All Chapters of Dipaksa Foto Tanpa Busana oleh Suami: Chapter 231 - Chapter 240

260 Chapters

231. Malam Pengantin

"Kang, gimana sih keluarga Elsa? Mereka yang minta anak kita nikahi putri mereka, tapi malah kita harus ganti uang pesta. Yang benar saja, mana ada budget untuk biaya hajatan, Kang. Tabungan adanya untuk sekolah Romi dan Risa. Tahun depan Risa masuk perguruan tinggi. Aduh, jadi kumet gini sih! Kenapa kita jadi punya utang dua ratus juta?” omel Luisa panjang lebar di depan suaminya. Abdi tidak bisa berkomentar apa-apa karena apa yang disampaikan istrinya benar. Mereka bukan orang kaya, hidup dengan gaji guru dan juga bisnis jualan online istri. Harta yang dulu ada, sudah tidak ada lagi karena habis dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan juga membeli rumah sederhana yang saat ini mereka tinggali.“Nanti Papa coba tanyakan sama sekolah. Apakah bisa meminjamkan uang?” “Pinjam uang di sekolah, tetap saja harus diganti, Pa. uang dari mana gantinya? Ini pasti akal-akalan Edmun. Dari dulu maunya memeras dan rakus!” Kring! Kring!Abdi melihat layar ponselnya yang berdering. Lalu ia
Read more

232. Pertemuan Levi dan Luisa

Di sebuah kafe, tiga orang dewasa tengah berkumpul. Mereka adalah Levi, Abdi, dan juga Luisa. Kedua suami istri itu lebih dahulu sampai, barulah disusul Levi yang datang sendirian. Ketiganya saling melempar senyum ramah, seolah-olah tidak pernah ada cacat pada masa lalu. “Sudah lama gak bertemu ya,” kata Levi membuka percakapan dengan santai. “Iya, Mas, terakhir kita datang saat pemakaman mama Mas Levi,” jawab Luisa. “Oh, iya, sudah dua tahun yang lalu. Saya juga sibuk urusan bisnis ke sana-kemari dan urusan rumah tangga, anak-anak yang tiada henti,” jawab levi sambil tersenyum. “Apa kabar istri, Mas?” tanya Luisa lagi. “Sehat, lagi sibuk sama sekolah.” “Kuliah lagi?” Luisa menatap tak percaya. “Iya, kemarin tuh kejar paket C. Terus melahirkan, jadinya cuti lama sampai si Kecil kelas enam. Sekarang udah lanjut kuliah manejemen. Udah semester enam,” jawab Levi. “Oh, iya, soal Mutiara putri saya itu. Duh, saya jadi malu, nih! Begini, Luisa dan Abdi, Mutiara tuh seneng sam
Read more

233. Kutunggu Dudamu

“Mbak, bangun! Ini sudah siang. Sudah jam satu. Mbak gak sarapan?” tanya Romi yang sejak subuh berusaha membangunkan istrinya, tetapi tidak kunjung bangun. Elsa masih pulas karena semalaman menangis. Dibujuk seperti apapun tidak bangun, sehingga Romi menyerah. Pemuda itu bercermin, melihat luka di pelipisnya yang terluka; terkena lemparan cangkir. Romi tersenyum getir dan hanya bisa terdiam tidak mengerti harus melakukan apa. Roti dan mi yang ia bawa dari bawah sudah dingin. Bahkan ia sudah lapar lagi, tetapi malas untuk turun. “Mbak, bangun!” kali ini suara Romi lebih keras dari yang tadi. Elsa bergerak malas, menggeliat hingga selimut yang menutupi tubuhnya perlahan merosot. Wanita itu bahkan tidak mampu membuka matanya karena terlalu bengkak. “Sudah jam satu siang. Mbak belum makan. Makan dulu saja, Mbak. nanti mau tidur lagi atau mau nangis lagi juga gak papa. Asalkan makan, Mbak. Itu saya bawakan mi dan juga roti. Mau cuci muka dul
Read more

234. Pulang ke Rumah Mertua

Mungkin hampir bagi semua pasangan pengantin baru, momen honeymoon; berduaan dengan pasangan halal adalah hal yang paling membahagiakan. Dunia hanya milik mereka saja, sedangkan yang blain mereka tidak mau ambil pusing. Namun, tidak bagi Elsa dan Romi yang memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah orang tua Elsa, bukan rumah orang tua Romi. “Kenapa tidak tinggal di rumah orang tua saya saja, Mbak?” tanya Romi saat mereka berada di dalam taksi. “Silakan saja kalau kamu mau pulang ke rumah orang tua kamu, tapi sorry aja, gue gak ikutan!” balas Elsa tak senang. Romi pun bingung apa yang harus ia lakukan pada Elsa, untuk sementara, pemuda itu menurut untuk ikut pulang ke rumah mertuanya. “Ya, sudah, gak papa tinggal di rumah Mbak Elsa.” Romi kembali memandangi jalan raya yang cukup padat melalui jendela mobil. Jika memang nanti tidak bisa diteruskan, maka ia boleh menalak Elsa. Itu kata mamanya kemarin saat meneleponnya. Mobil
Read more

235. Mencari Pekerjaan

Romi terus saja memegangi pipinya yang panas karena dua tamparan dilayangkan Elsa padanya, setelah ia berani mencium wanita itu. Pemuda itu pun tidak berani mengeluarkan kalimat atau kata-kata menyapa sang Istri. Romi memilih keluar dan tujuannya kali ini adalah rumah Usman. Sahabat dekatnya dan hanya Usman yang tahu perkaranya dengan Elsa."Kening sama muka lu kenapa, Rom? Buset, lu di KDRT bini lu?" tanya Usman saat pemuda seukuran Romi itu menghidangkan kopi untuk tamunya."Yah, namanya juga nikah jadi-jadian, ya, gini urusannya. Makanya ini pelajaran buat lu, Man, kalau nikah, paling nggak, suka sama suka atau kalau pun dijodohkan, jadi paling nggak, saling kenal. Udah takdir gue begini." Romi menyesap kopi dengan perlahan."Ya, tetap gak boleh, Rom. Kasih tahu aja yang benarnya gimana? Dosa Lo!""Iya, tapi nanti omongan gue dibalikin lagi. Kamu juga sudah dosa besar bikin calon suamiku mati!" Usman hanya bisa menggelengkan kepala. "Rumit hidup lu, Rom! Gue kira selama ini, semes
Read more

236. Guru Bimbel untuk Adik Mutia

"Mau gak?" Mutia mengulangi permintaannya pada Romi, saat mereka berdua tengah makan siang di kantin kampus. "Kamu tuh udah pinter, masa saya ajarin lagi?" kata Romi tak habis pikir. Mutia tertawa pelan. Gadis itu terus saja memandangi Romi yang sesekali memperbaiki kacamatanya. "Kenapa A' Romi setelah menikah jadi tambah ganteng ya?" katanya Mutia memuji. Romi tertawa cekikikan."Kamu sedang menggoda laki orang ya, Mutia," seloroh Usman yang diikuti tawa Mutia dan juga Romi."A' Romi itu nikah paksa, Usman. Jadinya gak perlu takut istrinya cemburu. Ya'kan, A' Romi?" "Sudahlah, kalian ini malah gosip, bukannya cepet habiskan makan. Ini sepuluh menit lagi masuk loh!" "A', kalau bukan ngajar saya, ngajar adik saya aja. Namanya Aldi. Kelas sebelas, A' . Nanti saya bilangin Bunda dan papi ya.""Nah, kalau ngajar anak SMA saya mau. Kabarin ya, Mutia." Gadis itu mengangguk senang. Akhirnya akan banyak waktu yang ia habiskan bersama Romi, meskipun Romi sudah beristri. Dosen belum lagi ma
Read more

237. Berdamai dengan Takdir

"Iya, tapi sekarang udah gak boleh suka sama cewek lain karena saya lelaki muda yang sudah beristri," jawab Romi diikuti seringai lebarnya. Jika Romi bermaksud bercanda dengan ucapannya, maka tidak dengan Elsa yang baperan. Ia mengira Romi secara tidak langsung mengejeknya dengan usianya yang lebih tua."Maksud Lo, gue tua? Lu nyindir?" Romi terkejut dengan kalimat penekanan yang dilontarkan istrinya. Namun, pemuda itu berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah. Dari pada ada perang dunia keempat, maka lebih baik mengalah. Romi mandi dan tidak menoleh sama sekali ke mana pun. Fokusnya adalah untuk menyegarkan badan. Setelah itu makan, barulah ia mengerjakan tugas kampus. Romi berjalan ke dapur untuk membuka tudung saji di meja ruang makan, tetapi tidak ada apa-apa di sana. Rumah juga sepi. Mertua dan iparnya juga tidak ada. Bibik yang bantu-bantu juga sudah pulang setelah ashar. Pemuda itu menoleh sekilas ke arah ruang tengah, di mana sang Istri sedang menonton televisi. Romi menghela
Read more

238. Serba Salah

"Aku mau tidur, bisa gak kamu ngetiknya gak berisik!" Teguran Elsa diabaikan oleh Romi. Pemuda itu masih terus mengetik, tetapi lebih pelan. "Brisik!" Teriak Elsa lagi. Tidak ada orang tua di rumah. Hanya adik lelakinya saja, membuat Elsa semakin menjadi-jadi bersikap kurang ajar pada suaminya. "Keluar aja lu!" Romi menghela napas. Pemuda itu segera meraih laptop dan juga tas laptopnya, lalu membawa benda itu keluar kamar. Romi mengetik di ruang makan sampai pukul satu dini hari. Tugasnya selesai lebih cepat, dari pada ia mengerjakan tugas di kamar bersama sang Istri. Mengerjakan tugas satu ruangan dengan Elsa sungguh membuatnya tertekan.Setelah selesai, Romi memilih tidur di sofa. Pemuda itu tidak mau tidur sekamar dengan Elsa yang terus memakai dan meneriakinya. "Loh, Mas Romi kenapa tidur di luar?" tanya Herdi, adik lelaki Elsa yang baru saja lulus kuliah dan tengah mencari pekerjaan itu. Romi yang baru saja terpejam, membuka matanya kembali."Udah nangung, Her. Kalau saya masu
Read more

239. Status Pernikahan

Romi sedang mandi saat ponselnya berdering. Panggilan itu dari Mutia. Elsa yang tengah berpakaian, mengintip layar ponsel Romi yang berkelap-kelip. Wanita itu meraih benda pipih yang sudah retak layarnya itu. “Halo, siapa ini?” “Halo, assalamualaykum.” “Siapa ini?” “Saya Mutia, Mbak. Apa A’ Romi ada?” “Ada, lagi mandi.” “Oh, ya sudah, bicara di kampus lagi saja. Terima kasih, Mbak.” Elsa menutup panggilan itu tanpa membalas ucapan Mutia. Di saat yang sama, Romi keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililit di pinggang. Pemuda itu baru selesai mandi dan lupa membawa pakaian. Elsa melirik sekilas, lalu berpura-pura menyisir rambutnya. “Ada telepon ya, Mbak?” tanya Romi. “Iya, namanya Mutia. Apa dia calon pelakor? Nekat sekali menelepon suami orang pagi-pagi.” Romi menanggapi santai. Pemuda itu hanyantersenyum tipis, lalu berjalan m
Read more

240. Siapa Kevin?

“Kenapa jadi ribet gini, sih? Segala mau nikah negara. Jelas aku gak mau, Vin.” “Apa jangan-jangan pemuda itu sudah suka sama kamu?” tanya pria bernama Kevin yang saat ini tengah memegang tangan Elsa dengan erat. Keduanya tengah berada di sebuah restoran di Bogor. Sengaja mereka bepergian jauh jika sekedar ingin makan atau nonton, agar tidak ada yang menenali mereka. “Gak mungkin, Vin! Aku tuh udah galakin dia. Udah kasarin dia. Pokoknya aku gak pernah baik sama dia. Harusnya dia talak aja aku, tapi setiap hari aku nunggu kalimat talak itu gak keluar juga dari mulutnya. Apa aku aja yang minta ditalak?” Elsa berdecak sebal. Setiap kali memikirkan masalahnay dengan Kevin dan Romi, pasti kepalanya mau pecah. Tidak ada yang tahu keduanya telah berselingkuh dari almarhum Dion. Pria itu adalah sahabat dari Kevin, tetapi Elsa malah menyukai Kevin, bukan Dion, sedangkan Dion mati-matian bucin pada Elsa. Sehingga kisah cinta segitiga secara diam
Read more
PREV
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status