Share

Bagian 89

Saat Grand Duke Erbish sibuk mengumpat, alat komunikasi tersambung lagi. Wajah Count Calliant yang tampak di bola kristal komunikasi terlihat sendu. Ada rasa bersalah tersirat dari sorot matanya. Sepertinya, dia juga kurang tidur jika dilihat parahnya kantung mata lelaki paruh baya itu.

"Tenanglah, Yang Mulia Grand Duke. Saya akan berusaha mengulur waktu agar penyerangan wilayah utara bisa ditunda selama mungkin," tutur Count Calliant dengan hati-hati.

"Aku sudah lelah dengan ini semua, Tuan Count, "keluh Grand Duke Erbish.

"Saya tahu. Kita semua lelah, tapi bersabarlah sedikit lagi, Yang Mulia–"

Bunyi mendenging memekakkan telinga. Bola kristal komunikasi tidak lagi menunjukkan wajah Count Calliant. Kini, hanya lima garis abu-abu yang terlihat. Count Calliant lagi-lagi memutuskan komunikasi secara mendadak.

"Sial! Apa ayahmu itu tidak bisa membiarkan kita bernapas sejenak saja, Sallac?" geram Grand Duke Erbish.

Bukannya menjawab, Pangeran Sallac malah mengangkat bahu dengan raut waj
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status