Grand Duke Erbish telah tiba di kastilnya. Dia langsung melompat dari kuda, lalu berlari menuju kamar Lady Neenash. Entah sudah berapa pintu yang hancur akibat dibantingnya. Louvi dan Lady Hazel mengekor langkah Grand Duke Erbish tanpa banyak bicara. Mereka terus berlari hingga tiba di depan kamar Lady Neenash. Grand Duke Erbish lagi-lagi mendobrak pintu, hingga lempengan kayu itu jatuh berdebum ke lantai marmer."Neenash! Tidak! Neenash!" seru Grand Duke Erbish dengan suara menggelegar.Dia berlari menghambur ke arah Lady Neenash yang tergeletak di lantai dengan bersimbah darah. Sementara itu, Lady Hazel jatuh terduduk di depan pintu sembari menutup mulut. Kakinya mendadak lemas melihat kondisi mengenaskan Lady Neenash. Beruntung, Louvi yang selalu tenang berhasil mengendalikan emosi. Dia segera menggunakan kekuatan suci untuk memulihkan kondisi Lady Neenash, Pangeran Sallac, dan Pheriana. Sayangnya, kekuatan Louvi hanya berhasil menyembuhkan Pangeran Sallac dan Pheriana. Lady Neen
"Neenash! Neenash! Kumohon buka matamu ...."Pangeran Sallac menepuk-nepuk pipi Lady Neenash dan terus berseru panik. Tubuhnya ikut basah kuyup karena nekat langsung mengangkat Lady Neenash dari kolam air mancur. Tetesan air merembes dari kain bajunya membuat jejak-jejak genangan di lantai kuil."Neenash! Ayo buka matamu!" cecar Pangeran Sallac lagi."Tenanglah, Pangeran. Anda justru bisa menyakiti Lady Neenash jika seperti itu," tegur Louvi.Pangeran Sallac mendelik tajam. Jika tidak sedang mendekap tubuh Lady Neenash, bisa-bisa Louvi dijadikannya manusia panggang."Kau diam saja, Tuan Pendeta! Kau bilang tubuhnya sudah pulih, tetapi kenapa dia masih tidak sadar, hah?" gertak Pangeran Sallac dengan napas menderu."Lady Neenash benar-benar sudah pulih. Sihir hitamnya sudah tidak ada lagi. Lady belum sadar karena sepertinya sedang berbicara dengan kesatria cahaya di alam bawah sadar," jelas Louvi dengan hati-hati. "Oleh karena itu, sebaiknya jangan diganggu–"Louvi tak melanjutkan ucap
Sesuai rencana, pagi-pagi sekali Lady Neenash dan rekan-rekannya masuk ke ruangan teleportasi. Para penyihir utara mengelilingi lingkaran sihir dengan posisi siaga. Mata mereka terlihat berbinar. Tentu ada rasa bangga memiliki andil untuk membantu pemilik menara sihir yang terkenal jenius dan menjadi idola setiap penyihir.Sementara itu, si pemilik menara sihir alias Pangeran Sallac terus memasang wajah ketus. Sejak semalam, dia mengeluh tak ingin dibantu dan berpikir akan melakukan teleportasi sendiri. Dengan manna sebesar miliknya, Pangeran Sallac bahkan bisa memindahkan serarus orang sekaligus. "Ayolah, Sallac! Berhenti bemuka masam! Kau tahu aku melarangmu melakukan teleportasi demi kebaikan bersama bukan? Jika kau menggunakan sihir, mereka akan bisa melacak pergerakan kita. Iblis itu pasti akan melakukan apa saja untuk menghalangi," tegur Lady Neenash."Iya, iya," sahut Pangeran Sallac ketus. "Padahal aku bisa memindahkan tanpa goncangan sedikit pun," gerutunya dengan suara liri
Saat Grand Duke Erbish sibuk mengumpat, alat komunikasi tersambung lagi. Wajah Count Calliant yang tampak di bola kristal komunikasi terlihat sendu. Ada rasa bersalah tersirat dari sorot matanya. Sepertinya, dia juga kurang tidur jika dilihat parahnya kantung mata lelaki paruh baya itu."Tenanglah, Yang Mulia Grand Duke. Saya akan berusaha mengulur waktu agar penyerangan wilayah utara bisa ditunda selama mungkin," tutur Count Calliant dengan hati-hati."Aku sudah lelah dengan ini semua, Tuan Count, "keluh Grand Duke Erbish."Saya tahu. Kita semua lelah, tapi bersabarlah sedikit lagi, Yang Mulia–"Bunyi mendenging memekakkan telinga. Bola kristal komunikasi tidak lagi menunjukkan wajah Count Calliant. Kini, hanya lima garis abu-abu yang terlihat. Count Calliant lagi-lagi memutuskan komunikasi secara mendadak. "Sial! Apa ayahmu itu tidak bisa membiarkan kita bernapas sejenak saja, Sallac?" geram Grand Duke Erbish.Bukannya menjawab, Pangeran Sallac malah mengangkat bahu dengan raut waj
"Bagus taruh di sebelah sana!" titah Lady Hazel seraya mondar-mandir sembari membawa gulungan perkamen.Para penyihir utara bergantian menggunakan teleportasi untuk memindahkan rangkaian besi dan tumpukan logam langka. Goreit, adalah logam yang hanya ada di wilayah Grand Duchy. Jumlahnya memang melimpah ruah di tambang pribadi Grand Duke Erbish, tetapi sangat sulit untuk mengeluarkannya dari perut bumi.Jika sebidang tanah mengandung goreit, maka teksturnya akan menjadi sangat kokoh. Puluhan alat penambang harus hancur dulu hanya untuk mendapatkan segenggam serpihan logam tersebut. Oleh karena itu, Grand Duke Erbish memutuskan untuk menunda eksploitasi tambangnya.Namun, kedatangan Lady Hazel mengubah semuanya. Dalam waktu singkat, gadis itu bisa menciptakan alat yang dapat menembus lapisan tanah mengandung goreit. Tak hanya sampai di situ, Lady Hazel juga berencana mengolah goreit menjadi perisai raksasa untuk menghadang pasukan istana agar tak banyak macam korban."Bagaimana kalau p
Pangeran Sallac seketika menghambur ke luar tenda. Bagaimana tidak? Lady Neenash tengah berjalan dengan mata terpejam menuju jalur pendakian. Sementara Louvi masih tercengang di pintu tenda."Neenash! Neenash!" panggil Pangeran Sallac panik saat melihat kekasihnya menuju sungai.Dia berlari secepat mungkin untuk menyusul Lady Neenash. Beruntung, Pangeran Sallac berhasil meraih pinggang Lady Neenash, tepat gadis itu menginjak tanah lembek di pinggiran sungai. Sedikit saja terlambat, sang kekasih dapat dipastikan akan terpeleset ke sungai berarus deras.Sayangnya, Lady Neenash belum juga terbangun. Gadis itu malah meronta-ronta dari pelukan Pangeran Sallac. "Neenash! Kumohon sadarlah!" panggil Pangeran Sallac lagi sembari menepuk pelan pipi Lady Neenash.Namun, sang kekasih tak kunjung sadar. Lady Neenash malah semakin memberontak. Pangeran Sallac mengeratkan pelukan. Sialnya, Lady Neenash malah menyikut perutnya.Pelukan Pangeran Sallac terlepas. Dia berusaha lagi meraih lengan Lady N
Lady Neenash tersadar saat berada di depan altar kuil tua. Dia refleks bersiaga saat melihat pria tak dikenal berdiri di sebelahnya. Telapak tangannya sudah siap melepaskan belasan belati es sebagai bentuk pertahanan diri. Sebagai putri dari pahlawan perang, Lady Neenash memang memiliki kesiagaan melebihi gadis bangsawan rata-rata. Sebelumnya, dia tengah tidur nyenyak dalam tenda. Namun, tiba-tiba sudah berada di ruangan yang terlihat seperti kuil bersama orang asing. Satu-satunya dugaan yang muncul dalam benaknya tentu sebuah penculikan. "Tenanglah, Nak. Aku tidak akan menyakitimu," tutur pria asing itu."Bagaimana saya bisa percaya itu? Seorang penjahat tidak mungkin mengaku begitu saja. Lalu, di mana teman-teman saya? Atau jangan-jangan Anda melukai mereka?" cecar Lady Neenash.Dia urung menggunakan belati es. Kini, Lady Neenash menggenggam pedang dari es yang begitu indah. Matanya menatap nyalang, siap menerkam musuh di hadapan."Teman-temanmu ada di luar. Mereka tak boleh masuk
Lady Neenash memejamkan mata. Dia merasakan kekecewaan mendalam, tak menyangka akan gagal dengan sangat mengenaskan. Bukan hanya tak lolos ujian, dia juga bisa dipastikan mati dengan sia-sia.Namun, Nasib baik masih berpihak pada Lady Neenash. Tepat beberapa langkah sebelum tubuhnya menghantam tebing, kalung yang dipinjamkan Lady Hazel berpendar. Cahaya hangat menyelimuti Lady Neenash. Bagian tebing yang mengenai tubuhnya malah hancur."Eh, tidak sakit?" seru Lady Neenash seraya membuka mata. Dia seketika meneteskan air mata haru saat melihat kalung Lady Hazel yang masih berpendar. "Aku harus sangat berterima kasih kepada Lady Hazel," gumamnya. "Terima kasih, Lady Cherrie," bisiknya lagi sambil mengusap kalung."Ini sudah tugasku, Lady," balas Lady Cherrie dengan suara yang seperti menggaung dalam kepala Lady Neenash.Wushhh!Nyatanya, Lady Neenash belum bisa tenang. Sepatu artefak kembali membawanya berputar-putar. Kalung berisi jiwa Lady Cherrie sudah berkali-kali melakukan perlindu
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand