Home / Pernikahan / WITHERED / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of WITHERED: Chapter 1 - Chapter 10

210 Chapters

MENGIZINKANNYA MENYAKITIKU

Aku tidak tau dorongan dari mana yang menyuruhku untuk datang ke kantor suamiku. Mungkin, instingku benar-benar meyakinkan diriku kali ini. Aku datang.Tetapi, aku tak pernah masuk ke dalam kantor suamiku. Aku hanya berdiam diri di dalam mobil dalam diam. Memperhatikan pria yang seharusnya suamiku sedang menciumi wanita yang selalu membuatku merasa tak aman. Aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan saat melihat semesra apa mereka di lahan parkir yang sepi, seolah tak perduli jika ada mata manusia yang melihat.Pelukan, pagutan, ciuman yang membuatku sakit.Namun, aku tak mampu mengalihkan pandanganku! Rasanya ... aku bahkan tak berkedip meski aku bernafas karena itu hal wajar untuk kulakukan.Bernafas! Brukk!! Aku bahkan baru sadar jika sudah berdiri di salah satu lobi hotel saat tubuhku menabrak sesuatu atau mungkin seseorang, entahlah.Aku seperti di sini tapi otakku melayang entah kemana. Bahkan, suara ramai kesibukan terasa samar di telingaku. Udara dingin yang terasa menusu
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

BUAIAN RASA AMAN SEMU

Tetesan air yang menyentuh kulit wajahku terasa dingin. "Ng...," aku mengeluh dan suara tawa yang begitu kuhafal terdengar seketika diikuti pelukan yang membuat bibirku yang terasa kering, tersenyum dengan mata masih terpejam rapat.Rasanya tubuhku lemas sekali.Aku sama sekali tak bertenaga bahkan saat suamiku mengecupi bagian belakang kepala juga telingaku, karena wajahku tenggelam dalam bantal yang aromanya penuh dengan aroma khasnya."Jangan tidur lagi, sleepy head," protesnya yang kujawab dengan tawa pelan, rasanya mataku berat sekali untuk kubuka."Memangnya ini jam berapa? maaf aku tak dengar kamu pulang," ucapku masih membenamkan kepalaku yang rasanya pening.Ia terdiam, lalu tertawa dan kecupannya kurasakan lagi. "Kamu masih mimpi ternyata," ucapnya membuat diri mengernyitkan dahiku di atas bantal empuk yang aromanya menenangkan. "Aku sudah bilang aku menginap di rumah ibu, bukan?" Mendengar itu aku langsung membuka mataku cepat. Secepat aku bangun dan itu membuatnya yang s
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

TUMPULKAH RASA SAKITKU?

"Ada apa, Ken?" Tanya manja itu membuatku menahan nafas. Dadaku berdebar keras berharap topi kelebaran yang menutupi kepalaku bisa menyamarkan tampilan diri yang mungkin akan Ken kenali, sebagaimana aku menyadari siluetnya begitu mudah. "Bukan apa-apa, hanya salah lihat." Tapi, aku merasa kecewa setelah mendengar jawaban Ken sampai bibirku menarik garis senyum yang terasa menyakitkan. Ia yang rasanya melihatku tak mengenali punggungku, istrinya yang bersembunyi. Ken menjauh dengan terus menggandeng erat tangan wanita itu, sementara mataku masih terus menatap punggungnya dari kaca toko yang pegawainya memperhatikanku curiga.Bagaimana tidak curiga? Aku berdiri di samping maneqin tokonya begitu lama. Tapi, menatapi toko lain dengan pandangan awas, 'tentu saja ia akan curiga padaku.'"Sa--saya beli ini," ucapku tapi meminta warna lain.Meski aku yakin, tidak akan pernah memakai topi kebesaran yang sudah terbungkus rapi di tanganku. Itu hanya akan mengingatkan diriku pada hari ini. H
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

TAWA MEREKA MENYAKITIKU

[Jangan.... Jangan pergi, Ken.... Jangan tinggalkan aku.]Lagi ..., lagi-lagi mimpi ini. Ingin mengejar seperti apapun, kakiku tetap terpaku dengan kegelapan di bawahku. Sejauh apapun tanganku meraih, aku tak bisa menahan tangan suamiku yang tidak bisa ku gapai. Sekeras apapun aku berteriak suamiku seolah tak mendengar panggilanku. Ken tetap menjauh, meninggalkanku yang tidak bisa mengejarnya. Bahkan, di dalam mimpi rasa sakitku masih sama. Harapanku pun masih sama. Hanya saja, aku bisa melihat serapuh apa tempatku berpijak. Pijakan yang suara retaknya bisa kudengar meski dalam dalam mimpi. Dan itu menakutkan, sangat menakutkan.Krak! krakk! krak...[JANGAN TINGGALKAN AKU, KEN. JANGAN PERGI!!]"Ken!" Aku yang bisa merasakan tenggorokanku kering, membuka mata di tempat asing.Sofa di bawahku bahkan basah dengan keringat yang serasa menganak sungai. Meski kepalaku pusing perutku tak sakit lagi. Bahkan, di dahiku ada plester penurun panas yang rasanya sudah lama di tempel. 'Dim
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

MENABUR GARAM DALAM LUKA

Rumah yang kumasuki masih sepi.Aku yang akhirnya bisa menebus dua botol obat tidur setelah konsultasi pada dokter langsung membuka kulkas.Meskipun tak memiliki selera makan, bagaimanapun juga aku harus makan bukan? Kuambil apel yang langsung kugigit tanpa rasa. Lalu menyerah pada gado-gado yang baru kumakan tiga suap.Aku merasa begitu lelah, meski saat memejamkan mata, kantukku tidak datang sama sekali. Dengan sendal jepit yang kubeli di apotik, aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri setelahnya langsung naik ke kasur dan meminum dua butir pil tidur yang membuatku mengangguk. Tak butuh waktu lama, aku terlelap tanpa kemungkinan bangun seburuk apapun mimpiku. 'Tapi, setidaknya aku bisa tidur meski harus mengonsumsi pil terlebih dahulu, bukan?'***"Yang, aku pulang. Yang? Ri?" Lelaki yang berlari masuk setelah melepas sepatunya cepat itu tertegun melihat ponsel sang istri di samping kotak makanan yang masih belum dibuka. "Yang?"Sepi, tak ada jawaban. Bahkan percuma
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

PUTRANYA MEMANJAKAN BENALU

"Beruntung?" Tanyaku lebih pada diriku sendiri."Iya, Nyonya, suami anda sangat beruntung karena saat saya pulang tidak ada istri cantik yang menunggu saya di rumah. Hanya ada sepi dan bantal dingin."Aku tahu lelaki di sampingku bercanda. Tapi, aku bahkan tak bisa tertawa dan hanya mengamati tautan jemariku sendiri yang terlihat gelisah. Aku tak ingin berpikir apa yang sedang di pikirkan tetanggaku ini tentangku. Tapi, ia nampaknya bukan tipe manusia yang suka mencampuri urusan orang lain, ia juga tak keberatan aku hanya menjawab seperlunya. Ah, bukan begitu. Sejak dulu aku memang orang yang tak terlalu bisa bercengkrama dengan orang lain. Hanya bicara seperluku. Kurasa, aku hanya orang yang tidak menyenangkan untuk diajak bergosip."Apa anda sudah harus kembali?"Aku yang berdiri dari kursi besi bercat hijau mengangguk."Apa suami anda sudah pulang?"Aku menatap jajaran gigi rapinya yang terlihat menunggu jawabanku. Tapi, sekali lagi aku menggeleng, "saya hanya ingin bersiap kare
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

TUHAN KENAPA SESAKIT INI?

Aku menarik nafasku dalam, berharap ucapan ibu tidak akan terlalu kupikirkan. Tapi, siapa yang sedang ku bohongi saat dalam tiap langkah kepalaku berkali-kali mengulang ucapan ibu. [Benalu...bercerai...lebih pantas untuk putraku]"Selamat datang," sambutan ramah dengan senyum komersil itu membuatku diam, aroma salon yang terasa berbeda begitupun suasananya membuatku ragu untuk masuk. "Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" tanya lelaki yang menyambutku setelah ia memperhatikan jemariku yang memakai cincin. Ramah. Itu kesanku untuk lelaki yang rambutnya dicat pink ini. Keramahan yang membuat seseorang merasa disambut, sampai aku yang tak terbiasa masuk ke dalam salon berani melangkah dan mengatakan apa yang ku mau. "Apa anda ada kencan, Nyonya?" Aku yang menutup mata saat wajahku dipoles menggeleng pelan, tidak ingin tangan yang sedang memoleskan lipstik di bibirku terganggu."Ataukah bertemu dengan selingkuhan suami?" Candanya dengan tawa tapi hanya bertahan sesaat ketika aku tanpa sa
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

SESAK DAN PEDIH

Baju warna hijau yang ku kenakan terasa begitu dingin dan berat. Selang infus yang menancap pun, seakan menyatu dengan tanganku. Aku merasa begitu kosong. Meskipun, rasa menusuk yang kurasakan nyata adanya. Aku bahkan tak bisa menangis saat aku menyentuh perut rataku. Sesuatu yang seharusnya tumbuh sudah tidak ada lagi. Sesuatu yang kehadirannya sama sekali tak kusadari, sudah dikeluarkan saat aku tak sadarkan diri. Sesuatu yang seharusnya kusyukuri keberadaanya sudah menghilang karena dokter mengambilnya. 'Tidak! Bukan! Bukan dokter, tapi aku!'Aku yang bahkan tak menyadari kehadirannyalah yang membuat Tuhan mengambilnya lagi dariku. Aku yang membuatnya pergi. AKU! Bukan dokter ataupun stres yang selama tiga bulan terakhir ini kurasakan. Aku sudah membunuh darah daging yang bahkan kehadirannya tak kusadari. Aku sudah membunuh anakku sendiri karena kelalaianku. Dan aku, bahkan tak mampu mengeluarkan airmata untuknya yang keberadaanya sudah tak tersisa lagi di rahimku."An
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

MANUSIA BURUK

Kehangatan tulus dari tubuh lain ternyata terasa begitu menenangkan.Tetapi, aku tak boleh berlama-lama membiarkan lelaki ini memelukku dan saat aku melepaskan peganganku dari kemejanya, Arga melepaskan pelukannya tanpa kuminta. Ia menatapiku yang menunduk."Maaf, Nyo-""Terimakasih," potongku cepat pada kalimat Arga. Ia diam lalu mengangguk."Apa anda harus segera pulang, Nyonya? kalau tidak, maukah menemani saya makan siang?"Wajah Ken langsung terbayang di pelupuk mataku, rumah kami pun melintas di pikiran. "Saya- ... saya harus pulang," jawabku singkat. Arga mengangguk, "kalau begitu bolehkah kita berjalan sampai parkiran? Rasanya saya sudah cukup menatapi anak jelek ini," ucap Arga yang senyumnya kembali, ia menatap bayi mungil yang terlihat memberi Arga tatapan protes dengan jemari menggenggam erat. Aku ingin menolak, apalagi aku harus membayar biaya perawatanku. Kurasa, aku bersyukur saat seorang pria memanggil Arga. "Ga!" Ia ayah dari bayi lelaki berambut lebat yang masih
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

AKU MIRA IMIGRAN GELAP

Sebanyak apa waktu yang dibutuhkan sebuah hati untuk merasa lega? untuk merasa ringan? untuk merasa damai? Sedangkan diri, melarang untuk melupakan.--------------"Ha ha ha."Tawa bocah kecil yang wajahnya samar, membuatku diam membisu. Senyumnya yang lebar juga jemari mungilnya yang menyentuh pipiku terasa begitu hangat. Tapi, ada rasa menusuk yang bercokol begitu menyesakkan dalam hati juga seluruh diriku.Bibir merah nan mungil juga basah mengucapkan kalimat samar yang tidak pernah bisa kuartikan.Berat tubuh kecil yang terasa begitu nyata dalam dekapanku begitu nyata terasa.Namun, aku hanya diam menatapi bocah kecil yang kupangku dalam gendongan.Bocah kecil yang wajahnya bahkan tak pernah mampu kubayangkan, kecuali senyumnya yang lebar dan sentuhan jarinya yang mengusap pipiku, pipi basah yang rasanya tak akan pernah menjadi kering. ---------------Aku terbangun dengan airmata menggenang, tubuhku masih merasa lemah di atas kasur dingin yang selimutnya hangat. Plafon wa
last updateLast Updated : 2023-02-05
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status