Beranda / Romansa / Istri Warisan CEO / Bab 241 - Bab 250

Semua Bab Istri Warisan CEO: Bab 241 - Bab 250

360 Bab

Bah 241 S2 Sudah Yakin

Sesuai dengan permintaan Dima, Dira berangkat dengan Arlo. Sepanjang perjalanan Arlo terus memerhatikan Dira. Hal itu membuat Dira merasa canggung.“Kenapa Kak Arlo melihat aku seperti itu?” Dira merasa Arlo sedari tadi melihat ke arahnya.“Kamu tidak sedang hamil ‘kan Dira?” Arlo menoleh sejenak pada Dira.Dira langsung membulatkan matanya ketika mendengar hal itu. Tuduhan Arlo benar-benar di luar nalar.“Kenapa Kak Arlo bertanya seperti itu?” Dira menatap Arlo yang sedang menyetir.“Kamu dan Kak Dima tiba-tiba sekali menikah. Jadi aku pikir pasti ada sesuatu di antara kalian.” Alrlo mengungkapkan apa yang dipikirkannya.“Tentu saja aku tidak hamil. Pernikahan kami tidak bisa dibilang tiba-tiba juga. Sejak surat wasiat itu dibacakan kami harusnya sudah menikah. Tapi, kami menunda lebih dulu.” Dira berusaha menjelaskan.Arlo ingat mamanya cerita tentang surat wasiat itu dua minggu lalu. Memang harusnya kakaknya menikah saat itu. Namun, kakaknya belum mau.“Baguslah kalau kamu tidak ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-07
Baca selengkapnya

Bab 242 S2 Takut Oma

Sesuai dengan keinginan oma, akhirnya Dima membawa Dira ke rumah. Dima hanya datang ke kantor untuk menjemput Dira. Menjemput tepat jam tiga sore. Sebelum Dira masuk kuliah, mereka masih punya waktu untuk bertemu dengan oma.“Kita mau ke mana, Kak?” tanya Dira yang begitu penasaran.“Kita mau ke rumah oma.” Dima menjawab sambil fokus pada jalanan.Mendengar ke mana Dima akan membawanya membuat Dira seketika takut. Dia membayangkan jika oma Dima menakutkan. Pasti galak dan menakutkan.“Kak, seperti apa oma?” Dira menatap Dima yang sedang menyetir. Ingin tahu. Paling tidak dia harus tahu lebih dulu.“Oma baik. Dia begitu menyayangi aku.” Dima menjelaskan tanpa menoleh ke arah Dira.Kalimat itu diartikan Dira lain. Artinya jika oma Dima menyayangi Dima, artinya dia orang yang protektif terhadap Dima.Dira hanya bisa berusaha tenang. Berharap jika oma Dima bisa menerima dirinya dengan baik, seperti Mama Ale.Saat mobil berhenti, Dima segera turun, menyusul Dima. Pemandangan pertama yang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-07
Baca selengkapnya

Bab 243 Tunggu Sebentar

“Oma, tunggulah sebentar dulu. Lagi pula Dira masih kuliah. Jadi kasihan jika hamil.” Dima berusaha untuk membujuk sang oma. “Tapi, aku ingin punya cicit segera. Umur oma sudah tua. Berharap bisa menemani cicit oma.” Oma Mauren hanya bisa merengek. Dima benar-benar bingung. Begitu juga Dira. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Masalah ini terlalu sulit untuk diselesaikan. Jika anak kecil merengek minta permen, mungkin dia bisa melakukannya. Namun, jika minta anak. Tentu saja sulit. Apalagi usianya masih terlalu muda. “Ren, jangan membebani cucu-cucumu seperti itu.” Opa David akhirnya ikut bicara juga. Dima bernapas lega, karena ternyata opanya ikut membantu. “Anak-anak muda itu tidak tahanan, pasti sebentar saja mereka akan membuat cucu. Kamu duduk manis menunggu saja.” Opa David menenangkan sang istri lagi. Sayangnya, kalimat kali ini membuat Dima terperangah. Bagaimana bisa opanya menenangkan dengan cara seperti itu. “Benar juga.” Oma Mauren langsung semringah lagi. Dima semaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-07
Baca selengkapnya

Bab 244 S2 Gratis

Dima membantu Dira memilih cincin. Beberapa cincin memang cantik. Membuat Dima sendiri bingung. “Kenapa Kak Luel buat cincin bagus-bagus? Kami jadi susah memilih.” Dima melayangkan protesnya. “Kalau susah, belilah semua.” Luel tertawa. Senang menggoda adik sepupunya itu. “Aku belum sekaya itu dengan membeli semua cincin.” Dima baru bekerja setahun ini. Jadi di belum banyak penghasilan. “Cepatlah pilih. Seperti Dira yang cantik dari ribuan wanita, cincin itu pun juga ada yang cantik dari beberapa yang kamu lihat.” Luella mencoba memberi pandangannya. “Baiklah, kita lihat lagi.” Dima pun melihat ke etalase lagi. Melihat apakah ada cincin yang paling cantik di antara yang cantik. Dima terus memandangi satu per satu cincin tersebut. Begitu pun Dira. Dia terus memandangi mana cincin yang cantik. “Ini.” Secara bersamaan Dima dan Dira menunjuk satu cincin yang sama. “Wah ... kalian memang benar-benar cocok. Secara bersamaan bisa memilih cincin yang sama.” Luella mengomentari Dima dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

Bab 245 S2 Janji Siapa?

Dari toko perhiasan, lanjut toko sepatu, akhirnya Dima dan Dira berakhir di restoran. Mereka sedari tadi belum makan siang. Ini tidak bisa dibilang makan siang, karena sudah menjelang sore. Mereka memilih makan di restoran yang berada di mal. Karena tadi baru saja mereka dari toko sepatu Marlene yang berada di salah satu mal terkenal. Dima memesan beberapa makanan untuk dirinya dan Dira. Beberapa menu favorit di restoran. “Kak, bukannya kita tidak akan mengadakan pesta. Kenapa Kak Dima bilang tetap akan ada pesta?” Sambil menunggu makanan datang, mereka mengobrol bersama. “Oh ... itu. Oma tetap mau ada pesta, Ra. Jadi aku berjanji jika akan ada pesta.” “Tapi, Kak Dima juga janji padaku juga tidak ada pesta. Lalu janji mana yang akan Kak Dima dipenuhi?” Dira merasa dibohongi. Karena dari awal itu sudah menjadi perjanjian mereka. Dima mengembuskan napasnya. Merasa jika memang sulit sekali dalam keadaan ini. “Begini, Ra. Lambat laun hubungan kita akan diketahui orang. Jadi memang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

Bab 246 S2 Tegas Pada Dira

“Apa kamu tidak bisa melihat jalanan dengan benar, Ra?” tanya Dima. Dira langsung mengalihkan pandangan pada Dima yang ditabraknya. “Kak Dima ... maksud saya Pak Dima.” Dira merasa malu ketika ternyata yang ditabrak adalah Dima. “Saya menyuruh kamu mengantarkan berkas, tapi kamu tidak kunjung kembali. Apa kamu ingat jika kita harus pergi?” tanya Dima. Dira terperangah melihat sikap Dima. Namun, ternyata ada beberapa karyawan yang ada di belakangnya. Jadi sikap itu wajar dilakukan Dima. “Maaf, Pak. Perut saya tadi sakit, jadi saya ke harus ke toilet dulu.” Dira memberikan alasannya. “Sudah ayo, kita harus pergi.” Dima segera berbalik. Kemudian mengayunkan langkahnya. “Baik, Pak.” Dira langsung mengekor di belakang Dima. Mengikuti Dima. Apa yang dilakukan Dima dilihat oleh beberapa karyawan. Mereka tahu jika Dima memang tegas. Namun, tidak menyangka tegas pada Dira juga. Dima dan Dira segera masuk ke dalam lift. Dima menekan lantai ruang kerjanya. Karena harus mengambil barang-b
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-08
Baca selengkapnya

Bab 247 S2 Tidak Boleh Bertemu

Dira memilih kebaya yang dipegang Mama Ale. Detailnya lebih cantik. Tidak norak dan tidak terlalu heboh. “Jadi kamu pilih ini?” tanya Mama Ale. “Iya, Ma.” Dira mengangguk. “Bagus kalau begitu.” Mama Ale begitu senang ketika melihat Dira memilih kebayanya. Oma Mauren dan Oma Arriel pun harus menerima ketika Dira lebih memilih gaun Mama Ale. “Sisanya masalah WO. Oma yang urus. Apa pun itu, aku akan setuju.” Dima membesarkan hati oma-omanya itu. Dia tahu bagaimana membuat oma-omanya bisa senang lagi. “Benarkah?” Oma Mauren memastikan. “Iya.” Dima mengangguk. “Kita akan atur semuanya.” Oma Mauren menatap iparnya dengan senang. “Ingat, jangan bertengkar.” Dima memberikan peringatan. “Iya.” Oma Arriel mengangguk. Dari butik, mereka beralih ke restoran. Rencananya Aunty Loveta akan bergabung untuk makan siang bersama. Dia juga ingin berkenalan dengan calon Dima. Mereka semua menikmati makan siang bersama sambil saling bercerita tentang rencana pernikahan Dima dan Dira. Untuk saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

Bab 248 S2 Tinggal Sekamar

“Tidak akan ada apa-apa? Jika pun ada, paling hanya menemani kamu tidur.” “Kak.” Dira memukul lengan Dima. Kesal sekali. Di saat takut, Dima justru menakutinya. Dima hanya tertawa saja. Mereka sampai di kamar tamu. Dima segera menyalakan lampu. Saat lampu menyala, ruangan terlihat jelas. Dira melihat jelas jika kamar begitu besar. Dua kali lebih besar dari kamar yang ditempatinya di rumah Dima. “Kak, aku tidak mau tinggal di sini. Aku mau pulang.” Dira menggoyang-goyangkan tubuh Dima. “Ra, kamu tahu kan jika kata oma kita harus tinggal terpisah.” Dira mencoba mengingatkan Dira. “Tapi, aku takut, Kak. Kamar ini terlalu besar, dan di lantai atas juga sepi. Hanya aku saja. Aku tidak mau, Kak.” Dira merengek seperti anak kecil. Dia benar-benar tidak mau ditinggal di kamar ini. “Lalu harus bagaimana?” tanya Dima bingung. “Kalau Kak Dima mau aku tinggal di sini, Kak Dima juga harus temani aku.” “Ra, kita belum sah suami-istri. Bagaimana bisa tinggal sekamar?” Dima melayangkan protes
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

Bab 249 S2 Anak Nakal

Oma Mauren segera mencari Dima. Dia naik ke lantai atas. Tempat yang dituju Oma Mauren mencari Dima di kamarnya. Di rumah Janitra, mereka memang menyiapkan rumah untuk cucu-cucu mereka. Jadi setiap cucu punya kamar. Sayangnya, saat membuka kamar Dima, tidak ditemukan cucunya itu di sana. “Di mana dia?” Oma Mauren merasa heran karena cucunya tidak ada di kamarnya. “Jangan-jangan.” Oma Mauren memikirkan tempat di mana Dima berada.Untuk memastikan pikiran itu, Oma Mauren segera berlalu ke kamar tamu. Memastikan hal itu. Saat pintu kamar terbuka, Oma Mauren melihat Dira dan Dima berada dalam satu kamar. Padahal mereka justru harusnya berjauhan dan tidak bertemu. Namun, ini justru mereka berada dalam satu kamar. Suara pintu yang terbuka membuat Dira dan Dima langsung terbangun. Mereja begitu terkejut ketika melihat Oma Mauren sudah ada di kamar. “Oma.” Dima ketakutan ketika melihat sang oma. Oma Mauren segera menghampiri Dima. “Anak nakal.” Dia menjewer telinga Dima. Cucunya benar-ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya

Bab 250 S2 Ikrar Pernikahan

Dima melihat layar ponselnya. Dilihat nama ‘Alia’ di layar ponselnya. Tentu saja itu membuatnya merasa aneh. Untuk apa gadis itu menghubunginya.“Kak ... Kak Dima ....” Ketika tidak ada suara Dira mencoba memanggil Dima.Dima langsung tersadar. Dia langsung mengabaikan panggilan itu dan kembali pada Dira.“Iya, Ra.”“Aku pikir Kak Dima tidur.” Dira yang tidak mendengar suara Dima, justru mengira Dima tidur.Pikiran Dira memang sederhana. Jadi tidak pikiran macam-macam.“Tidak, aku tidak tidur.” Dima tertawa.“Kalau Kak Dima tidak tidur dan tidak mengantuk, bagaimana jika menunggu aku tidur?” Dira tertawa, memberikan ide lucu.“Kamu masih takut?” tanya Dima lagi.“Em ...tidak juga, tapi mau ditemani saja. Nanti jika aku sudah tidur, Kak Dima bisa matikan teleponnya.”“Baiklah, aku akan temani.” Dima setuju.“Baiklah, kita bercerita saja.”“Kamu dulu yang cerita.”“Cerita apa?” Dira bingung“Ceritakan waktu sekolahmu saja.” Dima memberikan ide.“Tidak ada yang menarik dari cerita sekola
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
36
DMCA.com Protection Status