Share

Bab 67 Jangan Menangisiku

Tama mulai bangkit berdiri. Tatapannya nampak dingin namun juga tenang di satu waktu. Sementara Rania yang frustasi, melempar tasnya ke sembarang arah, berusaha menahan air matanya yang menggenang. Pelupuk matanya terus-menerus mengulang rekaman ekspresi Vinko yang tampak bingung dan kecewa di satu waktu. Membuat hati Rania teriris pedih, antara kasihan dan mengutuki diri sendiri.

"Apa kamu yakin akan benar-benar pergi dari sini?" tanya Tama, terus memperhatikan gerak-gerik Rania yang linglung, duduk bersimpuh di bawah ranjang besar mereka.

"Aku pasti pergi," jawab Rania lantang.

"Jadi kamu tidak hamil?"

Rania memandang Tama dengan tatapan benci. "Kenapa kamu sangat ingin aku hamil, hah? Bukankah, apapun yang terjadi, ayahmu tetap memberikan hartanya padamu?"

"Dia akan jadi penerusku," Tama sama sekali tidak merubah ekspresinya. Berdiri tenang, memandangi Rania yang menyedihkan.

Rania tertawa getir. "Kamu bisa meminta wanita manapun untuk mengandung anakmu," timpal Rania pias.

"Ya, ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status