Home / Romansa / Balas Dendam Lady Neenash / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Balas Dendam Lady Neenash: Chapter 81 - Chapter 90

146 Chapters

Bagian 80

Wajah pimpinan kesatria merah padam. Rasa malu menjalar di hatinya. Ada rasa gentar juga karena harus berhadapan dengan seorang pahlawan perang yang telah terkenal kehebatannya. Namun, amarah raja terasa lebih mengerikan baginya."Anda sudah menentang perintah Raja, Yang Mulia Grand Duke!" sergah si pimpinan dengan suara sedikit bergetar. Dia sudah susah payah mengumpulkan keberanian."Aku tidak peduli. Pergilah!" usir Grand Duke Erbish lagi.Pimpinan kesatria tampak menghela napas berat. "Kalau begitu, kami tak punya pilihan. Karena Anda tidak mau memenuhi perintah dengan baik-baik, maka kami akan menggeledah paksa!" tegasnya dengan raut wajah dibuat segalak mungkin.Grand Duke Erbish tersenyum sinis seperti menantang. Meskipun gentar, pimpinan kesatria tetap harus melaksanakan tugas. Dia mengangkat pedang, memberi isyarat kepada kesatria bawahannya. "Maju!" perintahnya. Pasukan istana merangsek maju. Pasukan utara dengan cepat menghadang. Pertarungan pun tak dapat dihindarkan. Bu
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Bagian 81

Lady Cherrie, Pangeran Seandock, dan Duke Thalennant keluar dari ruang kerja Raja Garrpou bersama-sama. Rasa puas tergambar di wajah mereka. Namun, suasana hati yang bahagia seketika berubah menjadi bencana bagi Duke Thalennant saat mereka memasuki bagian taman.Ya, rasa perih menggayuti hati saat melihat Lady Cherrie bermanja dengan Pangeran Seandock. Kemesraan mereka menerbitkan cemburu. Namun, kesetiaan akan menjerat Duke Thalennant agar selalu menyadari posisinya. "Duke Reinnerd, kita perlu bicara," cetus Pangeran Seandock tiba-tiba membuyarkan lamunan Duke Thalennant."Baik, Yang Mulia," sahut Duke Thalennant sembari membungkuk dengan takzim.Setelah itu, Pangeran Seandock memanggil Sir Markist dan seorang dayang. Dia meminta mereka untuk menemani Lady Cherrie kembali ke Istana Safir. Awalnya, Lady Cherrie merengek tak ingin kembali, tetapi tatapan tajam sang putra mahkota membuatnya menurut."Sean, aku tidak suka jika kamu membuat pertengkaran yang sia-sia," pesan Lady Cherrie.
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Bagian 82

Bocah berusia 10 tahun itu terus mengekori langkah sang ayah. Dadanya berdebar kencang. Ada rasa tak percaya bercampur dengan bahagia yang meluap-luap. Hari itu, dia akan resmi menjadi murid sang pahlawan perang, Marquess Arbeil Esbuach. Thalennant, sang penerus Keluarga Reinnerd memang sudah lama mendambakannya. Namun, saat berada di hadapan Marquess Arbeil, dia malah gelagapan dan terbata-bata."Mo-mo-hon bim-bingan guru!" serunya dengan. suara cempreng setelah sang ayah memperkenalkannya dengan penuh kebanggaan."Anak yang sangat bersemangat. Kau pasti akan menjadi pahlawan besar jika sudah besar nanti," puji Marquess Arbeil.Thalennant menunduk dengan pipi merona. Dia mencengkeram ujung bajunya. Marquess Arbeil terkekeh. Tangan kekarnya terulur ke depan, lalu mengelus kepala Thalennant. Si bocah hampir pingsan karena sangat senang."Selamat datang di Kediaman Esbuach, Bocah! Kau harus berlatih dengan benar dan niat kuat. Pelatihan di sini tidak akan mudah." Duke Ashtair Reinnerd
last updateLast Updated : 2023-06-04
Read more

Bagian 83

Wajah cantik Lady Cherrie tertangkap pandangan Duke Thalennant. Perlahan, bayangan kenangan bersama Lady Neenash dan Keluarga Esbuach tertutup kabut, lalu terkunci di sudut hati terdalam. Sihir hitam kembali menguasai Duke Thalennant."Tuan Duke, Anda baik-baik saja? Anda terlihat kebingungan?" celetuk Lady Cherrie menyentak kesadaran Duke Thalennant.Wanita itu diam-diam menyeringai karena telah berhasil mengendalikan lagi budaknya yang hampir terlepas. Dia menatap lembut dengan wajah yang membiaskan rasa khawatir. Duke Thalennant seketika merasa iba dan kembali menjadi budak cinta Lady Cherrie."Lady Cherrie? Kenapa Anda kembali ke sini? Anda sendirian? Ini berbahaya. Anda harus kembali ke Istana Safir," cecar Duke Thalennant.Lady Cherrie mendadak memasang wajah muram. Sorot matanya perlahan menjadi sendu. Duke Thalennant bisa melihat tangan gadis tampak gemetaran. Rasa ingin melindunginya semakin terbangkitkan."Ada apa, Lady? Ada seseorang yang menganggumu?"Lady Cherrie menggele
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bagian 84

Duke Thalennant tampak gagah duduk di atas kuda hitam bersurai putih. Di belakangnya, pasukan khusus telah berbaris rapi. Raja Garrpou menyampaikan beberapa patah kata sebelum melepaskan mereka menuju utara. Dia berdiri di atas balkon istana utama sembari mengangkat tongkat kebesarannya."Erbish dan pasukan utaranya memang terkenal sangat kuat. Tapi, aku percaya dengan dipimpin Duke Reinnerd kalian pun tak kalah bersaing dengan mereka! Jagalah kepercayaanku dan bawalah kemenangan!" seru Raja Garrpou mencoba memantik semangat juang para prajurit."Suatu kehormatan bagi kami, Yang Mulia!" Suara para prajurit yang berapi-api terdengar bersahutan.Raja Garrpou mengucapkan salam keselamatan untuk menutup pidatonya. Setelah itu, Kepala Kuil memimpin doa. Terakhir, Lady Cherrie maju untuk memberikan berkat saintess."Karunia dan kasih sayang Dewi Asteriella melingkupi kita semua! Terimalah rasa cinta Dewi dengan tangan dan hati terbuka," tuturnya dengan suara lembut dan merdu.Cahaya keluar
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bagian 85

Pasukan khusus istana sudah berada tak jauh dari ngarai paling strategis. Grand Duke Erbish memimpin prajuritnya naik ke atas tebing. Tepat begitu pasukan khusus istana melewati bawah tebing, anak panah ditembakkan secara bertubi-tubi."Arghhh! Sial!""Pasang perisai ke arah atas!""Bersiaga! Segera bersiaga!"Teriakan-teriakan panik dari bawah tebing membangkitkan semangat prajurit utara. Mereka menyerang semakin gencar dengan hujan anak panah dan lemparan tombak. Belum sempat pasukan khusus istana melakukan perlawanan, prajurit bayaran telah berdatangan dari segala sisi.Pasukan istana mulai kocar-kacir. Namun, tak disangka mereka ternyata membawa beberapa orang penyihir api. Panah api berlesatan. Lady Hazel sempat menyiapkan perisai penemuannya, tetapi sedikit terlambat melakukan pengaktifan."Argggh!"Erangan menyayat memenuhi udara. Dua puluh kesatria utara terkena serangan panah api. Louvi segera mengangkat tangan dan melakukan penyembuhan sekaligus."Serahkan para penyihir itu
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bagian 86

Grand Duke Erbish telah tiba di kastilnya. Dia langsung melompat dari kuda, lalu berlari menuju kamar Lady Neenash. Entah sudah berapa pintu yang hancur akibat dibantingnya. Louvi dan Lady Hazel mengekor langkah Grand Duke Erbish tanpa banyak bicara. Mereka terus berlari hingga tiba di depan kamar Lady Neenash. Grand Duke Erbish lagi-lagi mendobrak pintu, hingga lempengan kayu itu jatuh berdebum ke lantai marmer."Neenash! Tidak! Neenash!" seru Grand Duke Erbish dengan suara menggelegar.Dia berlari menghambur ke arah Lady Neenash yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sementara itu, Lady Hazel jatuh terduduk di depan pintu sembari menutup mulut. Kakinya mendadak lemas melihat kondisi mengenaskan Lady Neenash. Beruntung, Louvi yang selalu tenang berhasil mengendalikan emosi. Dia segera menggunakan kekuatan suci untuk memulihkan kondisi Lady Neenash, Pangeran Sallac, dan Pheriana. Sayangnya, kekuatan Louvi hanya berhasil menyembuhkan Pangeran Sallac dan Pheriana. Lady Neen
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bagian 87

"Neenash! Neenash! Kumohon buka matamu ...."Pangeran Sallac menepuk-nepuk pipi Lady Neenash dan terus berseru panik. Tubuhnya ikut basah kuyup karena nekat langsung mengangkat Lady Neenash dari kolam air mancur. Tetesan air merembes dari kain bajunya membuat jejak-jejak genangan di lantai kuil."Neenash! Ayo buka matamu!" cecar Pangeran Sallac lagi."Tenanglah, Pangeran. Anda justru bisa menyakiti Lady Neenash jika seperti itu," tegur Louvi.Pangeran Sallac mendelik tajam. Jika tidak sedang mendekap tubuh Lady Neenash, bisa-bisa Louvi dijadikannya manusia panggang."Kau diam saja, Tuan Pendeta! Kau bilang tubuhnya sudah pulih, tetapi kenapa dia masih tidak sadar, hah?" gertak Pangeran Sallac dengan napas menderu."Lady Neenash benar-benar sudah pulih. Sihir hitamnya sudah tidak ada lagi. Lady belum sadar karena sepertinya sedang berbicara dengan kesatria cahaya di alam bawah sadar," jelas Louvi dengan hati-hati. "Oleh karena itu, sebaiknya jangan diganggu–"Louvi tak melanjutkan ucap
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bagian 88

Sesuai rencana, pagi-pagi sekali Lady Neenash dan rekan-rekannya masuk ke ruangan teleportasi. Para penyihir utara mengelilingi lingkaran sihir dengan posisi siaga. Mata mereka terlihat berbinar. Tentu ada rasa bangga memiliki andil untuk membantu pemilik menara sihir yang terkenal jenius dan menjadi idola setiap penyihir.Sementara itu, si pemilik menara sihir alias Pangeran Sallac terus memasang wajah ketus. Sejak semalam, dia mengeluh tak ingin dibantu dan berpikir akan melakukan teleportasi sendiri. Dengan manna sebesar miliknya, Pangeran Sallac bahkan bisa memindahkan serarus orang sekaligus. "Ayolah, Sallac! Berhenti bemuka masam! Kau tahu aku melarangmu melakukan teleportasi demi kebaikan bersama bukan? Jika kau menggunakan sihir, mereka akan bisa melacak pergerakan kita. Iblis itu pasti akan melakukan apa saja untuk menghalangi," tegur Lady Neenash."Iya, iya," sahut Pangeran Sallac ketus. "Padahal aku bisa memindahkan tanpa goncangan sedikit pun," gerutunya dengan suara liri
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bagian 89

Saat Grand Duke Erbish sibuk mengumpat, alat komunikasi tersambung lagi. Wajah Count Calliant yang tampak di bola kristal komunikasi terlihat sendu. Ada rasa bersalah tersirat dari sorot matanya. Sepertinya, dia juga kurang tidur jika dilihat parahnya kantung mata lelaki paruh baya itu."Tenanglah, Yang Mulia Grand Duke. Saya akan berusaha mengulur waktu agar penyerangan wilayah utara bisa ditunda selama mungkin," tutur Count Calliant dengan hati-hati."Aku sudah lelah dengan ini semua, Tuan Count, "keluh Grand Duke Erbish."Saya tahu. Kita semua lelah, tapi bersabarlah sedikit lagi, Yang Mulia–"Bunyi mendenging memekakkan telinga. Bola kristal komunikasi tidak lagi menunjukkan wajah Count Calliant. Kini, hanya lima garis abu-abu yang terlihat. Count Calliant lagi-lagi memutuskan komunikasi secara mendadak. "Sial! Apa ayahmu itu tidak bisa membiarkan kita bernapas sejenak saja, Sallac?" geram Grand Duke Erbish.Bukannya menjawab, Pangeran Sallac malah mengangkat bahu dengan raut waj
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status