Semua Bab Istri Muda Tuan Sadis: Bab 71 - Bab 80

132 Bab

Bab 71 Tunjukkan Luka

Sadar jika Rania benar-benar telah melukainya, Tama segera mundur. Sembari memegangi lengannya yang terus mengeluarkan darah segar. Tatapan matanya melunak, namun ada sisi tidak percaya pada raut wajah Tama ketika dia memandang Rania yang tengah kalut.“Aku benar-benar bisa melukaimu,” ancam Rania. Meski dia cukup gentar saat melihat Tama terluka, tapi Rania tidak ingin menyerah. “Kenapa kamu tidak membuat ini semua mudah? Aku datang hanya untuk mengemasi barang-barangku, bukan untuk melawanmu,”Tama menyadari jika lengannya makin lama makin perih. Tapi dia tidak mungkin menunjukkan rasa itu di depan Rania. Maka dia memilih untuk membiarkan lukanya menganga, demi fokus menatap luruh ke arah Rania.“Apa yang membuatmu begitu ingin pergi? Setelah semua yang telah kulakukan, kamu akan pergi begitu saja?” protes Tama dengan nada dingin. “Kemana balas budimu? Jika bukan karenaku, kamu tidak akan bisa sejauh ini,”Tama sengaja ingin memancing emosi Rania, demi bisa mengulur waktu. Bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

Bab 72 Lupakan Semuanya

Pelan-pelan Tama mulai mengangkat kepalanya, untuk saling menatap dengan Rania. Namun ketika Tama memandangnya, Rania justru berpaling. “Aku harus benar-benar pergi,” ucapnya. “Kuharap di masa depan … saat kamu sudah menemukan pilihanmu lagi … kamu tidak akan membiarkannya mengalami nasib sepertiku,” Ada perasaan berdenyut sakit di tenggorokan Rania saat dia mengucapkan kata-kata panjang itu.Dengan berat hati, Rania mulai melangkah maju meninggalkan Tama yang masih diam tidak membuka mulutnya. Dua orang anak buah Tuan Hadi segera mengangkat barang-barang bawaan Rania, bahkan salah satu diantara mereka menoleh ke belakang untuk memastikan Tama tidak mengejar.Setelah mereka semua pergi, barulah Arif berlari kecil menghampiri Tama dengan wajahnya yang cemas.“Tuan, Tuan tidak apa-apa?” tanya Arif, kemudian matanya menangkap luka sayatan di lengan Tama. Dia bergegas mencari kotak P3K yang ada di kamar itu.“Rif,” panggil Tama.Seketika asisten itu berhenti dan menghadap ke arah Tama. “
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-02
Baca selengkapnya

Bab 73 Kepergian Rania

Laura cemas bukan main saat melihat wajah Arif yang membiru saat mereka berdua memutuskan untuk bertemu diam-diam di salah satu cafe. Laura berusaha menyentuh memar di wajah Arif, tapi pria itu menepis tangannya.“Aku tidak apa-apa,” ucap Arif. “Ini sudah biasa untukku,” Arif berkata jujur. Dia bahkan sering mengalami luka yang lebih parah sebelumnya.“Tapi aku tidak biasa melihatnya,” timpal Laura, menunjukkan wajah cemas.“Apa yang sebenarnya terjadi?” Arif sudah tidak sabar. “Kenapa Tuan Hadi membantu Rania pergi?”“Aku tidak tahu,” jawab Laura cepat. Dia masih fokus pada luka di wajah Arif. Sebenarnya Arif kecewa dengan jawaban Laura yang terkesan instan tanpa mau berusaha. Tapi melihat sorot kejujuran di mata Laura, Arif seketika tahu bahwa Laura tidak berbohong.“Yang kutahu, Ayah memanggil Tama untuk datang ke rumah,” ujar Laura, setelah keduanya sempat diam. “Aku bertemu dia sebelum datang ke sini,”***“Sebaiknya kamu mulai fokus pada rencana pernikahanku dengan Regina,” ula
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-05
Baca selengkapnya

Bab 74 Lembaran Baru

Kenalan Tuan Hadi yang akan memberi pekerjaan bernama Bu Mentari, seorang rektor di sebuah kampus di kota kecil tempat Rania tinggal sekarang. Atas rekomendasi dari Bu Mentari, Rania berhasil mendapatkan posisi sebagai dosen di kampus kecil itu.Pagi ini Rania bersiap untuk masuk pertama kali sebagai seorang dosen, bukan lagi asisten dosen. Setelah membiasakan diri tinggal di kota kecil selama satu bulan, Rania siap untuk menjalani babak baru kehidupannya.Dia membeli sebuah sepeda listrik sebagai mobilitasnya, karena memang kota kecil itu begitu asri dengan banyak pejalan kaki. Selain itu jarak antara satu tempat ke tempat lain tidak terlalu jauh, membuat Rania begitu bersyukur dengan kehidupan barunya.“Rania Manalli?” sapa seorang pria–yang tampak seumuran Rania.Rania memarkir sepedanya, lantas mengangguk dengan tatapan keheranan. “Benar. Anda siapa?”“Kenalkan saya Bagas,” Dia mengulurkan tangannya dengan senyum secerah matahari pagi ini. “Saya pegawai administrasi jurusan yang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-06
Baca selengkapnya

Bab 75 Mari Menikah

Bagas menyerahkan segelas kopi dan roti lapis ke hadapan Rania yang tengah sibuk menyusun pembelajaran untuk para mahasiswanya. Rania mendongak, dan tersenyum sebagai ucapan terima kasih. Dia pun melepas kacamatanya dan menghadap Bagas yang duduk di salah satu kursi dosen di samping meja Rania."Tumben baik?" seloroh Rania bercanda.Bagas tertawa lepas. Setelah hampir tiga bulan bekerja sebagai kolega sesama pegawai kampus, Rania dan Bagas memutuskan untuk bicara lebih santai mengingat usia mereka yang hampir sebaya. Bagas hanya selisih lebih tua beberapa tahun dari Rania, membuat obrolan begitu menyenangkan."Aku baru sadar, kenapa kamu lepas cincinmu?" tanya Bagas, yang iseng menatap ke arah jari manis Rania. Rania sedikit tersentak mendengar pertanyaan itu. Dalam hati dia berseru, tentu saja dia harus melepas cincin pemberian Tama. Setiap kali dia melihat cincin itu, hatinya akan teriris pedih akan kenangan pahit dan indah bersama Tama."Aku tidak ingin mencolok di depan mahasiswa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

Bab 76 Menyesal

Beberapa jam sebelumnya …Arif ragu untuk melangkah, karena melihat tuannya tengah memijat kening tanda sedang dalam kondisi frustasi berat. Tama tidak pernah begitu keras memikirkan sesuatu, karena dia selalu punya seribu cara licik saat menghadapi lawan bisnisnya. Tapi semenjak kepergian Rania, Tama berubah sangat berbeda. Dia menjadi lebih kejam, berhati dingin dan sesekali memegangi keningnya sambil mengaduh pelan. Sebagai orang yang tak pernah lepas dari Tama, Arif tentu cemas melihat perubahan itu."Rif? Masuk!" Tama menyadari kehadiran Arif, yang berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. "Apa yang kamu temukan?"Arif menggeleng. "Saya belum menemukan jejak Rania, Tuan,""Kalau anak itu? Apa dia sudah menikah?"Sekali lagi Arif menggeleng. "Dia sama sekali tidak keluar rumah, bahkan tidak pergi ke kampus," jawab Arif.Tama mendongak. "Anak itu? Apa dia kira dengan bersikap kekanakan, Rania akan kembali?" Tama mengomel sambil memandang Arif. Padahal omelan itu dia tujukan pada Vink
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

Bab 77 Tidak Ada yang Datang

"Ran? Rania?" Bagas berteriak memanggil Rania dari ambang pintu depan. Dia tidak mungkin menerobos masuk rumah Rania begitu saja, apalagi Rania tinggal sendirian.Di dalam kamar mandi Rania bisa mendengar suara Bagas dengan jelas. Tapi dia masih bergumul dengan perasaannya sendiri, ketakutan akan hamil. Dia terus mengelus perutnya, dengan banyak harapan bahwa tubuhnya hanya masuk angin."Maaf, ya," ucap Rania setelah berhasil keluar dari kamar mandi dan menemui Bagas. Wajahnya tampak sangat pucat."Kamu baik-baik saja? Perlu kubelikan obat?" tawar Bagas dengan wajah cemas.Rania menolak dengan senyuman. "Aku baik-baik saja, Gas. Sepertinya aku hanya butuh istirahat," Tanpa perlu diusir secara terang-terangan, Bagas tahu jika dia harus segera pamit. Meskipun dia begitu mencemaskan Rania, tapi Bagas sangat menjaga privasi Rania. Dia benar-benar mencerminkan seorang pria yang baik."Apa kamu perlu kubelikan sesuatu dulu?" tawar Bagas.Rania sekali lagi menggeleng. Dia berusaha untuk tet
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

Bab 78 Satu Permintaan Lagi

Rania terbangun dengan perasaan lebih baik daripada kemarin. Ketika dia membuka mata, seorang perawat masuk dan izin untuk memeriksa tekanan darahnya. Tak lama, sarapan datang untuknya. Rania memandangi sarapan di depannya dengan pandangan nanar. Lalu matanya menatap sekeliling ruangan, dimana ruangan luas itu begitu dingin dan sepi. Hanya ada Rania seorang diri.Bagas tidak menemaninya semalam, karena Rania pun juga lebih nyaman jika Bagas tidak ada didekatnya di saat-saat seperti ini. Apalagi penyebab dia ada di rumah sakit adalah karena kehamilannya. Rania tidak punya banyak nyali untuk menghadapi Bagas.Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk. Rania yang tak punya firasat apapun mempersilahkan orang dibalik pintu untuk masuk. Dan terkejutlah dia, ketika sosok Tuan Hadi melangkah maju, mendekatinya yang tengah duduk menikmati sarapan di atas ranjang."T-Tuan?" Tangan Rania hingga gemetar tak percaya. Dia tidak menyangka mantan mertuanya itu akan datang.Tuan Hadi memandang Rania dari ujun
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-10
Baca selengkapnya

Bab 79 Orang yang Berkuasa

"Vin, tersenyumlah!" tukas Nita, tampak cemas ketika melihat wajah Vinko yang terus muram meski kini dia tengah memakai setelan jas terbaik yang pernah ada.Tapi Vinko tidak peduli. Dia terus saja diam dengan pandangan nanar, membiarkan para perias itu mulai melakukan pekerjaan mereka untuk memperindah sang mempelai pria. Vinko hanya terus memikirkan segala keputusannya. Keputusan menikahi Regina yang tiba-tiba menyerang otaknya. Dia tahu, jika dia ingin segera menemukan Rania, dia harus menjadi orang yang berkuasa. Dan cara yang mudah adalah dengan menikahi Regina.Vinko sadar, dia sudah kelewatan pada Regina. Tapi dia sudah tidak bisa mundur. Wanita itu sudah terlanjur senang karena mereka berdua bisa menikah. Regina pasti tidak akan mau mendengarkan apapun alasan Vinko.Ketika Nita sibuk mempersiapkan segalanya akan berjalan lancar, tampak Dewi masuk perlahan ke dalam ruang ganti mengamati para perias yang berlalu lalang. Nita yang sadar akan kehadiran Dewi, segera membaur mendekat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-11
Baca selengkapnya

Bab 80 Seharusnya Kita

"Ran … " panggil Laura pelan dengan wajah khawatir. Kini dia menggenggam erat ponselnya.Rania yang tidak mengerti, hanya mengerutkan kening bingung. Dia tidak paham dengan lemparan isyarat dari Laura. "Kenapa tidak diangkat?" tanya Rania heran. Dia tetap tidak paham jika Tamalah yang tengah membuat ponsel Laura berdering.Di sisi lain Laura juga tidak bisa berucap. Ada Bagas di depannya, dan dia tidak ingin pria baik itu tahu bahwa Rania pernah memiliki suami. Seorang suami yang menjadi bos gembong rentenir terbesar di seluruh negeri."Aku harus ke depan untuk mengangkat telepon ini," pamit Laura. Dia tidak punya banyak waktu karena Tama pasti akan murka jika dia tidak mengangkat telepon itu."Halo," jawab Laura dengan suara sepelan mungkin."Dimana kamu?" sambar Tama. "Apa kamu lupa ini pernikahan adikmu?"Laura menutupi ponselnya dengan tangan agar tidak banyak suara bising orang-orang terekam di telinga Tama. "Aku sibuk. Sampaikan salamku untuk Vinko, semoga dia bahagia,""Aku je
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status