Safa terdiam dengan perasaan bersalah. Ia sempat sudzan bahkan menimbun rasa benci dalam hatinya."Semua orang berhak berubah, Sayang. Sekalipun orang itu pernah jahat sama kita." Azril mengingatkan."Iya, Mas, maafin Safa, ya," ujar Safa sendu.Azril mengangguk. "Iya, Sayang, nggak apa. Sudah, ya, jangan sedih lagi." Seketika tangan Azril menghapus air mata di pelupuk mata Safa, lalu tersenyum. Mengingat cuaca masih pagi sehingga ia mengajak Safa untuk pergi."Kita mau ke mana?" "Hmm, refreshing dong, biar kamu nggak sedih," kata Azril senang.Rasanya sudah lama tidak pergi berdua, apalagi kemarin Safa sempat dirawat dan membuatnya tak bisa pulang. Kebetulan Azril pun sedang libur sehingga bisa menemaninya seharian."Tapi kita belum bilang Amih, Mas," kata Safa khawatir."Aku sudah bilang ko, tenang saja." Senyum Azril merekah sempurna.Safa pun mengangguk mengalah, lalu mengusap perutnya yang membuncit. Beruntung sekali rasanya memiliki suami yang peka juga perhatian sampai Safa t
Read more