Share

34 A

Dari pukul sepuluh hingga salat zhuhur, aku dan Bian belum menemukan putra kami. Beberapa tetangga juga ikut membantu mencari, meskipun kata mereka tak melihat Boy keluar rumah.

"Coba cari dalam rumah dulu, Bian. Mana tahu dia sedang tidur di rumah," ujar tetangga samping rumah.

Iya juga, ya. Kenapa kami tak kepikiran akan hal itu?

Kami pun masuk dengan langkah gontai.

"Gimana? Ketemu, gak?" desak Ibu mertua. Padahal beliau pun melihat kalau tak ada cucunya kami bawa. Rasa khawatir kentara di wajahnya.

Aku menggeleng lemah, lalu duduk di sofa berwarna coklat.

"Ke dalam kamar aja, Ca. Kamu istirahat, biar aku yang cari lagi," usul Bian yang tak bisa kutolak lagi. Kakiku sudah pegal semua. Jujur aku cemas, pikiran tak karuan.

Untung saja Bian selalu mengajakku berhuznuzon kalau semua akan baik-baik saja.

Aku dan Bian masuk ke kamar dan langsung mencari Boy. Aku membeliakkan mata saat melihat satu telapak kaki kecil berasal dari bawah tempat tidur kami yang terbuat dari kayu jat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status