"Apa keputusanmu sekarang, Bian? Ibu minta, cepat saja kamu lamar Caca. Ini kesempatan baik agar bisa berkumpul sama Caca sebagai menantu. Ibu juga sudah kangen main sama cucu sendiri. Kamu gak mau kan, kalau didahului adik almarhum suaminya?" cerocos ibuku tanpa jeda setelah mobil yang membawa Caca telah pergi."Modal dari mana, Bu? Lagian ini terlalu cepat buat Bian. Tetangga tahu kalau dia adalah calon istri yang gagal kunikahi, Bu. Masih ingat, kan, dulu kalau mereka memaki perbuatan Caca, tapi mengejekku juga? Aku tak ingin sekarang dia malah disebut pelakor, Bu," balasku, mengajak orang tuaku yang tersisa ini masuk ke rumah.Membahagian Ibu adalah impianku. Namun aku tak ingin kalau hidup dengan bantuan Caca, sedangkan hartanya adalah warisan Reno. Di mana harga diriku sebagai suami yang harus memikul tanggung jawab keluarga kecil. Tapi kalau mencari kerja, akan sulit mendapatkannya di masa sekarang. Pengangguran di mana-mana, tapi lapangan kerja semakin sempit."Benar juga, ya.
Read more