Beranda / Pernikahan / Kaulah Jodohku / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Kaulah Jodohku: Bab 81 - Bab 90

110 Bab

BAHAGIA

Rutinitas terus berjalan, meski usia kehamilan semakin besar, tetapi Safa tetap semangat. Apalagi katanya harus banyak bergerak untuk memudahkan proses persalinan.Kali ini, Safa akan mengepel dengan kain lap yang dilakukan berjongkok. Seperti yang ia ketahui hal tersebut bisa melancarkan persalinan."Kamu ngapain, Neng?" Hamidah terkejut melihat menantunya yang membawa ember."Safa mau ngepel, Mih." "Ya ampun biar Amih saja." Hamidah tak ingin Safa terlalu lelah. Safa pun menolak keras dan tetap mau melakukannya. Lagipula hanya bagian kamar saja sekalian olahraga. Belum selesai, Safa sudah merasa tidak nyaman. Ia menyudahinya dan istirahat sejenak, mengusap perutnya disertai ringisan kecil. Ternyata ringisan itu semakin menjadi membuat dirinya kesakitan."Amih," teriak Safa. Ia meminta tolong karena rasa yang tak karuan.Dibarengi istigfar dan doa, Safa mencoba bangkit dan mencari sang ibu mertua. Kebetulan Azril sedang bekerja sehingga hanya ada dirinya beserta ibu mertua."Ya Al
Baca selengkapnya

KEJUTAN

Hari ini Safa sudah diperbolehkan pulang setelah menginap satu hari. Rasanya senang akan kembali ke rumah, terlebih ia bisa istirahat tanpa kebisingan di sekitar.Sesampainya di rumah, Safa tersenyum senang dan disambut meriah oleh sanak saudara juga para tetangga. Rasa haru kembali menyeruak tak bisa berkata."A-ayah." Safa seperti mendapat hadiah melihat ayahnya di hadapan."Alhamdulillah, putri Ayah sudah menjadi seorang Ibu sekarang. Selamat, ya, Nak," ujar Marlan senang.Ia sengaja tidak memberitahu kedatangannya pada Safa karena ingin memberi kejutan. Kini putri kecilnya sudah bertumbuh besar."Di mana cucu Ayah?" tanya Marlan meledek."Ada sama Amih, Yah," kata Safa. Tak lama, Hamidah mendekat dan memperlihatkan bayi mungil itu di hadapan Marlan. Seketika Marlan meminta izin untuk menggendongnya. Wajah mungil nan cantik serta pipi tembam mengingatkannya saat Safa kecil dulu.Sama persis ketika Safa baru lahir. Bayangannya terlintas dengan mendiang sang istri. Jika beliau berad
Baca selengkapnya

SALING BEKERJASAMA

Pria yang baru saja berubah status pun terkekeh dan menutup pintunya kembali rapat. Ia menghampiri menyambut kehadiran sang pengantin yang terhitung beberapa hari."Selamat menjadi ayah, Bro," ujar Ilham bersalaman."Terima kasih, semoga Abang segera menyusul." Azril dengan candaannya seperti biasa. Jika sudah bertemu dengannya selalu ada celetukan atau kalimat yang tak asing."Safa masih tidur, Ril?" Balqis langsung to the point.Azril mengangguk. Ia tak tega membangunkan sehingga membiarkan Safa terlelap dan memilih keluar untuk menemui sepupunya."Nanti kita bisa ke sini lagi, Dek. Lagipula Safa juga tidak akan pergi jauh," ujar Ilham memberitahu. Jika sudah menyangkut Safa, istrinya memang sangat antusias bahkan saat mendengar kelahirannya dengan segera meminta untuk menemuinya.Namun sayangnya, waktu belum tepat sehingga baru sekarang berkunjung ke rumahnya yang ternyata Safa tidak bisa ditemui.Malam harinya Safa kembali terjaga. Menjadi ibu baru membuat waktu malamnya tersita,
Baca selengkapnya

UNGKAPAN RINDU

"Nggak ada, Bi. Safa baik-baik saja," kata Safa menahan sendu.Selama ini Azril memang tak pernah mengabaikan dirinya. Ia selalu memberikan perhatiannya setiap pulang dan sebelum berangkat kerja."Ya sudah sarapan dulu, sudah Bibi siapkan. Mau dibawa ke kamar?" tanya Bi Inah pada Safa."Nggak usah, Bi. Zahra juga sudah tidur, nanti Safa yang ke ruang makan."Bi Inah mengangguk dan seperti biasa mengambil pakaian kotor Zahra untuk dicuci. Sejak tinggal di sini, Bi Inah membantu Safa mencuci pakaian Zahra dan memasak untuk keluarga.Wanita itu tidak pernah mengeluh dan selalu menikmati pekerjaannya. Bahkan tak ada lelahnya hingga membuat ibu mertua Safa salut padanya."Suamimu sudah berangkat, Neng?" Hamidah baru keluar kamar dan melihat menantunya seorang diri di ruang makan."Sudah, Mih. Ayo sarapan bareng, Mih," ajak Safa, barangkali ibu mertuanya belum sarapan."Silakan, Nak. Amih belum lapar. Zahra tidur?"Safa mengangguk dan kembali melanjutkan sarapannya hingga selesai. Sejak keh
Baca selengkapnya

MENAHAN RINDU

Tidak ada ekspresi dari wajah Safa. Entah sedih atau bahagia, tetapi rasanya berbeda saat Safa yang menginginkan untuk pindah."Sayang tidak senang, ya?" tanya Azril sendu."Senang, Mas, berarti kita tidak perlu merepotkan Amih lagi, tetapi pasti Amih kesepian nantinya kalo kita pergi." Safa hanya teringat pada Amih yang pasti merasa kehilangan Zahra nantinya.Sudut bibir Azril melengkung sempurna. "Amih bisa main kapan saja ke rumah kita, Sayang. Lagipula, biar kita lebih mandiri."Safa terdiam, ada benarnya juga yang dikatakan Azril. Selain itu, ia juga bisa mengurus suaminya tanpa bantuan. "Mas yakin?""Kenapa tidak, Sayang. Kita lakukan bersama-sama dan kamu tidak sendirian." Azril meyakinkan. Sejak memutuskan menikah tidak pernah membiarkan Safa melakukan sendiri.Safa pun mengangguk. Jika sudah keputusan suaminya, tak bisa lagi mengelak. Kemudian, Azril menunjukkan gambar dan membuat Safa tercengang. Bagaimana tidak, pria itu memberitahu tentang rumah yang berbeda dari awal.Pa
Baca selengkapnya

WAKTU BERDUA

Safa merasa bersalah pada suaminya. Sejak penolakan tadi wajahnya berubah dan kini Safa berniat untuk mengembalikan moodnya."Mas, ini minumnya." Safa sengaja membuatkan minum untuk menenangkan pikiran Azril.Azril tak menjawab dan semakin membuat Safa penuh dosa. Langkahnya mendekat, merengkuh suaminya dari belakang."Maafin Safa, Mas. Pagi tadi Safa baru kedatangan tamu," ujar Safa memberitahu.Ia tahu suaminya yang kecewa, tetapi Safa pun tak bisa menolak. Mungkin sekarang hatinya dipenuhi dengan amarah juga emosi.Azril sendiri menghela napas. Seharusnya ia tidak terlalu terburu-buru mendatangi Safa, apalagi Safa baru saja melahirkan. Hatinya pun runtuh, lalu berbalik pada Safa."Maaf, Sayang, aku nggak tahu. Aku minta maaf, ya," kata Azril sedikit menyesal.Safa tidak marah. Ia paham keinginan suaminya dan langsung merengkuh tanpa berkomentar. Merasakan pelukan hangat dan nyaman untuknya."Puasa lagi dong aku," ujar Azril mengungkapkan isi hatinya."Sabar, ya, Mas," kekeh Safa. K
Baca selengkapnya

MANDIRI

Safa mengerjap, merentangkan kedua tangannya ke atas. Matanya sedikit terbuka, melirik suami yang masih tertidur pulas di samping. Bibirnya melengkung melihat pemandangan indah."Mas, bangun," kata Safa perlahan sembari mengusap lengannya.Azril hanya bergumam tanpa membuka matanya. Safa menggeleng melihat suaminya yang pindah posisi bahkan tangannya sangat tidak ramah merengkuh pinggangnya membuat Safa tersentak.Safa pun menggeleng. Kemudian, kembali membangunkan perlahan dan hasilnya nihil. Ide jahil pun terlintas membuat Safa harus menahan malu, tetapi sepertinya hanya cara itu bisa membangunkan suaminya dengan cepat.Cup!Safa mengecup wajah Azril dan terus mengecupnya hingga pria itu tersadar. Di saat mata Azril terbuka lebar, Safa segera menghentikan aktivitasnya dan menjauhkan wajahnya."Kenapa berhenti?" tanya Azril.Bukannya menjawab, justru Safa menutup wajahnya yang sudah merona. Malu sekali karena harus berhadapan dengan singa yang siap menerkam."Sayang." Azril pun menar
Baca selengkapnya

MENCURIGAKAN

Suara tangisan Zahra yang menggema membuat Safa segera berlari. Ia menghampiri dan menenangkan Zahra dalam pelukannya."Iya, Sayang, Bunda ada di sini," kata Safa mengajak berbicara. "Maaf, ya, Nak."Safa duduk di tepi ranjang, lalu membuka kancing baju dan mulai menyusui Zahra dengan tenang. Bahkan terlihat gadis itu sangat lahap seperti kehausan. Sore pun berlalu dan Safa yang sudah rapi segera menyambut suaminya. Seperti biasa, Safa selalu merias diri sebelum mendekat. Katanya agar suami senang dan makin cinta.Ia menjadi geli sendiri jika mendengar kalimat tersebut, tetapi tak ada salahnya membahagiakan suami sendiri bahkan terbilang wajib."Assalamualaikum, Sayang," sapa Azril tersenyum. "Ma syaa Allah wangi sekali bidadariku."Pria itu mengendus aroma yang menyeruak di seluruh tubuh Safa. Bukan sekali mendapat sambutan manis dari kekasih hati. Hampir setiap hari dan selalu membuat Azril ingin pulang cepat."Waalaikumussalam, Mas." Safa mengulurkan tangan, lalu bersalaman pada s
Baca selengkapnya

SELALU MENGGODA

Azril merebahkan tubuhnya perlahan tanpa mengeluarkan suara. Ia tidak ingin membuat putrinya terbangun. Pikirannya sedikit terganggu dengan nomor yang tadi menghubungi. Ia merasa risih dan tak tenang."Ya Allah lindungilah pernikahan kami, apa pun yang terjadi ke depannya. Semoga kami bisa melewatinya bersama," ujar Azril meminta. Tiada yang bisa menembus langit selain doa. Berharap dirinya bisa menjaga Safa tanpa melukai perasaannya kembali. Sudah cukup kehilangan Safa dan jangan sampai terjadi untuk kedua kalinya.Terdengar rengekan ringan Zahra, Azril pun bangkit dan menggendongnya. Matanya memandang dan bayi mungil itu tersenyum lebar."Ma syaa Allah cantik sekali, Nak," kata Azril terpesona.Ia pun mengajaknya bermain tanpa memberitahu Safa jika Zahra terbangun. Biarkan istrinya istirahat atau melakukan sesuatu yang belum selesai. Tak masalah jika dirinya yang mengasuh, rasanya juga sangat menyenangkan sekali.Terlihat Zahra tertawa diajak bicara. Padahal dia belum mengerti, tet
Baca selengkapnya

KEPIKIRAN

"Sayang!" Azril membuyarkan lamunan Safa yang terdiam.Sejak kedatangannya dari masjid hingga berakhir di meja makan, Safa tak seperti biasanya diam. Seakan ada sesuatu yang dipikirkan bahkan makanannya saja masih utuh."Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Azril memegang erat lengan Safa.Safa ternganga, lalu menggeleng. Ia belum mendapat bukti dan tidak ingin menjadi bahan perdebatan di waktu yang tidak tepat.Menghela napas panjang, kembali rileks melupakan pikiran buruknya. Ia sepenuhnya percaya pada Azril dan tentu sangat mengenal dirinya."Nggak ada, Mas. Mas mau tambah?" Terlihat isi piring Azril sudah habis."Sudah cukup, Sayang. Kamu segera habiskan makanannya. Jika memang ada masalah atau aku ada salah, katakan! Jangan diam dan melamun seperti ini." Azril tidak suka melihat Safa yang diam.Ia lebih suka Safa banyak bicara dan berkomentar. Seolah ia ikut merasa kehilangan dan suasana pun seperti tak hidup lagi.Bibir Safa melengkung. "Aku habiskan makan dulu, Mas."Azril men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status