Lady Hazel tiba-tiba berdiri. Dia bergegas keluar dari ruang rahasia. Lady Neenash, Louvi, dan Grand Duke Erbish saling pandang dengan kening berkerut. Sementara Pangeran Sallac dari awal sama sekali tak tertarik dan menunjukkan raut wajah malas.Setelah menunggu cukup lama, pintu ruang rahasia kastil utara dibuka dari luar. Lady Hazel tersenyum lebar sambil memeluk gulungan perkamen. Dia masuk, lalu membentangkan perkamen di meja, hingga tampaklah gambar kostum yang cukup unik."Apa ini, Lady Hazel?" celetuk Lady Neenash setelah cukup lama melongo."Ini cetak biru pakaian tahan dingin dan panas yang coba kubuat sejak lama. Tapi, aku tidak bisa membuatnya karena bahannya kurang. Sekarang, pakaian ini bisa diwujudkan,""Bahannya sudah lengkap?" tanya Grand Duke Erbish. Matanya tampak berbinar-binar, tak sabar hendak melihat alat hebat buatan Lady Hazel lagi. Sejak Lady Hazel ditempatkan dalam posisi penting di tim oreon utara, dia selalu mengagumi karya-karya gadis itu. Grand Duke Erb
Lady Neenash, Pangeran Sallac, dan Louvi terus meluncur. Hawa panas membuat tubuh mereka banjir keringat. Lady Neenash mengumpulkan manna. Dalam satu helaan napas, dia melepaskan sihir pengendali es, mencoba membekukan kolam lava yang siap menyambut mereka.Hawa dingin beradu dengan panas. Lady Neenash berhasil membekukan sebagian kecil kolam lava. Namun, masalah lain masih menunggu. Mereka pasti tetap akan hancur jika jatuh dari ketinggian tersebut."Sial! Aku tak mau mati dengan tulang remuk!" umpat Lady Neenash.Pangeran Sallac berhasil meraih tubuh Lady Neenash. Dia memeluk dengan erat, berusaha menjadi perisai jika terjadi tabrakan."Serahkan ini pada saya," tukas Louvi. Kesadarannya sudah kembali. Dia langsung menggunakan kekuatan suci. Perisai cahaya menyelimuti tubuh mereka. Tabrakan keras dengan lava yang sudah dibekukan pun bisa dihindari. Tubuh mereka melayang sebelum menghantam lava beku. Kemudian, Louvi perlahan menarik kembali kekuatan suci, sehingga mereka bisa turun
Kurcaci penjaga mendekat. Dia mengamati Lady Neenash sejenak, lalu menggeleng pelan. Tangannya mengusap-usap janggut."Senjata itu akan menjadi bagian dari dirimu. Jadi, pembuatannya akan menyerap manna. Kau hanya akan berhasil jika bisa mengendalikan aliran manna," jelas kurcaci penjaga. Dia memberi jeda sejenak agar Lady Neenash bisa mencerna."Tapi, jika gagal, kau akan mati dalam keadaan lemas. Apa kau yakin akan menyelesaikan ujiannya? Kau bisa menyerah jika tak sanggup."Lady Neenash menggenggam gagang palu dengan erat. Semangatnya berkobar. Hanya sekali lihat saja, dia bisa tahu kurcaci itu berbeda dengan penjaga lainnya. Meskipun seperti memberi pilihan, lady Neenash yakin kurcaci penjaga akan marah besar jika dia menyerah."Tidak, Tuan Penjaga. Saya percaya bisa melalui ujian ini bahkan jika harus mempertaruhkan nyawa!" seru Lady Neenash penuh percaya diri.Meskipun sangat samar, Lady Neenash bisa melihat senyuman kecil di bibir kurcaci. Ternyata, dugaannya benar. Kurcaci pe
Perlahan, tubuh Louvi mulai terhisap. Dia berusaha meraih akar pohon di tepian rawa. Namun, lumpur hisap semakin kuat menariknya ke bawah. Kini, si pendeta muda sudah terbenam sampai pinggang. Sementara itu, Lady Neenash bergegas menuju rawa. Dia membongkar isi kantung serba guna. Wajahnya semringah setelah memperoleh apa yang dicari, tali khusus buatan Lady Hazel. "Tuan Pendeta, bertahanlah!" serunya seraya melemparkan tali ke arah Louvi. Tali khusus tersebut dengan cepat mengikat tubuh Louvi. Lady Neenash mengikatkan ujung tali yang ada di tangannya ke bebatuan kokoh. Setelah menekan tombol, tali menggulung sendiri, sehingga menarik Louvi dari lumpur hisap. "Terima kasih, Lady. Saya pikir saya akan mati muda," ungkap Louvi setelah berhasil keluar dari lumpur hisap. "Sebaiknya, kita cari tempat beristirahat dulu, Tuan Pendeta."Louvi mengangguk. "Iya, sekalian saya ingin membersihkan diri. Bau lumpur ini membuat saya mual."Mereka pun mencari tempat istirahat. Sungai yang tenang
"Neenash!" seru Pangeran Sallac panik.Dia mencoba membakar sulur yang menjerat tubuhnya. Namun, seperti sebelumnya, dia malah semakin tercekik. Louvi berusaha menenangkan, tetapi tak didengar sama sekali. Pangeran Sallac sangat frustrasi. Dia hampir saja nekat mempertaruhkan nyawanya. Beruntung, Lady Neenash membentuk perisai es tepat waktu. Belati es yang berbalik menyerangnya terpental, lalu raib. "Lihatlah, Lady Neenash bisa mengatasinya, Pangeran. Kita percayakan kepada Lady Neenash. Beliau adalah saintess dan juga berhasil melewati ujian-ujian sebelumnya," bisik Louvi dengan suara yang sangat pelan.Jika bersuara keras, sulur tanaman air akan bereaksi. Meskipun di awal sempat kaget dan panik, Louvi berhasil mempelajari cara kerja sulur tersebut. Mereka hanya perlu bersikap tenang hingga Lady Neenash berhasil menyelesaikan ujian.Kata-kata penjaga artefak bahwa mereka akan mati jika Lady Neenash terlambat menghancurkan lapisan perlindungan juga hanya ancaman kosong. Si penjaga
Semua yang ada di ruangan menatap lekat Lady Hazel. Dari sorot mata mereka jelas sudah tak sabar hendak mendengar tempat yang dimaksud. Namun, Lady Hazel malah tampak asyik dengan pikiran sendiri. "Jadi, di mana lokasinya, Hazel?" cecar Grand Duke Erbish yang tak kuat menahan rasa penasaran."Ah, maaf! Aku terlalu senang malah jadi lupa mengatakan tempatnya," tukas Lady Hazel. "Jika dugaanku benar, maka lokasi selanjutnya adalah Samudra Orkeana. Air dalam botol ini berasal dari sana," jelasnya.Namun, dia tiba-tiba terdiam. Ada keresahan terpancar dari sorot matanya. Lady Neenash yang pertama kali menyadarinya menepuk pelan bahu Lady Hazel, membuat gadis itu tergagap."Ya, Lady?""Ada apa denganmu, Lady Hazel? Kau tampak khawatir."Lady Hazel terdiam sejenak sebelum mulai berbicara, "Samudra Orkeana sangat penuh misteri. Sudah tak terhitung kapal para pedagang ataupun penjelajah lautan yang hilang di sana."Lady Neenash terkekeh. "Selama ini, setiap tempat penyimpanan artefak yang ka
Wajah Lady Neenash terbenam semakin dalam di dada siren penjaga. Namun, tepat sebelum kuku siren melukai lehernya, dia mendorong wanita itu. Tak ayal, siren penjaga terjungkal. Lady Neenash memasang kuda-kuda. Matanya menatap awas, menunggu langkah siren penjaga selanjutnya. Dia juga mencoba memastikan tak ada serangan dari arah yang lain. "Selamat, kau berhasil melalui ujian tahap pertama!" seru siren penjaga dengan senyuman aneh di sudut bibirnya.Lady Neenash termenung sejenak. Dia mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Sebelumnya, gadis itu merasa melihat sang ibu. Namun, dia tersadar ada yang berbeda saat mencium aroma tak biasa. Ibunya memiliki aroma seperti hutan yang menyegarkan. Sementara dari wanita yang dipeluknya tercium aroma asinnya laut. Oleh karena itu, Lady Neenash segera menyadari ada yang tak beres."Tunggu dulu! Apakah Anda penjaga artefak? Saya sudah lolos ujian?" cecar Lady Neenash ketika sudah mulai berhasil memahami keadaan. Terlebih, dia melihat Pangera
Grand Duke Erbish dan Pangeran Sallac menatap lekat. Sorot mata keduanya terasa menodong. Lady Neenash menghela napas. Kondisi tersebut sangat familiar seperti saat ayah dan kakaknya masih hidup. Louvi dan Lady Hazel tak banyak membantu. Si pendeta muda tampak berpura-pura sibuk sendiri. Sementara Lady Hazel malah menikmati kondisi itu seolah-olah tengah menonton pertunjukan yang menarik."Katakan, Neenash! Rencana apa yang kaumaksud?" cecar Pangeran Sallac."Ya, ya, cepat katakan! Aku tidak mau sampai kau merencanakan ide gila dan berbahaya!" timpal Grand Duke Erbish dengan napas mendengkus-dengkus.Lady Neenash menghela napas berat untuk yang ketiga kalinya, lalu mulai berbicara dengan hati-hati, "Dengan menyamar menjadi pekerja di kuil suci, aku akan lebih bebas bergerak di sana."Brak!Grand Duke Erbish menggebrak meja. Lady Hazel terlonjak dan refleks memeluk Lady Neenash. Tak ayal, Pangeran Sallac menjadi cemburu dan melepaskan pelukan itu dengan kasar. Mereka pun bertengkar.