"Aku mau tidur, bisa gak kamu ngetiknya gak berisik!" Teguran Elsa diabaikan oleh Romi. Pemuda itu masih terus mengetik, tetapi lebih pelan. "Brisik!" Teriak Elsa lagi. Tidak ada orang tua di rumah. Hanya adik lelakinya saja, membuat Elsa semakin menjadi-jadi bersikap kurang ajar pada suaminya. "Keluar aja lu!" Romi menghela napas. Pemuda itu segera meraih laptop dan juga tas laptopnya, lalu membawa benda itu keluar kamar. Romi mengetik di ruang makan sampai pukul satu dini hari. Tugasnya selesai lebih cepat, dari pada ia mengerjakan tugas di kamar bersama sang Istri. Mengerjakan tugas satu ruangan dengan Elsa sungguh membuatnya tertekan.Setelah selesai, Romi memilih tidur di sofa. Pemuda itu tidak mau tidur sekamar dengan Elsa yang terus memakai dan meneriakinya. "Loh, Mas Romi kenapa tidur di luar?" tanya Herdi, adik lelaki Elsa yang baru saja lulus kuliah dan tengah mencari pekerjaan itu. Romi yang baru saja terpejam, membuka matanya kembali."Udah nangung, Her. Kalau saya masu
Romi sedang mandi saat ponselnya berdering. Panggilan itu dari Mutia. Elsa yang tengah berpakaian, mengintip layar ponsel Romi yang berkelap-kelip. Wanita itu meraih benda pipih yang sudah retak layarnya itu. “Halo, siapa ini?” “Halo, assalamualaykum.” “Siapa ini?” “Saya Mutia, Mbak. Apa A’ Romi ada?” “Ada, lagi mandi.” “Oh, ya sudah, bicara di kampus lagi saja. Terima kasih, Mbak.” Elsa menutup panggilan itu tanpa membalas ucapan Mutia. Di saat yang sama, Romi keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dililit di pinggang. Pemuda itu baru selesai mandi dan lupa membawa pakaian. Elsa melirik sekilas, lalu berpura-pura menyisir rambutnya. “Ada telepon ya, Mbak?” tanya Romi. “Iya, namanya Mutia. Apa dia calon pelakor? Nekat sekali menelepon suami orang pagi-pagi.” Romi menanggapi santai. Pemuda itu hanyantersenyum tipis, lalu berjalan m
“Kenapa jadi ribet gini, sih? Segala mau nikah negara. Jelas aku gak mau, Vin.” “Apa jangan-jangan pemuda itu sudah suka sama kamu?” tanya pria bernama Kevin yang saat ini tengah memegang tangan Elsa dengan erat. Keduanya tengah berada di sebuah restoran di Bogor. Sengaja mereka bepergian jauh jika sekedar ingin makan atau nonton, agar tidak ada yang menenali mereka. “Gak mungkin, Vin! Aku tuh udah galakin dia. Udah kasarin dia. Pokoknya aku gak pernah baik sama dia. Harusnya dia talak aja aku, tapi setiap hari aku nunggu kalimat talak itu gak keluar juga dari mulutnya. Apa aku aja yang minta ditalak?” Elsa berdecak sebal. Setiap kali memikirkan masalahnay dengan Kevin dan Romi, pasti kepalanya mau pecah. Tidak ada yang tahu keduanya telah berselingkuh dari almarhum Dion. Pria itu adalah sahabat dari Kevin, tetapi Elsa malah menyukai Kevin, bukan Dion, sedangkan Dion mati-matian bucin pada Elsa. Sehingga kisah cinta segitiga secara diam
Romi terus berusaha menelepon Elsa sampai jam setengah sebelas malam, tetapi tidak juga tersambung. Lalu Romi mengirimkan pesan pada Herdi untuk bertanya pada pemuda itu, apakah Elsa memiliki nomor lain atau ponsel lain? Namun, sungguh sayang, Herdi sedang nongkrong di kafe dan ponselnya ia silent. Romi pun mengirimkan pesan pada ibu mertuanya.Assalamualaikum, Ma. Jam setengah sembilan tadi, Romi dapat telepon dari kantor polisi dan petugas meminta Romi dan Mbak Elsa ke sana besok. Hari ini Mbak Elsa gak pulang dan ponselnya juga gak aktif. SendRomi memilih tidur setelah mengirimkan pesan itu pada Bu Dian. Bu Dian memberikan ponselnya pada Edmun yang ternyata mereka berdua belum tidur. Baru mau tidur setelah menonton film di channel HBO."Ada apa ya?" tanya Edmun penasaran."Mama gak tahu, Pa, tapi kenapa perasaan Mama gak enak sih? Lagian bukannya Elsa bilang kita gak boleh pulang karena dia akan belajar hidup berdua dengan Romi? Kenapa malah dia yang gak pulang? Mama rasa ada ya
Elsa keluar dari rumah tanpa mengatakan apapun. Wanita itu membawa tas jinjing dan begitu tergesa-gesa. Bibik sampai kebingungan melihat tingkah Elsa yang ia nilai sangatlah aneh. Wanita itu meneruskan pekerjaannya dan memilih untuk tidak ikut campur pada urusan majikan.Lalu di mana Elsa? Wanita itu hendak pergi menemui Kevin. Sepanjang jalan ia mencoba menghubungi kekasih gelapnya, tetapi tidak tersambung. Elsa semakin panik dan wanita itu kehilangan kendali saat mengendarai mobilnya.Brak! Kecelakaan pun tidak bisa dihindari. Elsa menabrak trotoar dan pingsan. Ponsel milik Romo terus berdering saat ia baru saja keluar dari kelas. Sesi satu perkuliahan sudah selesai. Sesi dua dilanjut jam satu siang. Sehingga ia punya waktu luang tiga jam untuk pergi ke kantor polisi."A' Romi mau ke mana? Kayaknya buru-buru banget?" tanya Mutia penasaran. "Iya, saya lagi ada urusan Mutia. Doakan lancar ya. Oh, iya, sorry belum bisa ngajar les adik kamu. Mungkin Minggu depan, setelah urusan rumah
"Kamu siapa?" tanya Elsa dengan suara pelan. Ini hari ketiga setelah wanita itu pertama kalinya melewati masa kritis. Romi yang tengah menangkap wajah dengan kedua tangannya, tersadar saat suara lemah Elsa memanggilnya. "Ma, Mbak Elsa, eh, Elsa sudah sadar," seru Romi buru-buru meralat ucapannya. Bu Dian dan suaminya masuk ke bilik, begitu juga Luisa dan Abdi. Dua orang tua itu kebetulan ada di sana untuk melihat keadaan Elsa. "Sayang, kamu sudah sadar, Nak," kata Bu Dian dengan mata berkaca-kaca. Tatapan Elsa penuh dengan tanda tanya. Satu per satu bola matanya mencari sosok yang ia kenal, tetapi ia tidak kenal siapapun."Kalian siapa? Di mana orang tua saya?" tanya Elsa lagi. "Nak, ini Mama. Ini Romi suami kamu dan ini Mama Luisa dan Om Abdi mertua kamu. A-apa kamu tidak kenal?" kata Bu Dian memperkenalkan orang di dekatnya satu per satu. Elsa menggelengkan kepala dengan perlahan."S-suami, saya punya suami?" tanya Elsa gugup. Luisa menyentuh pundak putranya pelan, lalu dengan ge
"Muka Lo asem banget, Vin! Putus Lo?" "Nggak, gue lagi bete aja." Kevin berusaha fokus pada laptopnya. Ini hari kelima panggilannya tidak juga tersambung ke nomor Elsa. Bukan hanya satu ponsel, tapi dua ponsel dengan tiga nomor yang berbeda yang ia hubungi, tetap saja tidak tersambung. "Muka Lo, muka ada masalah. Lo bisa cerita ke gue kalau lu benar-benar lagi bingung." Santi, teman SMA sekaligus teman di kantor Kevin. Setelah berpisah lama, keduanya kembali bertemu di kantor, hanya saja beda departemen. "Cewek gue udah lima hari gak ada kabar. Semua nomor udah gue hubungin dan mediao sosial dia juga udah, tapi gak ada respon. Terakhir balas chat gue itu ya lima harian yang lalu," cerita Kevin dengan wajah bingung."Kalau gitu, lu samperin aja rumahnya. Lu tahu rumahnya gak?" tanya Santi sedikit bingung. Kevin mengangguk."Cewek lu yang biasa kan? Lu bilang udah setahun setengah pacaran, masa rumahnya Lo gak tahu? Samperin, gih! Kali aja sakit." Kevin seperti mendapatkan pencerahan
"Ada apa, Nak? Bagaimana kabar Elsa?" tanya Luisa saat sore ini putranya berkunjung. Romi baru saja tiba, sepulang ia dari kampus. Tentu saja kehadirannya di rumah Luisa, sangat membuat mamanya senang. "Baik, Ma." Romi merebahkan tubuhnya di sofa. Sangat terlihat raut wajah lelah dan banyak yang ia pikirkan. Pemuda itu seperti malas bercerita panjang lebar tentang Elsa."Mama buatkan susu hangat, mau?" Romi menggelengkan kepalanya. Oa sedang bad mood dan tidak tahu ingin apa dan harus bagaimana untuk menghilangkan rasa bosan dan kesalnya."Ma, Romi mau air jahe terus kerokan. Badan Romi sakit semua." Romi meringis sambil menepuk perutnya yang memang sedikit kembung. Luisa tersenyum, lalu mengangguk paham."Mama rebus dulu jahenya, terus Mama kerokin ya. Tunggu sebentar." Luisa langsung pergi ke dapur, sedangkan Romi memejamkan matanya.Jika sudah sore seperti ini, ARt yang biasa membantu Luisa di rumah, sudah pulang setelah solat ashar. Hanya ada dirinya di rumah karena dua adik Rom
"Ma, Kevin gak bersalah, Ma. Wanita itu memfitnah Kevin. Kevin gak tahu apa-apa soal Dion dan Kevin gak kenal wanita itu!" Kevin terus merengek pada mamanya dari balik jeruji besi. "Mama justru bingung sama kamu. Kalau kamu gak kenal, kenapa wanita bernama Elsa itu punya semua buktinya? Dia sampai punya struk pembayaran hotel, villa, bukti chat ponsel, bukti transfer, dan rekaman suara kamu berencana mencelakai lelaki bernama Dion. Mama gak bisa bantu kamu, Kevin. Mama harap kamu bertaubat! Pantas Tuhan tidak ijinkan Mama berbesan dengan Bu Rana, ternyata emang anak Mama yang gak pantas bersanding dengan putri mereka.""Mama, semua itu fitnah! Mama harus percaya Kevin." Namun yang dilakukan wanita adalah segera beranjak dari penjara. Tujuannya hari ini adalah pergi ke rumah orang tua Elsa. Ya, ia harus mendengar cerita tentang Elsa dan juga Kevin.Bu Dian terheran-heran melihat kedatangan seorang wanita yang tidak ie kenal."Ibu siapa ya?" tanya Bu Dian yang saat ini sedang menimang
Dewasa(21+) Romi dan Mutia sudah tiba di Bali. Tiket honeymoon pemberian Elsa tentu saja saja tidak akan dilewatkan oleh keduanya. Ya, Elsa-lah yang memberikan Romi tiket bulan madu sebagai hadiah pernikahan kedua suaminya. Sampai kapan pun Elsa merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikan dan juga ketulusan suaminya. Pemuda yang menjadi tersangka atas skandal yang ia susun bersama kekasihnya Kevin. Sebuah foto dikirimkan Mutia pada Elsa sebagai informasi bahwa mereka sudah sampai di kamar pengantin yang dipesan oleh Elsa. Selamat berbulan madu. Itulah pesan yang dibalas oleh Elsa. Mutia memperlihatkan balasan pesan pada suaminya. “Aa yakin kalau Mbak Elsa baik-baik saja? kenapa diterima hadiah bulan madu seminggu ini. Mahal banget loh,. Padahal papa juga mau kasih tiket bulan madu, tapi udah keduluan Mbak Elsa,” kata Mutia tisak enak hati. Romi tersenyum hangat, lalu menarik Mutia dalam pelukannya. “Ing
“Kamu ini, Pa, gak dapat ibunya, tetap saja terobsesi dengan keluarganya. Anak sendiri masih muda, cantik kaya, malah dapatnya suami orang. Nambah anaknya pula.” Rana terus menggerutu di kursi orang tua pengantin. Wanita itu masih tidak ikhlas jika putrinya menikah dengan Romi; anak dari wanita yang dahulunya digilai suaminya. Ditambah posisi Romi saat ini masih istri dari Elsa yang baru tiga puluh dua hari yang lalu melahirkan, tentu saja pernikahan yang seperti terburu-buru ini mengundang banyak gosip di luaran sana. “Ma, anaknya saling suka, kok. Kenapa kita harus gak setuju? Romi itu anak baik. Solatnya rajin dan juga pintar. Dia belum lulus aja udah dapat kerjaan. Pernikahannya dengan Elsa itu kecelakaan, bukan seperti pernikahan lainnya. Mama gak perlu khawatir, anak perempuan kita pasti senang dan bahagia bisa menikah dengan pujaan hatinya.” Levi tersenyum pada para tamu undangan yang sedang berjalan ke arahnya untuk bersalaman. Di seberang kursi orang tua ada L
"Selamat Pak Romi, bayinya lelaki dan lahir dengan selamat, meskipun baru delapan bulan di dalam perut.""Alhamdulillah, apa saya bisa melihat istri saya, Dok? Istri saya beneran gak papa?""Nggak papa, Pak, semuanya sehat selamat. Lagi disiapkan dulu untuk pindah kamar ya. Bayinya juga dibersihkan dulu, baru nanti bisa diazankan.""Berat badannya berapa, Dok?" tanya Bu Diana menyela."Beratnya tiga kilogram lebih dua ons. Panjangnya empat puluh sembilan. Normal semua dan tampan." Romi tersenyum senang sambil menoleh pada mertuanya. "Alhamdulillah, terima kasih banyak, Dok." Semua orang yang ada di sana ikut senang dengan kabar yang diberikan dokter, termasuk Luisa dan suaminya. Meski mereka tahu yang lahir bukanlah cucu dari benih anak mereka, tetapi mereka tidak keberatan dan tetap menerima Elsa. "Selamat Romi, terima kasih sudah menjaga Elsa dengan baik. Bunda gak sangka anak lelaki Bunda bisa hebat sekali seperti ini," ucap Luisa sembari memeluk putranya. Romi terharu, hingga ad
"Mama gak habis pikir sama kamu, Elsa. Apa maksud kamu membiarkan Romi menikahi gadis bernama Mutia? Romi itu suami kamu. Dia peduli sama kamu, Elsa. Kamu hamil dan dia juga sayang sama anak kamu!" Bu Diana hampir menangis saat mengetahui kabar bahwa Romi baru saja melamar gadis bernama Mutia. "Gak adil buat Romi, Ma. Sampai saat ini saya gak tahu bagaimana saya di masa lalu. Saya juga gak ngerti hubungan saya dan Romi seperti apa. Ternyata Romi punya wanita yang ia suka, begitu juga sebaliknya. Romi terlalu baik, Ma. Gak mungkin Elsa tega mengambil Romi. Setelah anak ini lahir, Elsa akan melepas Romi. Ini sudah keputusan Elsa. Romi pun setuju. Mama gak usah khawatir, Elsa gak papa. Elsa udah anggap Romi itu adik Elsa. Benar dia sayang Elsa, tapi sebagai kakak, bukan pasangan karena Romi menyukai dan mencintai Mutia. Bulan depan mereka akan menikah, dua Minggu menjelang saya HPL, semoga saja berjalan lancar." Bu Dian memijat keningnya. Ia tidak bisa begitu saja merubah keputusan putr
"Mbak Elsa mau tinggal di sini?" Romi menatap Elsa tidak percaya."Iya, mau di sini saja nginep lagi. Rumah bunda kamu adem." Romi merapikan baju kemeja yang hari ini ia pakai ke kampus. Pemuda itu tidak keberatan saat istrinya membantu mengancingkan beberapa kancing kemeja bagian bawah. "Saya mau kuliah.""Iya, yang bilang kamu mau konser itu siapa? Kuliah aja. Aku mau di sini. Ini kan rumah suamiku." Elsa memegang kedua pipi Romi sambil tersenyum."Boleh? Kalau gak boleh, aku cium, nih!" pemuda itu tidak punya pilihan selain setuju. Elsa tertawa, lalu mengambil tas ransel Romi untuk dibawa ke depan."Aku tunggu di ruang makan ya." Romi menatap pintu yang tertutup kembali. Tidak ada debat di jantungnya, seperti bila ia berdekatan dengan Mutia. Murni sikapnya pada Elsa adalah bentuk perhatiannya sebagai suami. Ditambah Elsa yang sedang amnesia bersikap begitu baik, maka tidak ada alasan baginya untuk membalas sikap buruk Elsa sebelum kejadian kecelakaan itu. Gegas ia menyemprotkan p
"Halo, Bun, assalamualaikum." Elsa menyapa sembari mencium punggung tangan ibu mertuanya yang berkurang lebar. Luisa, hari ini ia kedatangan tamu spesial. "Wa'alaykumussalam." Luisa memperhatikan wajah putra dan juga menantunya bergantian."Kalian sudah makan?" "Sudah, Bunda, saya makan makanan di klinik tadi. Boleh duduk ya, Ma." "Oh, iya, duduk aja!" Luisa sedikit canggung. Ia tidak suka dengan Elsa, itu sudah jelas, tetapi Elsa yang malam ini datang ke rumahnya adalah Elsa yang tengah amnesia. "Mau minum apa?" Romi menurunkan ranselnya."Mau air putih saja. Apa saya boleh ambil sendiri ke dalam? Saya mau lihat-lihat rumah mertua." Elsa tersenyum lebar. Sekali lagi Luisa menatap Romi dengan penuh tanda tanya. Putranya itu hanya tersenyum tanpa berkata apapun ."Ada di sebelah kanan." Luisa menunjuk dapurnya. Elsa berjalan melewati mertuanya dengan sedikit membungkuk sopan. "Kenapa dia?" tanya Luisa tanpa suara pada Romi."Lagi bener," jawab Romi juga tanpa suara. Pemuda itu men
"Gadis yang kemarin pacar Romi?" Elsa menaruh kembali gelas yang hampir saja menyentuh bibirnya. "Bukan, Ma, hanya dekat saja." Elsa meneruskan minum susu ibu hamil."Masih muda. Teman kampus?" Elsa mengangguk."Kayaknya suka Romi." Elsa tersenyum."Iya, kelihatan kok. Kalau tidak suka, mana mungkin berani ke sini hanya ingin tahu kenapa pesannya tidak dibalas." "Lalu kamu?" Bu Dian penasaran dengan raut wajah putrinya."Biasa saja. Tidak cemburu juga. Kehidupan Romi di luar sana bukan sepenuhnya menjadi urusan Elsa. Apalagi masalah hati. Elsa kira, mungkin akan bisa terus menjadi istri Romi, tetapi karena Elsa hamil dan Romi sebenarnya punya kekasih, lebih baik kami berpisah, Ma. Elsa gak papa.""Nak, k-kamu harus tarik ucapan kamu tadi," ujar Bu Dian terkejut. Elsa menggelengkan kepala."Kami masih bisa silaturahmi seperti saudara, Ma. Mama jangan khawatir." Elsa bangun dari duduknya sambil membawa piring kue berisi brownies.Bu Dian hanya bisa menatap kasihan pada putrinya. Nasib
"Jadi kalian pacaran?" tanya Elsa pada Romi dan Mutia. "Kami teman, Mbak," jawab Mutia jujur. "Lalu, ada apa ke sini? Apa kamu belum tahu bahwa Romi sudah menikah?" tanya Elsa tanpa memutus pandangannya terhadap Mutia."Sudah tahu, hanya A Romi udah gak ke kampus dua hari. Saya kira sakit. Wa saya gak dibalas, hanya dibaca saja." Elsa tersenyum pada suaminya. "Karena dia sedang menjaga saya. Jangan sungkan, kalian bicara saja, saya gak mau ganggu. Saya mau istirahat.""Biar saya bantu, Mbak," ujar Romi sudah berdiri untuk memapah Elsa."Aku belum jompo." Elsa mencebik, lalu berjalan masuk ke kamar.Kini, Romi dan Mutia ada di taman belakang. Mutia canggung berduaan saja dengan Romi di rumah mertua lelaki itu."Jadi, apa yang membawa kamu sampai di sini? Kamu nekat sekali," kata Romi sambil menggaruk rambutnya yang tidak terlalu gatal. "Mutia hanya ingin tahu kabar A Romi. Karena pesan Mutia gak dibalas.""Aku gak papa, Mutia. Terima kasih atas perhatian kamu. Sekarang aku masih su