Dima melihat layar ponselnya. Dilihat nama ‘Alia’ di layar ponselnya. Tentu saja itu membuatnya merasa aneh. Untuk apa gadis itu menghubunginya.“Kak ... Kak Dima ....” Ketika tidak ada suara Dira mencoba memanggil Dima.Dima langsung tersadar. Dia langsung mengabaikan panggilan itu dan kembali pada Dira.“Iya, Ra.”“Aku pikir Kak Dima tidur.” Dira yang tidak mendengar suara Dima, justru mengira Dima tidur.Pikiran Dira memang sederhana. Jadi tidak pikiran macam-macam.“Tidak, aku tidak tidur.” Dima tertawa.“Kalau Kak Dima tidak tidur dan tidak mengantuk, bagaimana jika menunggu aku tidur?” Dira tertawa, memberikan ide lucu.“Kamu masih takut?” tanya Dima lagi.“Em ...tidak juga, tapi mau ditemani saja. Nanti jika aku sudah tidur, Kak Dima bisa matikan teleponnya.”“Baiklah, aku akan temani.” Dima setuju.“Baiklah, kita bercerita saja.”“Kamu dulu yang cerita.”“Cerita apa?” Dira bingung“Ceritakan waktu sekolahmu saja.” Dima memberikan ide.“Tidak ada yang menarik dari cerita sekola
Semua keluarga memberikan ucapan selamat. Semua memberikan doa terbaik untuk pasangan baru ini. Semua berdoa agar Dima dan Dira saling mencintai sampai akhir hayat.Pesta berakhir. Satu persatu keluarga berpamitan. Tersisa keluarga orang tua Dima dan Arlo saja.“Ini hadiah dari Mama dan Papa.” Mama Ale memberikan amplop kecil untuk Dira dan Dima.Dima langsung menerimanya hadiah yang diberikan mama dan papanya itu. “Apa ini?” tanyanya.“Buka saja.” Mama Ale tersenyum.Dima yang penasaran membuka amplop tersebut. Saat dibuka ternyata itu adalah tiket hotel. Tertera tanggal malam ini.“Mama mau aku menginap si hotel?” tanya Dima memastikan.“Lebih tepatnya kalian.” Mama Ale membenarkan ucapan anaknya lebih dulu.Dima menoleh ke arah Dira. Yang dimaksud adalah dirinya dan Dira.Mendapati tiket hotel tentu saja membuat Dira merona. Malu sekali ketika mendapatkan hal itu. Seolah orang tua Dima mau pengantin baru hanya berdua saja. Sayangnya, Dira tidak tahu apa yang harus dilakukan berdua
Pipi Dira langsung menghangat ketika mendengar ucapan Dima itu. Sudah bisa dipastikan jika sekarang pasti pipinya sudah merona.Dima mengangsur wajahnya. Mendekat ke arah Dira. Saat wajah Dima mendekat, refleks Dira memejamkan matanya. Dima langsung tersenyum ketika melihat hal itu.“Ada bulu mata yang jatuh di matamu.” Dima mengambil bulu mata di mata Dira.Sesaat setelah Dima mengambil bulu mata yang terjatuh, Dira segera membuka matanya. Dia benar-benar terkejut ketika melihat hal itu.“Apa? Bulu mata?” Dira tampak terkejut mendengar apa dikatakan Dima. Namun, memang benar, Dima memang mengambil bulu mata yang terjatuh.“Kamu pikir aku mau apa?” goda Dima.Jelas pertanyaan itu membuat Dira semakin salah tingkah. Karena ternyata hanya dirinya yang berpikir jauh sebuah ciuman, sedangkan Dima tidak.Karena tidak mau Dima melihatnya salah tingkah, Dira memilih menghindar. “Aku mau ke toilet.” Dira segera pergi. Meninggalkan Dima.Melihat Dira yang pergi begitu saja membuat Dima benar-b
Ahirnya Dira memberanikan diri untuk keluar dari kamar hotel. Saat keluar, Dima tampak biasa saja. Mereka berdua ke restoran hotel yang berada di lantai paling atas. Kali ini pemandangan jauh lebih indah dari ketinggian. Apalagi malam ini bulan tampak bulat dan bersinar penuh.“Wah ...bulannya bulat sempurna.” Dira melihat bulan malam ini begitu cantik sekali. Membuatnya terkagum.“Ini tanggal lima belas. Biasanya bulan akan tampak penuh.” Dima mengomentari seraya menarik kursi.Dira pernah belajar itu. Namun, memang dia jarang memerhatikan sekitar. Jadi dia tidak terlalu memerhatikan kapan bulan bersinar penuh.Mereka duduk berdua. Kemudian memesan makanan. Sambil menunggu makanan, mereka memilih diam. Tidak ada obrolan yang mereka lakukan. Keduanya memilih diam saja. Keduanya masih saling menghindar.Saat makanan datang pun, mereka memilih diam. Menikmati makanan tanpa bicara. Benar-benar seperti dua orang asing yang tidak saling kenal.Sampai makanan habis dan kembali ke kamar ho
Dima merasakan gerakan kasur yang cukup kencang. Hal itu membuat Dima membuka matanya. Saat menoleh ke sebelah, alangkah terkejutnya Dima melihat Dira sudah begitu dekat dengannya.‘Sudah aku bilang bukan, jika kamu yang akan mendekat,’ batin Dima.Dima sudah bisa menebak jika Dira akan mendekati ke padanya. Karena sewaktu tidur bersama di rumah oma, dia melihat Dira yang tidak bisa diam saat tidur. Dan, benar saja, sekarang Dira benar-benar mendekat ke arahnya.Dira semakin dekat. Tangannya langsung memeluk Dima. Dira pastinya mengira jika yang dipeluk itu adalah guling.‘Aku yakin, besok kamu yang akan berteriak.’Dima tidak bisa bayangkan bagaimana reaksi Dira melihat aksinya sendiri. Pasti dia akan berteriak histeris.Mendapati Dira memeluk justru membuat Dima senang. Karena itu justru menikmati. Kembali tidur dan menunggu hari esok tiba.***Dira menikmati tidurnya. Guling empuk yang dipeluknya begitu menghangatkannya. Terasa nyaman sekali.Dira pun melingkarkan kakinya untuk mem
“Untuk apa kita di kamar sepanjang hari?”Dira tidak habis pikir dengan Dima. Membayangkan berada di kamar sepanjang hari tentu saja membuatnya merasa bingung.“Untuk menikmati istirahat.” Dima merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Menjadikan tangannya sebagai bantalan.“Istirahat manusia hanya butuh delapan jam tidur, sedangkan kita punya dua puluh empat jam. Sisa enam belas jam. Tidak mungkin juga kita tidur sepanjang waktu dalam enam belas jam.” Dira mencoba menjelaskan hal itu.“Memang siapa yang menggunakan enam belas jam untuk tidur. Istirahat juga tidak melulu tidur. Seperti yang kamu lalukan sekarang. Menikmati menonton kartun atau kita bisa menonton film. Itu disebut istirahat juga.”“Lalu apa kita akan di kamar sepanjang hari tanpa makan?” tanya Dira kembali.“Makan, jika malas keluar, kita pesan dari sini.” Dima tersenyum.Dira benar-benar tidak membayangkan berada di dalam kamar seharian bersama dengan Dima.Melihat Dira yang seperti itu membuat Dima gemas. “Ayo, kita maka
Dima melihat wajah Dira yang cantik. Ini kali pertama melihat Dira dari dekat. Bulu mata lentik begitu indah. Bibir merah yang merekah pun begitu menggoda.Air yang mengalir di bibir Dira membuat Dima mengusap bibir itu. Sayangnya saat mengusap bibir itu, Dima justru tertarik dengan bibir merekah itu. Tanpa aba-aba, Dima langsung mendaratkan bibirnya di bibir Dira.Dira membulatkan matanya ketika melihat apa yang dilakukan Dima. Bibir Dima yang dingin menempel di bibirnya, membuatnya seketika membeku.Dima menyesap bibir Dira. Bibir kenyal itu begitu manis sekali. Hal itu membuat Dima menikmati bibir itu. Tak ada penolakan dari Dira membuat Dima semakin menikmatinya.Untuk sesaat Dira berada dalam rasa terkejutnya. Hingga akhirnya Dira tersadar apa yang dilakukan oleh Dima. Dengan gerakan cepat dia mendorong tubuh Dima. “Kenapa?” tanya Dima. Dima seperti anak kecil yang baru saja kehilangan kesenangannya.“Kenapa Kak Dima mencium aku?” Dira melemparkan pertanyaan itu. Dia yang harus
“Kak, aku lapar.” Dira menggoyang-goyangkan tubuh Dima. Karena Dima begitu pulas, Dira harus bersusah payah untuk membangunkan. Benar-benar Dima tidur pulas sekali. “Kak.” Dira gemas sekali. Entah kenapa dia merasa Dima seperti orang pingsan.“Em ....” Dima hanya berdeham saja. Tak bangun sama sekali.“Aku lapar, ayo makan.” Dira kembali goyang-goyangkan tubuh Dima.“Bukankah kamu tadi sudah makan.” Dima dengan mata yang terpejam pun menjawab.“Tadi aku makan pagi, ini makan siang.”Dima membuka matanya. Melihat jam tangan di pergelangan tangannya. Ternyata sudah jam dua belas. Pantas saja Dira meminta untuk makan.“Pesanlah makan saja.” Dima kembali memejamkan matanya.“Tidak mau, aku mau maka di restoran.” Dira menekuk bibirnya. Tangannya melipat di dada.Dima mengembuskan napasnya. Berhadapan dengan anak kecil memang sangat melelahkan. Jadi dia harus banyak-banyak sabar.“Baiklah.” Dima akhirnya setuju dengan ajakan Dira. Dia segera bangun kemudian segera ke kamar mandi.Dira menah