Home / Romansa / Istri Muda Tuan Sadis / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Istri Muda Tuan Sadis: Chapter 61 - Chapter 70

132 Chapters

Bab 61 Bukan Ayahku

"Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini padaku?" tuntut Rania. Dia kembali teringat akan saat pertama pernikahannya, dimana meski Tama tetap dingin padanya, namun sikap pria itu sangat jauh lebih baik. "Ini bukanlah dirimu," tambah Rania, berusaha menarik kaki lecetnya yang tengah diobati oleh Tama.Tama paham maksud Rania, tapi dia tidak menanggapi. Mendapat penolakan yang membuat hatinya kecewa, membuat Tama beranjak dari ranjang untuk menjauh dari Rania."Apakah jika kita bercerai, kamu akan bersama Vinko?" tanya Tama tiba-tiba.Rania tertegun mendengar pertanyaan itu. Rania mencoba membaca raut wajah Tama yang tampak cemas dan bingung dalam satu waktu. Benar-benar bukan dirinya."Bukan urusanmu," timpal Rania dingin. "Yang pasti … tidak kembali bersama orang sepertimu,"Tama menelan ludah. Dia tidak menyangka ucapan Rania membuat hatinya tertohok sakit. Demi menjaga emosinya, Tama memutuskan untuk keluar dari kamar itu demi menyegarkan pikirannya. Meski tidak mau dia akui secara langsu
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

Bab 62 Hari Terakhir

"Apa yang Mama lakukan tadi, hah?!" hardik Vinko, setelah mereka menutup butik dan hanya berdua saja.Nita mendorong tubuh Vinko, memaksanya untuk duduk di salah satu sudut. "Dengarkan Mama baik-baik, Vinko," Rahangnya mengeras, tegas. "Kalau kamu memang peduli dengan Mama dan sayang sama Mama, jangan pernah lagi bicara seperti itu di depan ayahmu. Apalagi jika itu semua berhubungan dengan Rania!" tegur Nita serius.Seumur hidup dia tidak pernah dibentak oleh Nita. Bahkan ketika dia berbuat onar yang berimbas pada nasibnya yang hampir dikeluarkan dari sekolah, Nita tidak pernah membentak. Namun kali ini terasa berbeda. Seakan Nita rela melakukan apapun demi membuat Vinko terus berada di sisi Tuan Hadi, terus diakui sebagai anaknya."Kita sudah sejauh ini. Sedikit lagi semua akan tercapai, hidupmu akan terjamin," Nita melanjutkan. "Apa susahnya menikahi Regina? Dia gadis yang cantik, baik. Lagipula kalian sudah mengenal sejak kecil,""Tapi aku mencintai Rania, Ma … " balas Vinko dengan
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 63 Selamanya

"Ran!" Vinko terus menggedor pintu, berharap setidaknya Rania membuka kaca mobil atau segera turun.Air mata Rania mengalir perlahan. Dia kembali teringat akan percakapan singkatnya bersama Tuan Hadi bulan lalu, tentang kesepakatan mereka. Meskipun dia mulai membuka hati perlahan untuk Vinko, namun dia harus segera sadar jika bersama Vinko bukanlah pilihan yang tepat.Lantas Rania menyambar botol kecil berisi racun yang ada digenggaman Tama. "Ya, aku memang berharap kamu mati," ujarnya. "Terimakasih sudah memberiku botol ini, karena selama ini kucari,"Tama makin menyeringai mendapatkan respon berani dari Rania. Meski di dalam hati dia cukup kecewa, karena Rania memang benar-benar hendak meracuninya. Setelah Rania keluar dari mobil, Tama dapat melihat Vinko berusaha menyusul langkah kaki Rania namun istrinya itu terus menghindar dan menolak bicara."Tuan, apa saya perlu membereskan Vinko?" tawar Arif, yang menangkap kegalauan tuannya."Tidak perlu," jawab Tama. "Seberapa keras kita be
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Bab 64 Tidak Pernah Seperti Ini

Tuan Hadi menganga lebar, bahkan hingga mulutnya terbuka untuk beberapa saat. Ada semburat bangga setelah Rania mengucapkan ikrarnya untuk tidak mengganggu keluarga Hadi jika terbukti dia tidak hamil. Pria tua itu lantas menyerahkan sebuah kotak perhiasan berbentuk persegi panjang."Ini untukmu. Maaf karena terlambat memberikannya," ucap Tuan Hadi.Rania menerima kotak perhiasan itu dengan sejuta tanya di hatinya. Dia memandang Tuan Hadi, dan kotak itu bergantian."Bukalah," pinta Tuan Hadi.Atas perintah mertuanya, Rania pun perlahan membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah perhiasan berupa kalung berlian berwarna putih yang sederhana namun sangat indah."Ini adalah perhiasan milik ibu Tama," ungkap Tuan Hadi, dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca saat memandangi perhiasan itu. "Sayang sekali aku tidak memberikanmu kalung ini tepat di hari pernikahanmu. Karena waktu itu aku belum mempercayaimu,""Ini milik Ibu Dewi?"Tuan Hadi tercekat. Lantas memandang ke arah Rania keheranan. "A
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Bab 65 Melanjutkan Hidup Tanpaku

Rania tampak mematung, memandang Vinko dengan beberapa kali kedipan. "Kamu ini bicara apa?" Dan membuncahlah tawanya.Rania tertawa keras, sesekali menepuk lengan Vinko. Sementara Vinko–yang sama sekali tidak menganggap itu lucu hanya bisa diam tercengang. Dia mencoba serius, tapi Rania justru menganggapnya bercanda."Kamu menganggapku anak kecil?" gumam Vinko, dengan suara berat. Dia tersinggung."Hei, Vin–" Rania kini mendorong kedua pipi Vinko, membuat wajah pria itu nampak polos nan lucu. "Kamu ini kenapa? Aku ada disini karena aku memang ingin bertemu denganmu,"Vinko segera menepis kedua tangan Rania yang memegangi pipinya. Dia merajuk. "Tadi pagi kamu mengabaikanku,""Tentu saja. Apa kamu pikir aku bisa menemuimu saat ada Tama di sebelahku? Bagaimanapun juga, aku masih istri Tama," jelas Rania, berusaha memberi pengertian. Dia mengelus pipi Vinko, mencoba untuk menenangkan hati pria muda itu."Aku benar-benar membencinya! Kuharap kamu tidak hamil agar bisa lepas darinya," gerut
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Bab 66 Menang

Rania menghela nafas. "Sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi," ucap Rania. Dia berusaha keras untuk menguatkan dirinya sendiri, karena tidak tega melihat raut wajah kebingungan milik Vinko."Apa kamu hamil?" tebak Vinko dengan cepat.Rania menggeleng. "Tidak ada hubungannya dengan itu," jawabnya. "Kamu tentu tahu, mustahil bagi kita untuk bersatu, meski aku sudah tidak lagi bersama Tama,""Kenapa?" Vinko mencengkeram pergelangan tangan Rania, seakan takut wanita itu tiba-tiba kabur. "Kenapa tiba-tiba seperti ini?" Dia lantas turun dari motornya secepat mungkin, dengan pandangan tak mau lepas dari Rania. "Apa ada yang mengancammu?" Vinko ganti mengguncang bahu Rania.Rania seketika melepas tangan Vinko di bahunya. "Berhenti menyalahkan orang lain, Vin. Ini semua tidak ada hubungannya dengan orang lain. Ini semua murni karena aku sudah tidak ingin berurusan lagi denganmu," cerca Rania, memasang wajah muak.Vinko diam, mengedipkan mata berusaha memikirkan segalanya. "Ada apa ini? Kenapa
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Bab 67 Jangan Menangisiku

Tama mulai bangkit berdiri. Tatapannya nampak dingin namun juga tenang di satu waktu. Sementara Rania yang frustasi, melempar tasnya ke sembarang arah, berusaha menahan air matanya yang menggenang. Pelupuk matanya terus-menerus mengulang rekaman ekspresi Vinko yang tampak bingung dan kecewa di satu waktu. Membuat hati Rania teriris pedih, antara kasihan dan mengutuki diri sendiri."Apa kamu yakin akan benar-benar pergi dari sini?" tanya Tama, terus memperhatikan gerak-gerik Rania yang linglung, duduk bersimpuh di bawah ranjang besar mereka."Aku pasti pergi," jawab Rania lantang."Jadi kamu tidak hamil?"Rania memandang Tama dengan tatapan benci. "Kenapa kamu sangat ingin aku hamil, hah? Bukankah, apapun yang terjadi, ayahmu tetap memberikan hartanya padamu?""Dia akan jadi penerusku," Tama sama sekali tidak merubah ekspresinya. Berdiri tenang, memandangi Rania yang menyedihkan.Rania tertawa getir. "Kamu bisa meminta wanita manapun untuk mengandung anakmu," timpal Rania pias."Ya, ka
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 68 Berhak Tahu

Lima tahun silam … Rania tidak bisa berhenti berdecak kagum, ketika dia menyaksikan dengan kedua bola matanya sendiri, sebuah bianglala besar tengah berputar lambat menembus ujung langit. Bianglala itu tampak berkedip-kedip, penuh cahaya seperti bola berputar dengan pom-pom warna-warni di setiap sudutnya.Sesekali Tama melirik Rania, dengan ujung matanya yang penasaran. Kemudian matanya itu mulai mengamati bibir Rania yang bergerak ke atas, tersenyum bahagia. Ada secercah sinar terang di mata Tama Hadi, saat dia berhasil membuat si lusuh Rania tersenyum. Setelah seminggu pernikahan mereka, Tama belum pernah melihat Rania tersenyum. Meski wanita itu tidak pernah menolak setiap perintahnya, namun Rania berlagak seperti robot tanpa nyawa. Membuat Tama gusar sehingga malam ini–alih-alih bekerja dia justru mengajak Rania ke wahana bermain baru di sekitar rumahnya."Kamu mau naik?" tawar Tama.Rania menoleh cepat. "Memangnya boleh?"Tama menarik nafas, lantas menunjuk ke arah bianglala yan
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Bab 69 Detik Menegangkan

Segalanya tampak rapi dan janggal pagi ini. Setidaknya dalam penglihatan Rania. Dia sengaja bangun lebih awal, meski hari ini tidak ada jadwal untuk pergi ke kampus. Atau lebih tepatnya, dia telah mengundurkan diri sebagai asisten dosen Pak Viktor, seakan hidupnya akan berakhir hari ini. "Sudah waktunya … " gumam Rania pada dirinya sendiri, setelah melirik jam dinding besar di sudut ruangan. Kemudian dia melirik dengan ekor matanya, mencari sosok Tama yang terbiasa berbaring di sampingnya.Tapi sampai hari ketujuh, Tama sudah tidak lagi tidur di samping Rania. Pria itu entah tidur dimana, meski setiap hendak sarapan dia sudah rapi duduk menunggu Rania memasak sarapan untuknya.Hati kecil Rania mulai merasakan perasaan yang janggal. Meski tidak mau terus-terang dia akui, namun di hatinya yang paling dalam, dia merindukan Tama di sampingnya. Tetapi perasaan itu segera ditepis Rania jauh-jauh, dan dia mulai mengingat kembali segala perlakuan sadis Tama kepadanya."Sudah siap?" tegur Tam
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 70 Hidup Baru

"Ran, ini apa artinya?" Laura yang tak sabar, segera merampas alat itu.Samar-samar senyum lega muncul dari wajah Rania yang sembab. Dia spontan memeluk Laura, sangat erat hingga Laura megap-megap tak siap."Aku tidak hamil, Lau. Aku tidak hamil," seru Rania, senang.Laura mengerjapkan mata beberapa kali, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Dia tidak bisa ikut senang, karena itu artinya dia akan berpisah dengan Rania. Tapi dia juga tidak bisa ikut sedih, karena ini semua adalah keinginan Rania."Aku ikut bahagia, jika kamu bahagia, Ran," tukas Laura, berusaha keras untuk tersenyum.Rania melepas pelukannya. Dia kini melipat bibir saat menatap Laura. "Aku tidak akan pernah melupakanmu, Lau," janji Rania. "Kemanapun aku pergi, aku akan tetap mengingatmu,"Laura tidak ingin menangis sendirian. Dia buru-buru memalingkan wajah, lantas menarik tangan Rania untuk keluar dari kamar mandi besar itu. Dengan tangan kanan menarik Rania dan tangan kiri membawa alat tes kehamilan, Laura berusa
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status