“Tidak akan ada apa-apa? Jika pun ada, paling hanya menemani kamu tidur.” “Kak.” Dira memukul lengan Dima. Kesal sekali. Di saat takut, Dima justru menakutinya. Dima hanya tertawa saja. Mereka sampai di kamar tamu. Dima segera menyalakan lampu. Saat lampu menyala, ruangan terlihat jelas. Dira melihat jelas jika kamar begitu besar. Dua kali lebih besar dari kamar yang ditempatinya di rumah Dima. “Kak, aku tidak mau tinggal di sini. Aku mau pulang.” Dira menggoyang-goyangkan tubuh Dima. “Ra, kamu tahu kan jika kata oma kita harus tinggal terpisah.” Dira mencoba mengingatkan Dira. “Tapi, aku takut, Kak. Kamar ini terlalu besar, dan di lantai atas juga sepi. Hanya aku saja. Aku tidak mau, Kak.” Dira merengek seperti anak kecil. Dia benar-benar tidak mau ditinggal di kamar ini. “Lalu harus bagaimana?” tanya Dima bingung. “Kalau Kak Dima mau aku tinggal di sini, Kak Dima juga harus temani aku.” “Ra, kita belum sah suami-istri. Bagaimana bisa tinggal sekamar?” Dima melayangkan protes
Terakhir Diperbarui : 2023-07-09 Baca selengkapnya