Mungkin hampir bagi semua pasangan pengantin baru, momen honeymoon; berduaan dengan pasangan halal adalah hal yang paling membahagiakan. Dunia hanya milik mereka saja, sedangkan yang blain mereka tidak mau ambil pusing. Namun, tidak bagi Elsa dan Romi yang memutuskan untuk pulang ke rumah. Rumah orang tua Elsa, bukan rumah orang tua Romi. “Kenapa tidak tinggal di rumah orang tua saya saja, Mbak?” tanya Romi saat mereka berada di dalam taksi. “Silakan saja kalau kamu mau pulang ke rumah orang tua kamu, tapi sorry aja, gue gak ikutan!” balas Elsa tak senang. Romi pun bingung apa yang harus ia lakukan pada Elsa, untuk sementara, pemuda itu menurut untuk ikut pulang ke rumah mertuanya. “Ya, sudah, gak papa tinggal di rumah Mbak Elsa.” Romi kembali memandangi jalan raya yang cukup padat melalui jendela mobil. Jika memang nanti tidak bisa diteruskan, maka ia boleh menalak Elsa. Itu kata mamanya kemarin saat meneleponnya. Mobil
Romi terus saja memegangi pipinya yang panas karena dua tamparan dilayangkan Elsa padanya, setelah ia berani mencium wanita itu. Pemuda itu pun tidak berani mengeluarkan kalimat atau kata-kata menyapa sang Istri. Romi memilih keluar dan tujuannya kali ini adalah rumah Usman. Sahabat dekatnya dan hanya Usman yang tahu perkaranya dengan Elsa."Kening sama muka lu kenapa, Rom? Buset, lu di KDRT bini lu?" tanya Usman saat pemuda seukuran Romi itu menghidangkan kopi untuk tamunya."Yah, namanya juga nikah jadi-jadian, ya, gini urusannya. Makanya ini pelajaran buat lu, Man, kalau nikah, paling nggak, suka sama suka atau kalau pun dijodohkan, jadi paling nggak, saling kenal. Udah takdir gue begini." Romi menyesap kopi dengan perlahan."Ya, tetap gak boleh, Rom. Kasih tahu aja yang benarnya gimana? Dosa Lo!""Iya, tapi nanti omongan gue dibalikin lagi. Kamu juga sudah dosa besar bikin calon suamiku mati!" Usman hanya bisa menggelengkan kepala. "Rumit hidup lu, Rom! Gue kira selama ini, semes
"Mau gak?" Mutia mengulangi permintaannya pada Romi, saat mereka berdua tengah makan siang di kantin kampus. "Kamu tuh udah pinter, masa saya ajarin lagi?" kata Romi tak habis pikir. Mutia tertawa pelan. Gadis itu terus saja memandangi Romi yang sesekali memperbaiki kacamatanya. "Kenapa A' Romi setelah menikah jadi tambah ganteng ya?" katanya Mutia memuji. Romi tertawa cekikikan."Kamu sedang menggoda laki orang ya, Mutia," seloroh Usman yang diikuti tawa Mutia dan juga Romi."A' Romi itu nikah paksa, Usman. Jadinya gak perlu takut istrinya cemburu. Ya'kan, A' Romi?" "Sudahlah, kalian ini malah gosip, bukannya cepet habiskan makan. Ini sepuluh menit lagi masuk loh!" "A', kalau bukan ngajar saya, ngajar adik saya aja. Namanya Aldi. Kelas sebelas, A' . Nanti saya bilangin Bunda dan papi ya.""Nah, kalau ngajar anak SMA saya mau. Kabarin ya, Mutia." Gadis itu mengangguk senang. Akhirnya akan banyak waktu yang ia habiskan bersama Romi, meskipun Romi sudah beristri. Dosen belum lagi ma
"Iya, tapi sekarang udah gak boleh suka sama cewek lain karena saya lelaki muda yang sudah beristri," jawab Romi diikuti seringai lebarnya. Jika Romi bermaksud bercanda dengan ucapannya, maka tidak dengan Elsa yang baperan. Ia mengira Romi secara tidak langsung mengejeknya dengan usianya yang lebih tua."Maksud Lo, gue tua? Lu nyindir?" Romi terkejut dengan kalimat penekanan yang dilontarkan istrinya. Namun, pemuda itu berlalu begitu saja masuk ke dalam rumah. Dari pada ada perang dunia keempat, maka lebih baik mengalah. Romi mandi dan tidak menoleh sama sekali ke mana pun. Fokusnya adalah untuk menyegarkan badan. Setelah itu makan, barulah ia mengerjakan tugas kampus. Romi berjalan ke dapur untuk membuka tudung saji di meja ruang makan, tetapi tidak ada apa-apa di sana. Rumah juga sepi. Mertua dan iparnya juga tidak ada. Bibik yang bantu-bantu juga sudah pulang setelah ashar. Pemuda itu menoleh sekilas ke arah ruang tengah, di mana sang Istri sedang menonton televisi. Romi menghela
"Aku mau tidur, bisa gak kamu ngetiknya gak berisik!" Teguran Elsa diabaikan oleh Romi. Pemuda itu masih terus mengetik, tetapi lebih pelan. "Brisik!" Teriak Elsa lagi. Tidak ada orang tua di rumah. Hanya adik lelakinya saja, membuat Elsa semakin menjadi-jadi bersikap kurang ajar pada suaminya. "Keluar aja lu!" Romi menghela napas. Pemuda itu segera meraih laptop dan juga tas laptopnya, lalu membawa benda itu keluar kamar. Romi mengetik di ruang makan sampai pukul satu dini hari. Tugasnya selesai lebih cepat, dari pada ia mengerjakan tugas di kamar bersama sang Istri. Mengerjakan tugas satu ruangan dengan Elsa sungguh membuatnya tertekan.Setelah selesai, Romi memilih tidur di sofa. Pemuda itu tidak mau tidur sekamar dengan Elsa yang terus memakai dan meneriakinya. "Loh, Mas Romi kenapa tidur di luar?" tanya Herdi, adik lelaki Elsa yang baru saja lulus kuliah dan tengah mencari pekerjaan itu. Romi yang baru saja terpejam, membuka matanya kembali."Udah nangung, Her. Kalau saya masu
Romi sedang mandi saat ponselnya berdering. Panggilan itu dari Mutia. Elsa yang tengah berpakaian, mengintip layar ponsel Romi yang berkelap-kelip. Wanita itu meraih benda pipih yang sudah retak layarnya itu. “Halo, siapa ini?” “Halo, assalamualaykum.” “Siapa ini?” “Saya Mutia, Mbak. Apa A’ Romi ada?” “Ada, lagi mandi.” “Oh, ya sudah, bicara di kampus lagi saja. Terima kasih, Mbak.” Elsa menutup panggilan itu tanpa membalas ucapan Mutia. Di saat yang sama, Romi keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililit di pinggang. Pemuda itu baru selesai mandi dan lupa membawa pakaian. Elsa melirik sekilas, lalu berpura-pura menyisir rambutnya. “Ada telepon ya, Mbak?” tanya Romi. “Iya, namanya Mutia. Apa dia calon pelakor? Nekat sekali menelepon suami orang pagi-pagi.” Romi menanggapi santai. Pemuda itu hanyantersenyum tipis, lalu berjalan m
“Kenapa jadi ribet gini, sih? Segala mau nikah negara. Jelas aku gak mau, Vin.” “Apa jangan-jangan pemuda itu sudah suka sama kamu?” tanya pria bernama Kevin yang saat ini tengah memegang tangan Elsa dengan erat. Keduanya tengah berada di sebuah restoran di Bogor. Sengaja mereka bepergian jauh jika sekedar ingin makan atau nonton, agar tidak ada yang menenali mereka. “Gak mungkin, Vin! Aku tuh udah galakin dia. Udah kasarin dia. Pokoknya aku gak pernah baik sama dia. Harusnya dia talak aja aku, tapi setiap hari aku nunggu kalimat talak itu gak keluar juga dari mulutnya. Apa aku aja yang minta ditalak?” Elsa berdecak sebal. Setiap kali memikirkan masalahnay dengan Kevin dan Romi, pasti kepalanya mau pecah. Tidak ada yang tahu keduanya telah berselingkuh dari almarhum Dion. Pria itu adalah sahabat dari Kevin, tetapi Elsa malah menyukai Kevin, bukan Dion, sedangkan Dion mati-matian bucin pada Elsa. Sehingga kisah cinta segitiga secara diam
Romi terus berusaha menelepon Elsa sampai jam setengah sebelas malam, tetapi tidak juga tersambung. Lalu Romi mengirimkan pesan pada Herdi untuk bertanya pada pemuda itu, apakah Elsa memiliki nomor lain atau ponsel lain? Namun, sungguh sayang, Herdi sedang nongkrong di kafe dan ponselnya ia silent. Romi pun mengirimkan pesan pada ibu mertuanya.Assalamualaikum, Ma. Jam setengah sembilan tadi, Romi dapat telepon dari kantor polisi dan petugas meminta Romi dan Mbak Elsa ke sana besok. Hari ini Mbak Elsa gak pulang dan ponselnya juga gak aktif. SendRomi memilih tidur setelah mengirimkan pesan itu pada Bu Dian. Bu Dian memberikan ponselnya pada Edmun yang ternyata mereka berdua belum tidur. Baru mau tidur setelah menonton film di channel HBO."Ada apa ya?" tanya Edmun penasaran."Mama gak tahu, Pa, tapi kenapa perasaan Mama gak enak sih? Lagian bukannya Elsa bilang kita gak boleh pulang karena dia akan belajar hidup berdua dengan Romi? Kenapa malah dia yang gak pulang? Mama rasa ada ya