All Chapters of Istri Pilihan Untuk CEO Arogan: Chapter 1 - Chapter 10

66 Chapters

Kabar Buruk untuk Adira

Adira Darsa Rajendra, lelaki berusia 30 tahun yang mempunyai paras wajah tampan serta lesung pipit yang tersembunyi di balik pipi kanannya. Adira merupakan anak pertama dari keluarga konglomerat di Indonesia. Anak dari Jayantaka Kresna Rajendra ini sangat berpengaruh dan di segani oleh negaranya, karena mereka mampu membawa dampak begitu baik untuk kemajuan rakyat dan negara tempat tinggalnya. Adira mempunyai tanggung jawab besar sebagai pemegang perusahaan pusat milik ayahnya yang berjalan di sector properti. Ia harus bisa memimpin dan menghandle semua kegiatan, serta ia harus memberikan dampak besar untuk masyarakat sekitarnya. Tidak sulit untuk Adira melakukan itu semua, karena sejak kecil Adira sudah disibukkan dengan urusan masa depannya. Hari ini adalah Hari Kamis, di mana Adira sedang duduk di kursi kekuasaannya untuk memimpin rapat guna membahas evaluasi perusahaan selama tiga bulan terakhir. Wajahnya tampak dingin, sorot matanya melihat dengan tajam kearah layar proyektor ya
Read more

Saya Calon Partner Anda.

Adira tampak memijit pelipisnya setelah berjam-jam memandangi setumpuk berkas yang kini menyisakan sedikit. Ini adalah tugas yang setiap hari harus ia kerjakan tanpa henti. Baginya bekerja adalah hidupnya. Sehingga ia tidak pernah meninggalkan pekerjaan sedikitpun walaupun ia merasa lelah. Terdengar suara pintu terketuk dari dalam ruangan Adira. Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang perempuan di balik sana. Kaki jenjang, rambut panjang yang ikal, wajah yang memiliki paras cantik serta badan yang proporsional itu masuk ke dalam ruangan pribadi milik Adira. “Bapak ada temu janji jam sepuluh pagi dengan klien dari J.Y Companny di Restaurant Roasted Beans nanti,” ucap perempuan itu dengan lembut pada atasannya. Adira mengangguk, ia melirik jam tangan yang melingkar tepat pada tangan kanannya. Ia menghela saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia pun mendongak dan menatap sekretarisnya itu, “Siapkan semua berkasnya sekarang lalu beri pada
Read more

Kesan Pertama.

Ayana turun dari mobil milik Adira, kini ia melangkah tepat dibelakang punggung Adira yang tegap. Langkah kakinya perlahan membawanya pada sebuah gedung fashion yang memang ingin ditujunya hari ini. Hari ini adalah pertama kali mereka bertemu, dan mereka langsung pergi untuk menemui Designer yang akan mendandani mereka untuk pesta pernikahan yang akan digelar sebentar lagi. Sorot mata Ayana terus mengitari luasnya gedung. Banyak baju pengantin yang sekedar digantung dan di pasang pada Patung Manekuin untuk dijadikan sample model baju. “Selamat siang Tuan dan Nyonya Adira, saya Tarisa akan membantu anda untuk memilih baju pengantin,” ucap Tarisa sopan. Tarisa pun berjalan mendahului Adira dan Ayana menuntun mereka ke ruangan yang sudah disiapkan untuk mereka. Tarisa tersenyum kearah Ayana, menuntun tubuh mungil Ayana untuk masuk ke dalam bilik ganti. Ayana mengikuti setiap langkah Tarisa tanpa melawan ataupun menolaknya dengan perkata
Read more

Prewedding?

Sinar mentari pagi berhasil menembus masuk ke dalam celah gorden bilik Ayana yang tertutup rapat. Sedangkan Ayana masih asik dalam mimpi indahnya. Suara ketukan pintu terdengar samar ditelinganya yang masih belum tersadar penuh. “Ay, ada Adira cepetan bangun,” ucap seorang gadis yang lebih dewasa dari Ayana. Suara ketukan terus berlangsung, hingga pengetuk pintu merasa geram karena tidak adanya sahutan dari dalam. Gadis berambut panjang ikal itu menerobos masuk secara paksa tanpa adanya izin dari pemilik kamar. Tiara Salshabilla Adi Wangsa, kakak tiri Ayana yang merupakan anak kandung ibu tirinya dengan mantan suaminya. Umurnya tidak jauh darinya, hanya berkisar 5 tahun lebih tua darinya. Tiara menghentikan langkahnya saat melihat Ayana yang masih terbaring lelap dalam tidurnya. Ia pun akhirnya dengan keras menarik selimut yang membungkus tubuh Ayana agar tetap hangat, tindakan Tiara pun berhasil membuat tidur Ayana terusik. Ayana p
Read more

Sisi lain Ayana

"Orang yang terlihat sangat bahagia, menyimpan luka besar di dalam dirinya." - Ayana duduk disamping kursi kemudi. Sudah dua jam ia menghabiskan waktu untuk pemotretan hari ini, dan kini mereka sedang dalam perjalan untuk melihat rumah yang akan mereka tinggali. Sepanjang perjalanan, pikiran Ayana terus bergelut pada sikap Adira yang tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat, alih-alih ia kesal pada Ryan yang terus menggoda Ayana. “Mau makan dulu?” tanya Adira memecah keheningan antara mereka berdua. Ayana menoleh kesamping dan mendapati Adira yang kini sedang menatapnya. “Bapak lapar?” tanya Ayana yang kemudian di angguki oleh Adira. Ayana pun tersenyum, “Yaudah kita mampir dulu buat makan.” ucap Ayana. Suasana kembali hening, kini hanya terdengar alunan musik yang keluar dari playlist radio yang sedang Adira mainkan. Dinginnya air conditioner yang keluar dari mesin mobil Adira, berhasil merasuk hingga kedalam tubuh masing-masing
Read more

Kontrak?

Kini Adira berjalan diantara para tamu undangan dengan balutan Jas Hitam yang melekat pada tubuh sempurnanya untuk menjemput Ayana yang berdiri diujung karpet yang tengah ia pijak saat ini. Senyumnya terpancar atas kebahagiaannya hari ini bisa menikahi Ayana. Adira tampak mengulurkan tangan kananya untuk menggandeng tangan Ayana menuju pusat tamu, dimana mereka akan melakukan dansa disana. Aji tampak menyerahkan tangan kanan putrinya pada lelaki yang kini akan bertanggung jawab atas hidup anaknya sekarang. Adira pun menggenggamnya dengan kuat dan kini menuntun Ayana dengan perlahan untuk menuju tempat yang sedang mereka tuju. Adira kini berdiri menghadap Ayana, tangan kanan dan kirinya perlahan memeluk pinggang ramping milik Ayana. Sedangkan Ayana tampak mengalungkan kedua tangannya pada pundak tinggi Adira. Sorot lampu kini hanya berfokus pada mereka berdua, dentingan piano kini mengalun dengan romantis menemani dua insan ini yang se
Read more

Ayana Curiga

yana merebahkan tubuhnya di atas Sofa ruang tamu setelah ia membersihkan tubuhnya. Ia lelah karena sudah berjalan untuk membagikan masakannya pada tetangga di dekat rumanya. Menurutnya masakan itu akan terbuang sia-sia, dan perjuangannya untuk memasak tidak akan ada nilainya. Ayana kini tampak fokus dengan buku tebal yang ia pegang. Ujian untuk masuk Universitas semakin dekat, dan ia harus bisa lolos seleksi untuk melanjutkan kuliah di Universitas impiannya. Suara dering telepon rumah kini memecah hening suasananya. Ia pun mendekat dan kini mengangkatnya. “Halo,” sapa Ayana sopan. “Na ini Papa Rajendra,” Ayana sempat terkejut saat mertuanya kini menelponnya melalui telepon rumah. Ia pun segera membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. “Ada apa Pa?” “Adira dirumah kan? Soalnya Papa telepon dari tadi dianya ngga angkat. Papa takut dia tinggalin kamu dirumah sendirian, ini kan hari pertama kalian menikah. Awas aja kalau dia sampai berangkat ke k
Read more

Permainan?

Adira terkejut dengan suara Alarm nyaring yang menembus gendang telinganya. Ia tampak menyesuaikan cahaya lampu yang masuk menembus retinaya. Jam sudah menunjukkan pukul 07:00 AM. Ia pun segera bangun dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Kini Adira sudah siap dengan pakaian kantornya. Ia menghadap kearah cermin, melihat bagaimana gagahnya ia saat ini. Setelah semuanya rapi, kini ia mengambil tas kantornya dan melenggang meninggalkan kamarnya. Adira mengernyit heran saat tidak mendengar suara bising karena tingkah Ayana pagi ini. Ia pun melangkah menuju dapur, dan mendapati makanan yang sudah siap disana. Adira mendekat saat ada sepucuk surat di dekat makanan tersebut. Selamat pagi, Pak. Saya pergi pagi-pagi sekali hari ini karena ada test untuk masuk perguruan tinggi. Saya sudah mencoba membangungkan Bapak dengan mengetuk pintu berkali-kali, tapi Bapak tidak kunjung bangun jadi saya memutuskan untuk menulis surat ini, hehehee.
Read more

Akting.

Adira membuka pintu rumahnya, tubuhnya sangat lelah hari ini karena sudah menemani Zayna sepanjang hari untuk menyenangkan hatinya. Adira mengernyit saat lampu di ruang tamu mati, karena Adira selalu menyalakannya sepanjang hari. Ia pun bergerak untuk menuju saklar lampu dan menekannya. Ia terkejut begitu lampu menyala, kini dihadapannya ada sosok gadis yang ia yakini adalah Ayana. Ayana duduk menghadap tv berada, dan menatap lurus dalam diam. “Kok kamu belum tidur?” tanya Adira sembari berjalan mendekat kearah Ayana Ayana menoleh kearah Adira, kini mata mereka saling bertemu tatap. “Saya nunggu suami pulang,” jawab Ayana. “Saya sudah pulang, sekarang kamu tidur.” Ucap Adira tegas. Adira pun melangkah untuk meninggalkan Ayana yang masih diam di ruang tamu. “Saya ngga bisa tidur Pak,” sahut Ayana cepat. Adira terus melangkah menghiraukan Ayana yang kini menatap punggungnya dalam. “Saya tadi lihat Bapak bersama wanita sedang berbela
Read more

Usaha Ayana

Aku mengeliat saat ada sinar yang berusaha masuk menembus retinaku. Perlahan aku membuka mata, dan terkejut saat ada wajah dingin yang tidak pernah perduli padaku kini berada dihadapanku. Sorot matanya yang tajam, kini tidak menakutkan kala ia menutup matanya. Bulu matanya yang lentik, dan alisnya yang tebal serta hidung dan bibir yang proporsinya sangat pas dengan wajahnya, menjadikannya sangat tampan. Ditambah lagi aku bisa melihatnya sedekat ini, seolah bagaikan mimpi untuk ku. Tapi bagaimana bisa aku bisa berakhir tidur satu ranjang dengannya? Bukankah semalam aku tidur di Sofa? Aku segera menutup mata kembali saat melihat pergerakan tubuh dari Adira. Aku tidak mau ia merasa malu saat ku pandangi dari dekat. “Na bangun,” ucap Adira dengan suara seraknya. Dalam hati ku rasanya ratusan kupu-kupu telah terbang tinggi, senang sekali mendengarnya membangunkan ku untuk pertama kalinya dengan suaranya yang serak. Aku berakt
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status