Wajah cantik Lady Cherrie tertangkap pandangan Duke Thalennant. Perlahan, bayangan kenangan bersama Lady Neenash dan Keluarga Esbuach tertutup kabut, lalu terkunci di sudut hati terdalam. Sihir hitam kembali menguasai Duke Thalennant."Tuan Duke, Anda baik-baik saja? Anda terlihat kebingungan?" celetuk Lady Cherrie menyentak kesadaran Duke Thalennant.Wanita itu diam-diam menyeringai karena telah berhasil mengendalikan lagi budaknya yang hampir terlepas. Dia menatap lembut dengan wajah yang membiaskan rasa khawatir. Duke Thalennant seketika merasa iba dan kembali menjadi budak cinta Lady Cherrie."Lady Cherrie? Kenapa Anda kembali ke sini? Anda sendirian? Ini berbahaya. Anda harus kembali ke Istana Safir," cecar Duke Thalennant.Lady Cherrie mendadak memasang wajah muram. Sorot matanya perlahan menjadi sendu. Duke Thalennant bisa melihat tangan gadis tampak gemetaran. Rasa ingin melindunginya semakin terbangkitkan."Ada apa, Lady? Ada seseorang yang menganggumu?"Lady Cherrie menggele
Duke Thalennant tampak gagah duduk di atas kuda hitam bersurai putih. Di belakangnya, pasukan khusus telah berbaris rapi. Raja Garrpou menyampaikan beberapa patah kata sebelum melepaskan mereka menuju utara. Dia berdiri di atas balkon istana utama sembari mengangkat tongkat kebesarannya."Erbish dan pasukan utaranya memang terkenal sangat kuat. Tapi, aku percaya dengan dipimpin Duke Reinnerd kalian pun tak kalah bersaing dengan mereka! Jagalah kepercayaanku dan bawalah kemenangan!" seru Raja Garrpou mencoba memantik semangat juang para prajurit."Suatu kehormatan bagi kami, Yang Mulia!" Suara para prajurit yang berapi-api terdengar bersahutan.Raja Garrpou mengucapkan salam keselamatan untuk menutup pidatonya. Setelah itu, Kepala Kuil memimpin doa. Terakhir, Lady Cherrie maju untuk memberikan berkat saintess."Karunia dan kasih sayang Dewi Asteriella melingkupi kita semua! Terimalah rasa cinta Dewi dengan tangan dan hati terbuka," tuturnya dengan suara lembut dan merdu.Cahaya keluar
Pasukan khusus istana sudah berada tak jauh dari ngarai paling strategis. Grand Duke Erbish memimpin prajuritnya naik ke atas tebing. Tepat begitu pasukan khusus istana melewati bawah tebing, anak panah ditembakkan secara bertubi-tubi."Arghhh! Sial!""Pasang perisai ke arah atas!""Bersiaga! Segera bersiaga!"Teriakan-teriakan panik dari bawah tebing membangkitkan semangat prajurit utara. Mereka menyerang semakin gencar dengan hujan anak panah dan lemparan tombak. Belum sempat pasukan khusus istana melakukan perlawanan, prajurit bayaran telah berdatangan dari segala sisi.Pasukan istana mulai kocar-kacir. Namun, tak disangka mereka ternyata membawa beberapa orang penyihir api. Panah api berlesatan. Lady Hazel sempat menyiapkan perisai penemuannya, tetapi sedikit terlambat melakukan pengaktifan."Argggh!"Erangan menyayat memenuhi udara. Dua puluh kesatria utara terkena serangan panah api. Louvi segera mengangkat tangan dan melakukan penyembuhan sekaligus."Serahkan para penyihir itu
Grand Duke Erbish telah tiba di kastilnya. Dia langsung melompat dari kuda, lalu berlari menuju kamar Lady Neenash. Entah sudah berapa pintu yang hancur akibat dibantingnya. Louvi dan Lady Hazel mengekor langkah Grand Duke Erbish tanpa banyak bicara. Mereka terus berlari hingga tiba di depan kamar Lady Neenash. Grand Duke Erbish lagi-lagi mendobrak pintu, hingga lempengan kayu itu jatuh berdebum ke lantai marmer."Neenash! Tidak! Neenash!" seru Grand Duke Erbish dengan suara menggelegar.Dia berlari menghambur ke arah Lady Neenash yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sementara itu, Lady Hazel jatuh terduduk di depan pintu sembari menutup mulut. Kakinya mendadak lemas melihat kondisi mengenaskan Lady Neenash. Beruntung, Louvi yang selalu tenang berhasil mengendalikan emosi. Dia segera menggunakan kekuatan suci untuk memulihkan kondisi Lady Neenash, Pangeran Sallac, dan Pheriana. Sayangnya, kekuatan Louvi hanya berhasil menyembuhkan Pangeran Sallac dan Pheriana. Lady Neen
"Neenash! Neenash! Kumohon buka matamu ...."Pangeran Sallac menepuk-nepuk pipi Lady Neenash dan terus berseru panik. Tubuhnya ikut basah kuyup karena nekat langsung mengangkat Lady Neenash dari kolam air mancur. Tetesan air merembes dari kain bajunya membuat jejak-jejak genangan di lantai kuil."Neenash! Ayo buka matamu!" cecar Pangeran Sallac lagi."Tenanglah, Pangeran. Anda justru bisa menyakiti Lady Neenash jika seperti itu," tegur Louvi.Pangeran Sallac mendelik tajam. Jika tidak sedang mendekap tubuh Lady Neenash, bisa-bisa Louvi dijadikannya manusia panggang."Kau diam saja, Tuan Pendeta! Kau bilang tubuhnya sudah pulih, tetapi kenapa dia masih tidak sadar, hah?" gertak Pangeran Sallac dengan napas menderu."Lady Neenash benar-benar sudah pulih. Sihir hitamnya sudah tidak ada lagi. Lady belum sadar karena sepertinya sedang berbicara dengan kesatria cahaya di alam bawah sadar," jelas Louvi dengan hati-hati. "Oleh karena itu, sebaiknya jangan diganggu–"Louvi tak melanjutkan ucap
Sesuai rencana, pagi-pagi sekali Lady Neenash dan rekan-rekannya masuk ke ruangan teleportasi. Para penyihir utara mengelilingi lingkaran sihir dengan posisi siaga. Mata mereka terlihat berbinar. Tentu ada rasa bangga memiliki andil untuk membantu pemilik menara sihir yang terkenal jenius dan menjadi idola setiap penyihir.Sementara itu, si pemilik menara sihir alias Pangeran Sallac terus memasang wajah ketus. Sejak semalam, dia mengeluh tak ingin dibantu dan berpikir akan melakukan teleportasi sendiri. Dengan manna sebesar miliknya, Pangeran Sallac bahkan bisa memindahkan serarus orang sekaligus. "Ayolah, Sallac! Berhenti bemuka masam! Kau tahu aku melarangmu melakukan teleportasi demi kebaikan bersama bukan? Jika kau menggunakan sihir, mereka akan bisa melacak pergerakan kita. Iblis itu pasti akan melakukan apa saja untuk menghalangi," tegur Lady Neenash."Iya, iya," sahut Pangeran Sallac ketus. "Padahal aku bisa memindahkan tanpa goncangan sedikit pun," gerutunya dengan suara liri
Saat Grand Duke Erbish sibuk mengumpat, alat komunikasi tersambung lagi. Wajah Count Calliant yang tampak di bola kristal komunikasi terlihat sendu. Ada rasa bersalah tersirat dari sorot matanya. Sepertinya, dia juga kurang tidur jika dilihat parahnya kantung mata lelaki paruh baya itu."Tenanglah, Yang Mulia Grand Duke. Saya akan berusaha mengulur waktu agar penyerangan wilayah utara bisa ditunda selama mungkin," tutur Count Calliant dengan hati-hati."Aku sudah lelah dengan ini semua, Tuan Count, "keluh Grand Duke Erbish."Saya tahu. Kita semua lelah, tapi bersabarlah sedikit lagi, Yang Mulia–"Bunyi mendenging memekakkan telinga. Bola kristal komunikasi tidak lagi menunjukkan wajah Count Calliant. Kini, hanya lima garis abu-abu yang terlihat. Count Calliant lagi-lagi memutuskan komunikasi secara mendadak. "Sial! Apa ayahmu itu tidak bisa membiarkan kita bernapas sejenak saja, Sallac?" geram Grand Duke Erbish.Bukannya menjawab, Pangeran Sallac malah mengangkat bahu dengan raut waj
"Bagus taruh di sebelah sana!" titah Lady Hazel seraya mondar-mandir sembari membawa gulungan perkamen.Para penyihir utara bergantian menggunakan teleportasi untuk memindahkan rangkaian besi dan tumpukan logam langka. Goreit, adalah logam yang hanya ada di wilayah Grand Duchy. Jumlahnya memang melimpah ruah di tambang pribadi Grand Duke Erbish, tetapi sangat sulit untuk mengeluarkannya dari perut bumi.Jika sebidang tanah mengandung goreit, maka teksturnya akan menjadi sangat kokoh. Puluhan alat penambang harus hancur dulu hanya untuk mendapatkan segenggam serpihan logam tersebut. Oleh karena itu, Grand Duke Erbish memutuskan untuk menunda eksploitasi tambangnya.Namun, kedatangan Lady Hazel mengubah semuanya. Dalam waktu singkat, gadis itu bisa menciptakan alat yang dapat menembus lapisan tanah mengandung goreit. Tak hanya sampai di situ, Lady Hazel juga berencana mengolah goreit menjadi perisai raksasa untuk menghadang pasukan istana agar tak banyak macam korban."Bagaimana kalau p