Home / Romansa / Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita: Chapter 151 - Chapter 160

214 Chapters

Bab DD. Demi apa?

"Ada coklat, banyak kok, entar kamu lihat sendiri sampai rumah," ucap Fariz. Mami dan papinya Fariz juga terlihat sangat kangen. Setelah semua berkumpul, mereka semua bergegas untuk pulang. Fariz juga rindu dengan anak-anak panti, terlebih ke yang paling kecil, Hunaisa. "Papi, Mami, sehat kan?" tanya Fariz sembari memeluk mereka bergantian. "Alhamdulillah, Nak," jawab mereka. Sampai di depan rumah, Hunaisa dan yang lain masih makan siang. Fariz segera bersih-bersih dulu lalu menghampiri mereka. Salma menyisir rambut acak-acajan suaminya biar semakin ganteng. "Gini kan, tambah ganteng," ucap Salma seraya menyisir rambut Fariz. "Hahaha … sayangku," tawa Fariz. "Daddy … Daddy … Daddy … Daddy!" teriak Hunaisa, tanpa permisi nyelonong masuk kamar. "Naisa, Sayang … udah besar aha kamu, Nak. Daddy kangen banten sama Nais." Fariz langsung menggendong putri kecil itu dan memeluknya. Fariz jadi teringat kejadian di London. Bagaimanapun, Hunaisa juga harus diketahui sebenarnya dia ini a
Read more

Bab EE. Bingung Kenapa, Sayang?

"Menurut kamu siapa?" tanya Fariz. "Yang pasti, mami dan papi sangat hebat, bisa menjadikan Capa seperti ini." Salma selalu menjunjung tinggi mertuanya. Dia sangat bersyukur diberi mertua yang juga menyayanginya serta sangat memahaminya. Tidak hanya ketika Salma bersanding dengan Fariz. Bahkan, saat ia ke London, mertuanya itu juga selalu ada untuk Salma. "Hahaha … yaaa begitulah, kamu selalu menjujung tinggi mertuamu. Thanks, Sayang," ucap Fariz. "Setiap menantu yang sudah dibukakan hatinya, ya tidak akan pernah tega menghinakan mertua, Cap. Alhamdulillah, Allah membuka hati Cama, ini semua karena Allah, kehendak Allah," jawab Salma. "Udah saatnya, sekarang Capa makan kamu. Sudah nggak tahan, Cam." Fariz begitu menyeramkan, langsung menggendong istrinya ke tempat istimewa mereka. Salma pasrah saja. Batinnya juga sangat bahagia bisa menjalankan ibadah lagi bersama suaminya. Memang, keluarga yang diisi dengan penuh cinta itu tidaklah sia-sia. Pernyataan harta yang paling berharga
Read more

Bab FF. Temani Aku Menatapmu

"Pagi, jam enaman dia datang, Cap," ucap Salma setelah chatnya dibalas. "Oke. Kamu sini dong, Capa kedinginan," manja Fariz. "Iya, Cama kan ini mau charger ponsel dulu. Sebentar aja kok udah manja sekali suami aku," omel Salma dengan senyum yang semanis tebu. Setelah chat masuk, Salma masih di tempat dekat charger ponsel. Fariz ingin beraksi lagi untuk istrinya. Berubah menjadi manja, itulah sikap Fariz ketika sakit. Fariz jadi mirip seperti bayi. Walaupun pada dasarnya ia tidak tega melihat istrinya kerepotan mengurusnya, dirinya tetap saja tidak lepas dari sikapnya yang seperti itu. Dari hatinya berkata, sikapnya yang menjadi manja itu, itu karena dia sangar sayang kepada istrinya. "Buruan!" Fariz terlihat sangat sangar. Membuat Salma yang mau menancapkan charger ponselnya tidak bisa masuk-masuk. "Jangan sangar-sangar! Cama tuh baperan, sudah ngerti juga," rajuk Salma Dia ingin lebih diperhatikan lagi. Dia ingin istrinya secara gamblang menunjukkan rasa cintanya. Meskipun nyat
Read more

Bab GG. Hatiku Berkata

"Capa nggak suka," ucap Fariz. "Berarti benci? Capa marah?" tanya Salma. "Tidak suka itu, tidak melulu diselimuti dengan benci atau marah. Capa hanya merasa terlalu mengacuhkan tamu saja." Fariz tahu keinginan baik istrinya, tapi dia tidak suka hal tersebut. Fariz benar dengan pernyataannya. Tidak suka itu juga tidak selalu membenci maupun marah. Kalau bisa mengontrol dan tetap sabar, akan semakin aman jiwa tidak meronta. Selain itu, Fariz juga tetap ingat apa kata suaminya. Kalau tidak suka, benci dengan sesuatu itu, jangan orangnya, tapi perilakunya. Sangat sering istrinya mengingatkan hal tersebut . Salma juga tidak sombong. Kalau dirinya, memang salah, dia juga meminta suaminya untuk tetap mengingatkan. Meskipun ilmu agamanya jauh lebih tinggi Salma, tidak pernah sekali pun, Salma meremehkan jika d ingatkan suaminya. Karena ia sadar, kalau dirinya itu manusia, yang melz'g kehidupan manusia itu harus saling mengingatkan supaya lebih nyaman, aman, bahagia dengan selamat. "Yaa,
Read more

Bab HH. Hebatnya Menantuku

"Yang aku nggak ikhlas itu, sikap Capa mengenai bilang aku cemen," rajuk Salma. "Kemarin itu? Hahaha ..." tawa Fariz. "Oooh, itu. Hahaha … canda doang, makanya kalau tugas itu segera dikerjain, jangan nunggu hari paling dekat dengan deadline." Fariz mengusap halus kepala istrinya. "Biasanya sih iya. Cuma akhir-akhir ini kan, gak ada yang nemenin sambil manjain aku, jadi males!" Ujungnya tetap Fariz yang kena. "Ehm, ya maaf, Sayang. Jadi gara-gara ini nih, ngambek dari bangun tidur sampai matahari udah bersiaplah muncul ini?" Fariz terus saja mengusap-usap punggung istrinya. Seakan memberi isyarat, "Sabar... sabar... sabar, udah ya merajuknya." "Hahaha ...." Salma melepaskan tawanya. Ia tidak tahan lagi untuk tidak membongkar pranknya.Fariz hanya melotot dengan senyum yang ditahan. Itu pasti kesabaran setipis tisu menghampiri, tapi tetap dijaga, demi istrinya supaya tidak baper terkena bentakannya. Salma terus tertawa dan menarik bibir suaminya itu supaya senyum. Fariz juga bisa u
Read more

Bab ii. Cenil dari Mertua

"Mau apa, ya." Salma bingung, apa yang mau ia jawab.  "Mi, Cama tuh sungkan, hahaha …" tawa Fariz.  Baru saja, yang merasakan ketar-ketir Fariz. Rupanya, sekarang suaminya itu sedang mengoperasi istrinya. Ganti Salma yang ketar-ketir di depan mertuanya.  "Gak usah malu,  entar beliin cenil aja Mi." Fariz merangkul dan membelai istrinya itu di depan maminya.  "Nggak usah usah sungkan, Sal. Sudah dua tahun lebih loh kita bersama. Oke, nanti tak beliin cenil, uenak pol itu yang di pasar, kamu pasti suka. Mami itu, rasanya adel banget, seneng kalau lihat kalian romantis gini di depan mami." Mami Reva tersenyum, kemudian Salma dan Fariz beranjak memeluknya.  
Read more

Bab JJ. Inginnya Sama Kamu

"Tidak," jawab Salma. "Kenapa, Sayang? Kok kamu cemberut gitu?" Fariz melihat istrinya itu seperti sedang badmood. "Males deh masuk kuliah, pengennya sama Capa terus," manja Salma. "Menjadi kamu semakin hari kok semakin parah, sih," racau Fariz. "Gak peduli! Cama males!" Entah kenapa, istrinya itu jadi malas kuliah. Tidak pernah sebelumnya ia seperti ini. Kalau urusan dengan pendidikan dia itu selalu semangat bahkan lebih semangat dibanding Fariz. Ini malah bermanja ketika mobil telah melaju dan hampir sampai kampus. Fariz memberhentikan mobilnya. Dia tidak saja istrinya, biar ekspresinya semakin lucu. "Istri aku lagi manja, inginnya sama Capa terus, apa Capa ikut ke kelas kamu? Begitu?" Fariz tersenyum dengan tatapan meledek yang sudah mulai beraksi. "Capa!" Salma bersandar ke suaminya sambil memejamkan matanya. "Capa, kamu tuh kalau ngasih solusi yang bener," celetuk Salma. "Hahaha … ya lagian, ini waktunya kita mengerjakan tugas kita, kenapa ada badmood sih? Jangan-jangan,
Read more

Bab KK. Lipstik Siapa?

"Lipstik?" Fariz kaget, ia baru ingat kalau karyawannya tadi tidak sengaja menabraknya karena sedang buru buru. Namun, Fariz tidak tahu kalau lipstiknya membekas di bajunya. Kebetulan, jasnya juga sedang dilepas. Salma semakin mendekat, sorot matanya sangat tidak suka melihat benar-benar lipstik di baju suaminya. "Ini lipstik siapa? Kamu habis dipeluk siapa?" gertak Salma. "Cama, ini Capa nggak tahu ada lipstik di sini. Gak ada yang meluk Capa kecuali kamu," ucap Fariz. "Hehh, tidur apa pingsan tadi di kantor?" "Oh, Capa gak tidur gak pingsan. Begini ceritanya." Fariz menceritakan kejadian aslinya. "Oh, begitu. Tetep dong, dipeluk orang lain jadinya," rajuk Salma. Salma merebahkan tubuhnya, menjauh dari suaminya yang masih berdiri di depan ranjang mereka. Fariz pun juga duduk di kursi untuk menyeduh kopi buatan istrinya. Sal
Read more

Bab LL. Nonton tapi Rusuh

"Oh, ini Cap." Salma mengulurkan ponselnya. "Mmm, ada acara di pesantren. Kamu diundang untuk juri perlombaannya, ya sudah kamu utamakan pesantren ya. Ikhlas gak jadi nonton?" "Baiklah, Insyaallah Cama ikhlas. Bagaimana dengan Capa? Mau temani Cama atau tetep nonton?" "Ya jelas temani Cama, dong. Untuk apa nonton kalau gak duduk di samping kamu? Siapa yang aku genggam tangannya? Memangnya boleh kalau orang lain?" goda Fariz. "Hiiih! Ya nggak dong, tak suruh mandi sembilan puluh sembilan kali kalau sengaja," "Kirain langsung dilepasin!" "Nggak bisa, aku nggak mau kita berdua sama-sama tersakiti. Aku sudah menanamkan dalam diriku, bahasannya dirimu dan diriku itu sudah serempak denyut malamnya, gak bisa diganggu gugat!" Walaupun ingin nonton film, tapi karena ada utusan dari pesantren, Fariz juga tetap memilihkan istrinya untuk tetap memenu
Read more

Bab MM. Santri-santri

"Oh, iya. Ini Mbak Salma, kan? Aaa, ini Mbak Salma! Bagaimana kabarnya, Mbak?" Tsaani senang bertemu dengan orang yang saat di pesantren selalu ada buat dirinya. "Hehe, benar. Alhamdulillah, heboh banget, kebiasaan! Kamu ikut lomba, nggak?" tanya Salma dengan "Oh, iya. Ini Mbak Salma, kan? Aaa, ini Mbak Salma! Bagaimana kabarnya, Mbak?" Tsaani senang bertemu dengan orang yang saat di pesantren selalu ada buat dirinya. "Hehe, benar. Alhamdulillah, heboh banget, kebiasaan! Kamu ikut lomba, nggak?" tanya Salma dengan melepaskan pelukan kangen dengan sahabatnya. "Tentu, dong. Dudukan Mbak Salma gitu, loh. BTW, aku ikut yang baca kitab, duuh! Rasanya udah panas dingin dari sekarang, gimana dong, Mbak?" Salma terrawa lepas. Dari MTs sampai sekarang sudah mau lulus MA, dia itu memang paling rempong kalau melakukan sesuatu. Karena saking hebohnya, itu terkadang bisa membuat dirinya fatal saat tampil.
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status