Beranda / Pernikahan / Kaulah Jodohku / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Kaulah Jodohku: Bab 91 - Bab 100

110 Bab

SIBUK SENDIRI

"Mas, aku izin untuk aktif pergi kajian lagi boleh, nggak?" Izin Safa pada sang suami. Ia rindu mengaji dan berkumpul bersama orang-orang salih.Dirinya butuh charge iman agar tidak naik turun bahkan selalu butuh agar terus semangat menjalani hari."Lalu Zahra bagaimana?" Azril menoleh menatap lekat wajah Safa."Iya aku ajak, Mas. Aku mau biasakan Zahra untuk duduk di majelis. In syaa Allah anaknya bisa diajak bekerjasama, ko." Yakin Safa. Selama ini terbilang anteng dan semoga saat duduk bersama orang ramai pun tetap tenang. Azril pun segera berbalik, mengambil kedua lengan Safa dan menggenggamnya. Tidak ada yang salah dengan keinginannya justru ia bersyukur dengan pemikiran Safa."Oke, aku izinkan, tetapi untuk tidak yang jauh dulu, ya. Setidaknya yang bisa kamu jangkau, khawatir Zahra kelelahan nantinya." "Siap, suamiku," jawab Safa semangat. Senang rasanya mendapat izin dari suami, meski statusnya sudah menjadi ibu rumah tangga, tetapi Safa tak patah semangat. Mencari dan menun
Baca selengkapnya

TETAP RAMAH

Air mata Safa berjatuhan begitu deras. Sakit sekali mendapat perlakuan suaminya yang tak biasa. Ia mengaku salah karena tak meminta izin, tetapi Safa sudah berusaha menghubungi Azril dan tidak mendapat jawaban.Wanita itu sesegukan sembari menenangkan Zahra yang menangis. Dengan air mata yang membasahi, Safa memberi Zahra ASI perlahan. "Maafin Bunda, Nak," lirih Safa memandang wajah Zahra yang mulai melahap ASI-nya.Wajah lemas dan pucat membuat hati Safa teriris. Tidak tega melihat Zahra yang harus merasakan sakit ditambah sikap Azril yang tidak mengerti keadaannya."Iya, Sayang, Zahra anak salehah, anak baik. Pelan-pelan, Sayang." Safa mengajaknya berbicara meski hatinya merasa sedih.Ia menenangkan Zahra agar nyaman dalam meminum ASI, tetapi nyatanya Zahra kembali menangis dan melepas ASI-nya. Safa bingung dan mungkin rasa air susunya hambar karena sejak siang tadi Safa belum sempat kemasukan apa pun.Jangankan sesuap nasi, air minum pun tidak sempat ia minum karena khawatir pada
Baca selengkapnya

DEBAT TENGAH MALAM

"Sami'na wa'ato'na, Bah, saya manut saja sama Abah," tegas Faqih. Bukan karena pasrah, tetapi yakin betul jika guru sudah meminta maka itu jawaban yang terbaik.Tanpa berpikir lagi, Faqih menyetujui meski tidak tahu siapa wanita yang akan dijodohkan. Namun, ia yakin jika pilihan sang guru tak mungkin salah."Alhamdulillah, kalo gitu besok kamu ikut Abah untuk melamar wanita itu."Faqih meneguk ludahnya kasar. Ia benar terkejut dan ia pikir ada jeda untuk mempersiapkan diri, tetapi ternyata Abah mengajaknya esok hari."Ba-baik, Bah." Faqih tersenyum samar, menutupi kegugupan yang ia rasakan. Sungguh, semua kabar yang diterima terlalu mengejutkan untuknya.Usai berbincang, Faqih pamit dan menyadarkan diri. Berharap semua tidaklah mimpi hingga mencubit lengannya sendiri dengan teriakan yang histeris."Aw," ringis Faqih."Kang, ngapain cubitin tangan sendiri?"Faqih tersentak saat seseorang melihatnya. Seketika kikuk dan salah tingkah, berarti dirinya sedang tidak bermimpi."Ah, tidak ada
Baca selengkapnya

KEHILANGAN

Di kantor, Azril lebih banyak diam. Bahkan mengerjakan berbagai lembaran di hadapannya pun tak fokus. Pikirannya tertuju pada Safa dan Zahra di rumah.Menjalani hari dengan rasa yang berbeda, biasanya semangat dan bergairah, tetapi sekarang seolah beban yang Azril rasakan."Argh." Azril frustasi dan menyandarkan punggungnya di kursi.Isi kepalanya begitu sakit dan hatinya tak tenang. Ia tak bisa bekerja dengan kondisinya sekarang. Namun, ia ada janji yang tak bisa diwakili."Aku menyesal ya Allah," kata Azril sembari menutup wajahnya. Mengingat ucapan Safa semalam membuat Azril lemah. Sepertinya ia sudah keterlaluan."Apa Safa mau memaafkanku?" lirih Azril.Pernikahan baru berjalan satu tahun, tetapi ia sudah berani membentak dan hal itu membuat Safa kaget. Bahkan, Azril pun tidak menyadari itu. "Aku nggak bisa terus diam seperti ini," ujar Azril tak sabar. Menunggu waktu pulang rasanya sangat lama.Sedangkan Azril tak sabar ingin menyelesaikan semuanya. Ia ingin semua kembali sepert
Baca selengkapnya

BELUM USAI

Safa melenggang pergi dan menidurkan Zahra yang sudah terlelap pulas. Ia mengabaikan perkataan Azril seolah tak mendengar.“Lebih baik Mas mandi.” Safa mengingatkan.Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi menyiapkan air untuk suaminya dan saat hendak keluar, Azril menghalangi jalannya.“Sayang, maafin aku,” desak Azril. “Aku akan melakukan apa pun agar kamu bisa maafin aku,” lanjutnya.Azril tidak bisa marah terlalu lama, apalagi Safa sangat berpengaruh untuknya. Seketika kedua alisnya terangkat seraya merapatkan kedua tangannya di depan Safa. Ia penuh mohon agar Safa mau memaafkan.“Hmm, Mas yakin mau melakukan apa saja?” Safa mengernyit tak percaya, lalu melangkah melewati Azril dengan wajah datar.“Iya, Sayang, aku yakin,” jawab Azril tegas.Senyum Safa pun menyeringai, otaknya berpikir penuh ide dan berlalu meninggalkan Azril tanpa kata. Sedangkan Azril yang dilema hanya terpaku memandang kepergian Safa.“Sayang!” teriak Azril gemas.Rasanya tak mudah untuk meminta maaf pada
Baca selengkapnya

KITA HARUS BICARA

Safa menjatuhkan air matanya yang teramat sakit. Azril yang selalu mendukung seolah berubah menjadi pengatur bahkan tak segan untuk memarahi.“Lantas seperti apa yang kamu inginkan dariku, Mas?” lirih Safa sendu menyembunyikan rasa sakit yang bergelora.“Aku mau kamu fokus merawat dan mengurusiku juga Zahra. Aku tidak suka kamu lalai dalam kewajibanmu. Aku seolah kehilangan Safa yang dulu,” ujar Azril jujur. Ia mengutarakan isi hatinya yang merasa kesepian.Safa terdiam sembari mengusap air matanya yang berjatuhan. Rasanya sangat tidak adil, dia ingin dilayani, tetapi tidak ada sikap timbal balik yang membuat Safa semangat menjalani hari.Bukan berarti Safa mengharapkan balasan, tetapi seharusnya dia juga sadar akan tugas seorang suami yang tidak hanya bekerja dan bertanggungjawab.“Aku juga nggak suka dengan sikapmu yang sekarang, Mas. Kamu suka marah-marah dan selalu bekerja sepanjang waktu. Apa pernah kamu menanyakan keluhanku setiap hari di rumah, enggak, ‘kan? Sadar, Mas, aku ini
Baca selengkapnya

MENDESAK

"Oek ... Oek.""Zahra nangis, Mas," kata Safa langsung bangkit dan berjalan cepat menghampiri.Azril tercengang kala perkataannya diabaikan. Netranya pun mengikuti langkah Safa yang pergi menjauh. Ia mengusap wajah gusar karena lagi-lagi tak mendapat jawaban yang pasti.Menghela napas pasrah, Azril ikut bangkit dan merapikan sisa makanan yang berantakan di atas meja. Ia menyimpan piring kotor, lalu mencucinya.Melihat Safa yang belum juga keluar kamar, Azril segera menghampiri. Masih ada waktu menagih jawaban sebelum dirinya berangkat kerja."Sayang," rengek Azril manja bagai bayi yang kurang perhatian.Safa tetap fokus pada Zahra, apalagi bayi mungil itu sudah membuka matanya lebar sembari memainkan tangannya pada baju Safa bagian depan."Gimana?" tanya Azril duduk di samping Safa."Gimana apanya sih, Mas!" Safa pura-pura tidak tahu."Iya, itu, aku janji akan berubah dan kamu mau, 'kan kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya?" Azril kembali mengulang pertanyaannya tadi.Safa
Baca selengkapnya

BERTEMU MANTANNYA SUAMI

“Iya enggaklah, aneh lo,” kata Faqih menggertak. Kepalanya kembali memandang ke depan memerhatikan jalan.“Iya siapa tahu gitu. Secara lo sudah lama nggak bertemu Safa.” Radit masih penasaran bahkan dari wajahnya sedikit kentara jika pria itu masih memiliki rasa, walaupun tidak sebanyak dulu.Faqih pun menghela napas dan kepalanya kembali melirik Radit di samping. “Iya, tetapi bukan berarti gua masih cinta. Gua sudah menganggap Safa teman dan Azril sebagai saudara. Bahkan kita suka komunikasi.”Semua mengalir begitu saja dan Radit memang tidak mengetahui hal tersebut. Perpisahannya kemarin membuat Faqih fokus dan sama sekali sudah tak memiliki rasa kepada Safa.“Jangan sampai tuduhanmu terdengar Azril, bisa dicolok mata kau nanti,” ancam Faqih.Lagipula wajar jika setiap insan memiliki rasa cinta dan baginya Safa hanya kisah masa lalu yang memiliki kenangan tersendiri. Kini, ia akan menikah dan tak ingin menyakiti istrinya nanti.“Iya, iya sorry. Terus kita mau ke mana ini?” tanya Rad
Baca selengkapnya

TERLALU MERINDUKAN

Safa tak melarang kepergian Intan. Ia menemani dan melambaikan tangan saat dia pergi. Ada rasa bersalah juga kagum padanya.“Kamu dari mana?” tanya Azril melihat Safa dari luar.Safa sendiri mengerjap saat melihat suaminya berdiri di hadapan. Wajahnya datar dan menyodorkan kertas persegi panjang yang dipegangnya tanpa menjawab pertanyaan Azril.“Undangan? Dari siapa?” Azril mengernyit bingung.“Intan,” jawab Safa singkat.Azril tercengang kaget. Pasalnya, ia tidak melihat keberadaan wanita yang Safa maksud. Seketika panik dan langsung menanyakan serius pada Safa.“Apa dia menyakitimu?” Azril khawatir jika Intan berbuat sesuatu terhadap istrinya.Safa pun menggeleng. “Tidak, justru dia baik padaku.”Azril tak percaya. Wajahnya menatap bingung dan banyak pertanyaan dalam benaknya. Meski tujuan Intan ingin meminta maaf, tetapi sejak kapan wanita itu baik pada istrinya.“Dia sudah berubah dan kedatangannya hanya ingin meminta maaf sekaligus memberikan undangan pernikahan. Dia juga meminta
Baca selengkapnya

NAMA YANG SAMA

Di waktu yang tepat, tibalah mereka bertiga saling bercanda tanpa diperhatikan. Seketika Faqih melirik Azril dengan serius.“Kalian lagi bertengkar, ya?” tanya Faqih.Keadaan mendukungnya sehingga waktu magrib tiba sehingga Faqih dan Radit menumpang salat terlebih dahulu di masjid terdekat. Kebetulan, letaknya pun tak jauh dari rumah Azril.Azril diam seribu bahasa. Tidak ada yang bercerita, tetapi Faqih dapat menebaknya dengan benar, entah dari mana dia tahu.“Eng-enggak kata siapa,” kata Azril mengelak. Ia tidak ingin terlihat lemah apalagi sedih. Meski kenyataannya memang sedang bertengkar, tetapi berusaha mungkin agar tidak menceritakan kepada orang lain.“Bro, gua minta maaf kalo gua lancang, tetapi gua perhatiin tatapan lo sama Safa beda, tetapi jangan salah paham dulu. Gua bukan mau ikut campur, tetapi mau mengingatkan saja kalo wanita itu sensitif.”Faqih tidak menyudutkan, terlepas benar atau tidak biarkan menjadi urusan mereka. Ia hanya mengutarakan apa yang ia lihat.“Gua b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status