pada dDeri; orang suruhannya juga yang terpaksa menggantikan Abdi. "HP-nya gak bisa ditelepon, Juragan. Terakhir tertangkap sinyal GPS di terminal, tapi pas saya cek CCTV terminal, saya gak lihat ada Abdi. Padahal CCTV-nya saya pelototi," jawab Deri sambil mengangkat bahunya. Juragan Andri berdecak sebal."Ke mana dia? Masih mau kerja apa nggak sih, heran saya tiba-tiba ngilang," balas Juragan Andri sembari mematikan cerutunya. Jelita pasti akan sangat kesal dan marah karena harus kehilangan jejak Abdi. Batin Juragan Andri. Benar saja, baru digumam dalam hati, muncul nama Jelita di layar ponselnya. "Halo, Sayang, gimana? Sudah bikin schedule untuk operasi?" "Udah, Pa, dapatnya besok lusa jam sembilan pagi. Dokternya padat jadwal operasi besok dan mau ijin istirahat satu hari. Gak papa deh, hitung-hitung Jelita bisa keliling Jakarta dulu sambil cari pakaian yang pas. Gimana, udah dapat nama rumah sakit tempat istri Ka
Read more

78. Saling Mengerti

Nisa tersenyum sambil menyerahkan cangkir teh pada suaminya. Pak Darmono menerima dengan canggung, lalu cangkir itu ia letakkan di meja kecil yang berada di sebelah ranjang. Tangannya berganti dengan memegang tangan Nisa, lalu membawa istrinya yang imut itu untuk duduk di pinggir ranjang."Saya minta maaf kalau tadi kamu dengar semua apa yang dikatakan Jasmin. Dia begitu karena belum kenal kamu. Jika saja ia tahu bah ... ""Gak papa, Pa. Jasmin itu sayang sama papanya. Jadi ia takut papanya akan ditinggal saat papanya miskin nanti, padahal nggak kan. Saya masih di sini. Saya kalau jadi Jasmin pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Protes pada orang tua. Mungkin kalau dapat istri muda yang tua dan udah dekat juga waktunya, itu Jasmin lebih cocok, Pa, he he he ...." Pak Darmono pun ikut tertawa. Nisa memang tidak pernah benar serius kalau mereka tengah berdiskusi, selalu saja ada celetukan konyol dari bibir mungilnya. "Iya, saya pun paham. Makanya gak mau terlalu keras pada Jasmin.
Read more

79.Jadi Sekarang Udah Cinta?

POV Luisa Aku di sini, di kota Yogyakarta yang katanya kota akan penuh kenangan. Hal itu yang aku rasakan saat ini, tepat tiga hari aku dan Kang Abdi melewati masa honeymoon yang sebenarnya kabur di kota ini. Aku senang diajak berkeliling Yogyakarta, sepertinya Kang Abdi banyak tahu tentang kota ini. Suamiku juga sangat perhatian dan penuh kehati-hatian. Setiap lima belas menit ia pasti bertanya, apakah aku capek berkeliling? Kadang aku menggelengkan kepala karena memang aku tidak lelah, tetapi aku juga kadang tidak menjawab, tetapi peluh yang membanjir di kening dan leher ini adalah buktinya. Jika sudah seperti itu, maka Kang Abdi akan mengajakku beristirahat cukup lama. Terkadang aku hanya ingin mengatur napas yang sesak karena banyak berjalan, tetapi Kang Abdi selalu menganggapku kelelahan."Apa mau pulang?" tanyanya waktu kamu berhenti menikmati es cendol dawet. Tentu saja aku menggelengkan kepala."Baru juga selesai solat Zuhur. Masih lama sorenya. Saya mau keliling sampai puas,
Read more

80. Sore yang Panas (21+)

Kang Abdi tidak main-main dengan ucapannya. Kami tidak jadi pergi jalan-jalan, melainkan mampir di sebuah motel yang tidak terlalu besar. Biaya sewanya saja hanya delapan puluh ribu untuk satu hari. Kamarnya tidak terlalu besar, tetapi rapi. Isi kamar standar seperti hotel bintang tiga lainnya. "Kenapa tidak balik ke hotel kita pertama saja?" tanyaku saat ia tengah membuka kancing baju gamis ini dengan napas memburu. "Kakang terlalu lapar." Suaranya bergetar menahan hasrat. Aku pun pasrah jika saat ini jilbab panjangku sudah teronggok di lantai. Kami berciuman dengan penuh kerinduan setelah mengungkapkan perasaan masing-masing. Jika kebanyakan orang mungkin akan mengungkapkan perasaan di restoran mewah atau tempat menyenangkan, tetapi kami malah di pedangan cendol. Lucu sih, tapi sekaligus juga bikin aku terharu.Kang Abdi tiba-tiba membalik badanku, lalu memelukku dari belakang dengan sangat erat. Bagian kancing yang sudah terbuka memudahkannya mencari sesuatu yang menjadi bagian
Read more
PREV
1
...
678910
...
26
DMCA.com Protection Status