Kehangatan tulus dari tubuh lain ternyata terasa begitu menenangkan.Tetapi, aku tak boleh berlama-lama membiarkan lelaki ini memelukku dan saat aku melepaskan peganganku dari kemejanya, Arga melepaskan pelukannya tanpa kuminta. Ia menatapiku yang menunduk."Maaf, Nyo-""Terimakasih," potongku cepat pada kalimat Arga. Ia diam lalu mengangguk."Apa anda harus segera pulang, Nyonya? kalau tidak, maukah menemani saya makan siang?"Wajah Ken langsung terbayang di pelupuk mataku, rumah kami pun melintas di pikiran. "Saya- ... saya harus pulang," jawabku singkat. Arga mengangguk, "kalau begitu bolehkah kita berjalan sampai parkiran? Rasanya saya sudah cukup menatapi anak jelek ini," ucap Arga yang senyumnya kembali, ia menatap bayi mungil yang terlihat memberi Arga tatapan protes dengan jemari menggenggam erat. Aku ingin menolak, apalagi aku harus membayar biaya perawatanku. Kurasa, aku bersyukur saat seorang pria memanggil Arga. "Ga!" Ia ayah dari bayi lelaki berambut lebat yang masih
Last Updated : 2023-02-03 Read more