Share

34 B

"Sehat, Ca. Apa kamu mau ngomong sama Papa? Papa kamu sudah sangat rindu."

Aku mengangguk, tapi menimbulkan salah paham di seberang sana. Kami bicara melewati sambungan telpon biasa, tentu saja mereka tak melihat anggukanku.

"Kalau Carisa gak mau ngomong sama Papa, gak apa-apa. Yang penting dia sudah bahagia dengan Bian. Jangan merusak suasana hatinya, Ma."

Ya Allah, pipiku semakin dialiri cairan hangat. Dulu aku memang kesal sama keegoisan Papa hingga malas bicara dengan beliau. Tapi sikapku sudah melunak sejak beberapa bulan lalu.

"Papa, Carisa sayang banget sama Papa," lirihku.

"Apa? Coba ulangi lagi, Nak?" Suara Papa terdengar jelas, sepertinya sudah mengambil alih ponsel Mama.

"Carisa sayang sama Papa. Papa adalah kesayangan Carisa. Maafkan anak Papa yang sering membuat Papa sedih," tuturku.

"Papa juga sayang sama kamu, Nak. Jaga kesehatan kamu di sana. Cuma kamu buah hati kami," balas Papa.

Rasa nyeri terasa menusuk ulu hati. Bukan karena kesedihan, melainkan rasa haru yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status