"Kamu lihat sendiri, kan, Mak Boy, Inayah itu aneh dan bikin emosi naik. Makanya Ayah Boy malas berurusan dengan dia," ujar Bian setelah mobil melaju meninggalkan mantan istrinya yang ngeselin, masih memandang ke arah kami."Iya, ya. Dia itu kayaknya hanya butuh perhatian, Ayah Boy," balasku, tersenyum terkulum. "Kita maklumi saja kalau pas ketemu. Toh kita sudah berusaha tak berurusan dengannya. Tadi itu kan terpaksa," lanjutku.Bian tersenyum, lalu menggendikkan bahu. Suamiku itu menautkan jemarinya di sela jariku, mammpu mengembalikan mood manjadi baik lagi."Kedengarannya lucu, ya, manggil kamu dengan sebutan Mamak Boy," kekeh lelaki yang kini jadi suamiku."Iya, mungkin karena belum terbiasa saja, Bi, eh, Ayah Boy," balasku, lalu tertawa sekilas."Kan Oppung bilang kita manggil kayak gitu pas di depan orang kampung saja. Kita syang-sayangan saja sekarang," kekeh Bian, mengeringkan mata ke arah aku."Ya sudah, terserah Sayang aja deh," bisikku seraya tersenyum.Bian membetulkan ji
Baca selengkapnya