Home / Romansa / Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Istri Alim untuk CEO Anti-Wanita: Chapter 131 - Chapter 140

214 Chapters

Bab Rasa

"Mau diambilin apa?" tanya Salma. "Memangnya mau ke ruang tamu?" tanya Fariz. "Iya, jaket Cama di sana soalnya," ucap Salma. "Oooo, Capa cuma mau titip beberapa kata, gak usah lama-lama di luar kamar," pinta Fariz. "Duuuh, lebaynya!" Salma tersenyum centil kemudian melanjutkan jalannya. Salma juga tidak terlalu lama di luar. Untuk apa lama-lama di sana. Tanpa disuruh pun, ia juga bergegas ingin segera merebahkan tubuhnya di samping suaminya. Salma tidak sengaja menyenggol piring dan jatuh pecah. Fariz segera mencari sumber suara tersebut. Mertuanya sedang keluar, setelah mereka pulang tadi. "Panik, nggak? Hahaha …" tawa Fariz yang melihat istrinya seperti kepanikan. "Iiih, Cap! Kok malah diketawain? Ini piring Mami, gimana dong?" Salma merasa sangat panik. "Tenang, yang pecah itu piringnya, bukan mami dan bukan kamu. Beli lagi udah beres itu, sini biar Capa yang beresin," ucap Fariz menyingkirkan tangan istrinya dan menggantikan untuk memungut pecahan piring tersebut. Fariz t
Read more

Bab Ke Rumah

"Benar, aku marah," jawab Salma. "Ya udah pergi sana!" ucap Fariz. "Astaghrullahal'adzim, kamu benar-benar tega!" Salma sangar sakit hati dengan kelakuan suaminya yang sangat berbeda. "Kenapa nangis? Kamu sendiri yang bilang kalau aku ngomong apapun namanya tetap sengaja! Aku mau berangkat, puaskan di rumah orang tuamu! Aku juga akan mencari kepuasanku!" Benar-benar tidak ada adab. Salma tidak mau bicara lagi. Ia pun pergi ke rumah orang tuanya dengan taxi online. Semuanya terasa runtuh. Duduk pun tak terasa duduk. Ia hanya diam, dengan air mata yang terus mengalir. Orang yang biasanya selalu memanjakannya. Selalu menyuguhkan sesuatu dengan romantis. Kini cepat sekali berubah drastis. Tentu rasanya sangat mengiris. Sampai di depan rumahnya pun, ia tidak bisa menyembunyikan tangis. Salma datang langsung memeluk kakaknya. Karena yang ada di rumah cuma kakaknya. Semuanya sedang pergi ke acara Asma. Sedangkan kakaknya itu akan menyusul setelah mengambil berkas di kantornya. "Sal,
Read more

Hadiah

"Hadiah? Kamu masih tanya aku mau hadiah apa? Mikir dong!" ketus Salma. "Loh, kok jadi gini? Kan Capa nawarin, Sayang!" ucap Fariz. "Udah bikin jengkel, masih saja terus suruh Cama mikir!" Salma lagi posisi manja. Ia maunya langsung ditunjukin tanpa dia mikir. Dalam hatinya, ia senang banget karena suaminya tidak benar-benar membentaknya. "Cama, Capa mau kasih kamu buah aja deh," ucap Fariz. "Buat apa?" Tidak paham dengan jalan pikiran suaminya. Salma rasa, buah itu bukan hadiah. Setiap hari juga dia makan buah. Namun, kenapa suaminya berpikir tentang hal tersebut? "Untuk kamu, biar sehat terus," ucap Fariz. "Setiap hari Cama juga makan buah, dimana bentuk hadiahnya?" tanya Salma. Fariz menjelaskan apa yang ia maksud. Bukan Fariz namanya, kalau tidak romantis. Salma saja sampai kalah, dengan ucapan dan juga tindakan romantis dari Fariz. Keluarga Salma hanya terkekeh, mengintip sedikit dari luar kamar, karena pintunya juga tidak ditutup. "Cama, aku mau ambil dulu, buah apel ya
Read more

Bab Sosok (73)

"Mending kita chat dulu buat perjanjian. Kan orang sibuk kayak Capa," ucap Salma. Fariz gemas sekali mendengar ucapannya. Akhir-akhir itu kemanjaan Salma mulai meningkat. Sampai ingin lebih sedikit lagi waktu Fariz untuk di kantor, dan lebih dibanyakkan bersamanya. "Masih kurang jarah bersama kamunya?" gems Fariz yang menjawil pipinya dengan olesan buah naga. Tawa Hunaisa pun semakin kerasa mengetahui wajah Fsy yang ikut cemot. Orang tua Fariz hanya bisa mengikuti tawa Hunaisa. Sangat bahagia, sampai bingung mau berkata apa. Kebahagiaan dalam rumah tangga tentu menjadi sebuah hal yang diinginkan. Jalan mereka di setiap rumah tangganya pun berbeda-beda. Ada yang melalui jalur A tercipta sebuah kedamaian. Ada yang memakai jalur B bisa sampai kenyamanan. Ada pula yang pakai jalur C supaya tercipta keromantisan. Setiap rumah tangga pasti punya pegangan masing-masing. Itulah rumah tangga yang baik. Memiliki arah an tujuan tratur secara rapi dalam pernikahannya. Namun, kenapa per
Read more

Bab Yok, Manfaat!

"Yaaaa …  Cap, kita keluar dulu, Cama mau bicara. Tolong yang lain bersihkan ruangan suami saya." Salma menarik tangan suaminya untuk keluar.  Salma tahu, bahwa suaminya itu sangat sulit mengontrol emosi nya di saat seperti itu. Sepanjang jalan, Salma terus menggandeng tangan suaminya. Karena waktu juga siang, Salma mengajak Fariz untuk ke, restorannya Fariz dulu, sembari menenangkan pikiran.  "Capa, kita ke restoran Capa dulu," ucap Salma.  "Gak! Kamu tahu pikiran aku lagi kacau, Sayang. Tidak mungkin mau makan," ucap Fariz membuat Salma melongo, tumben tidak ingat istrinya yang juga sebenarnya waktunya makan.  Salma masih tetap memandang kedua mata Fariz. Ia terdiam, menunggu kelanj
Read more

Bab Ngeyel

"Eaaa … mulai merajuk!" goda Fariz. Wajah Salma begitu menggemaskan, meskipun ia sudah berusia dua puluh tahun. Apalagi saat merajuk, wajahnya malah semakin lucu membuat suaminya selalu senang menggodanya. Salma terus saja mencebikkan bibirnya. "Tarik … senyum, kamu ingin apa gitu nggak sekarang," ucap Fariz. Salma masih terdiam. "Oooh, Capa tahu. Pasti kamu suka Capa bantu bersihin make upnya. Sebentar, Capa ambil dulu kapas dan kawan-kawannya." Fariz turun lagi dari ranjangnya. Namun, Fariz tidak menemukan pembersihnya Salma. Biasanya juga terpampang jelas di samping depan cermin. Salma masih tetap terdiam, menunggu kepekaan yang ia inginkan. "Cama, kok nggak ada? Kamu taruh mana?" tanya Fariz. Salma juga masih terdiam. "Sayang, kenapa jadi diam sih?" Sekalian mengerjai suaminya.Sakma melanjutkan diamnya dan langsung tertidur. Ya, meskipun dia memang kesal, tetapi, setelah muncul ide iseng, dia sudah tertawa dalam hatinya. "Yaaah … gak seru! Masa tidur tanpa persiapan, Capa
Read more

Bab Masa Lalu

"Apa?" tanya Salma sambil terus dipegang tangannya oleh Fariz. "Namun, tidak mungkin aku membiarkanmu sakit. Capa ambil obat dulu," ucap Fariz. "Wait, memangnya Capa sudah paham dengan apa yang Cama katakan?" "Paham, dong. Maaf, Pura-pura aja tadi, wkwk …" tawa Fariz seraya mengecup kening istrinya. Perhatian suami itu sangat diinginkan oleh sang istri. Sikap manisnya, tentu membawa energi Salma menjadi lebih baik lagi. Hubungan mereka bisa semakin baik, meskipun dunia pekerjaan yang sedang tidak baik-baik saja. Fariz ini sudah sangat hebat. Entah yang memandang Salma, para karyawan apalagi orang tuanya. Orang tua yang tahu Fariz dari kecil sampai saat ini bagaimana sikapnya. Betapa ngenes sikap Fariz, di kala cintanya kandas dengan Clarissa. Sebenarnya Salma itu ingin menghargai suaminya. Ia paham, bahwasannya kenangan di jamannya dengan Clarissa itu memang dalam. Flashback "Sayang, kalau Fariz masih teringat dengan masa lalunya, kamu yang sabar ya," ucap Reva. "Iya, Mi. Insy
Read more

Bab RS

"Ya Allah … Cama … udah Capa bilang kan, kita ke dokter sekarang," ucap Fariz menangkap tubuh Salma yang hampir saja kejedot meja. "Sorry Cap. Cama malas ke rumah sakit, tidur ajalah. Cama tuh cuma mau pakaikan dasi ini tadi, sini Cama Pakaikan." Fariz pun duduk dan di bawah istrinya untuk menutupi apa yang istrinya mau. Masih sakit pun, dia selalu membuat Fariz terenyuh dengan sikapnya. Sayangnya, Fariz harus beribu kali membujuk supaya istrinya mau diajak ke dokter. "Thanks … kita ke dokter, Sayang," bujuk Fariz. "Ribet," jawab Salma yang malah menarik selimutnya. *** "Kamu lelah ya," tanya Fariz sembari mengusap-usap punggung Salma karena antri yang sangat lama. "Iya! Makanya aku bilang, aku malas ke rumah sakit, pulang aja yuk!" rengek Salma. "Loh, gak boleh begitu dong, Sayangku. Sini nyandar ke Capa." Fariz menadahkan tangannya untuk Salma sandari.Nyatanya, menunggu antrian itu memang butuh kesabaran. Ia perhatikan, Salma memang sangat bosan. Dia yang cerewet, tidak ada
Read more

Bab Buket Gelas Cinta (78)

"Cap, dadaku sakit." Salma merintih, seraya memegangi dadanya. "Ya Tuhan, kamu kok jadi dada juga yang sakit. Kita kembali ke rumah sakit pakai kursi roda aja!" pinta Fariz. "Maafin Cama, banyak merepotkan," jawab Salma. "Cama ... kamu harus segera sembuh, tidak perlu meminta maaf, sudah pasti ini bukan hal yang merepotkan." "Cap, semakin sakit." Fariz pun ikut menaruh telapak tangannya itu pada dada istrinya. Dengan kekuatan batin dan cintanya, Fariz harap bisa memberi sedikit pereda sakitnya. Fariz memanggil satpam dan memintanya untuk mengambilkan kursi roda. "Tapi boong," ucap Salma tersenyum. "Heh? Kamu jangan bercanda yang seperti ini, Astagfirullaah ... Cama Sayang, syukurlah kalau hanya bercanda," Fariz menghela napas lega. Namun, wajah istrinya itu menjadi pucat setelah senyumnya terulas bersama Fariz. Tentu, Fariz menjadi lebih khawatir lagi, karena bibir pucat kan tidak bisa dibohongi. "Cap, Cama lemas." Salma langsung pingsan ke pangkuan Fariz. "Cam ...
Read more

Bab Harta yang Paling Berharga

"Bakat," jawab Salma. "Iya, bakat apa?" tanya Fariz. "Bakat bikin istrinya terbang," jawab Salma. "Hahaha … itu harus dong, biar istrinya seneng. Menyenangkan istri kan, tentu hal baik," jawab Fariz. "Ya liat-liat, kalah menyenangkannya ke arah keburukan, dengan cara yang salah, tentu bukan hal baik," jelas Salma. "Tapi kan, yang Capa lakukan itu hal baik, Sayang." Fariz tidak Terima kalau dicap bukan hal baik. Salma hanya tersenyum, kemudian memeluk suaminya. Ia mengucapkan terima kasih kasihnya lagi, tanpa ada kata bosan. Semua yang dilakukan Fariz memang sangat membuat Salma bahagia. "Is the best," ucap Salma seraya memeluk suaminya. "Yaaa … kamu itu," "Aku kenapa?" tanya Salma dengan manja. "Dalam perspektif kamusku, kamu itu berada pada titik paling atas, dengan cahaya terang. Tidak ada yang mengalahkan cahayamu. Selama napas Capa ini masih bisa kau rasa, selama itu pula dunia ikut menyaksikanku, tentang seberapa besar mulianya dirimu dalam kamusku." Fariz mena
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
22
DMCA.com Protection Status