Share

Prewedding?

Penulis: berymatcha_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sinar mentari pagi berhasil menembus masuk ke dalam celah gorden bilik Ayana yang tertutup rapat. Sedangkan Ayana masih asik dalam mimpi indahnya. Suara ketukan pintu terdengar samar ditelinganya yang masih belum tersadar penuh.

Ay, ada Adira cepetan bangun, ucap seorang gadis yang lebih dewasa dari Ayana.

            Suara ketukan terus berlangsung, hingga pengetuk pintu merasa geram karena tidak adanya sahutan dari dalam.  Gadis berambut panjang ikal itu menerobos masuk secara paksa tanpa adanya izin dari pemilik kamar.

            Tiara Salshabilla Adi Wangsa, kakak tiri Ayana yang merupakan anak kandung ibu tirinya dengan mantan suaminya. Umurnya tidak jauh darinya, hanya berkisar 5 tahun lebih tua darinya.

            Tiara menghentikan langkahnya saat melihat Ayana yang masih terbaring lelap dalam tidurnya. Ia pun akhirnya dengan keras menarik selimut yang membungkus tubuh Ayana agar tetap hangat, tindakan Tiara pun berhasil membuat tidur Ayana terusik.

            Ayana perlahan membuka matanya saat badannya merasa dingin karena AC. Ia terkejut melihat Tiara yang sudah berdiri dihadapannya dengan berkacak pinggang.

Tangan gue sakit tahu ketuk pintu kamar lo terus, sedangkan lo masih asik tidur disini, cerca Tiara kesal.

            Ayana bangkit, membenarkan posisi duduknya itu.

Lagian tumben banget lo peduli sama hidup gue, pake bangunin gue segala. Mana masuk kamar tanpa izin lagi, balas Ayana dengan nada sama kesalnya.

            Sejak pertama bertemu Tiara dan Ayana memang tidak pernah akrab, seperti Ayana dengan Dean adiknya dari pernikahan kedua papanya dengan mama tirinya. Sifat Tiara yang sama persis dengan mama tirinya membuat Ayana enggan untuk berhubungan baik, terlebih lagi Tiara yang juga tidak mau menyambung tali persaudaraan antara mereka berdua.

Hh, gue kesini disuruh mama buat bangunin lo bego. Ada Adira dibawah nungguin lo, ucap Tiara.

            Ayana membelalakkan matanya, ia melihat jam dinding di kamarnya dan sudah menunjukkan pukul 07.30 . Ia pun langsung menyingkap selimutnya, dan menatap Tiara terkejut.

Lo serius dia udah dateng? tanya Ayana perlahan.

            Tiara mengangguk menanggapi pertanyaan Ayana. Mampus lo dimarahin sama Om Adira, balas Tiara dengan menegaskan kata Om Adira pada Ayana sembari mentertawakan Ayana yang tampak ketakutan.

Bacot lo, ucap Ayana kesal menanggapi olokan Tiara.

            Ayana pun bangkit dan mendorong tubuh Tiara untuk segera keluar dari kamarnya. Ia pun segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap.

-

            Ayana turun dengan memakai dress lengan panjang motif bunga berwarna kuning dominan putih selutut, dengan tambahan tas sling bag berwarna kuning dan flatshoes senada dengan dengan bajunya. Ia tampak sangat cantik hanya dengan pakaian sederhana seperti itu.

            Ayana berjalan menuju Adira yang tengah duduk di ruang tamu untuk menunggunya selama satu jam. Disana sudah ada Elvina yang menemani Adira, Ayana menelan salivanya kuat-kuat melihat tatapan tajam yang ia terima dari Elvina.

          Ayana tampak menundukkan badannya sopan seraya meminta maaf pada Adira dan Elvina.Maaf saya salah,  lirih Ayana tulus.

            Elvina bangkit dari duduknya saat melihat Ayana yang sudah berdiri dihadapannya. Kamu itu kan sudah diajari sama mama, setiap ada janji harus diingat dan ditepati, jangan sampai buat Adira menunggu lama seperti ini, ucapnya seraya menepuk lengan Ayana lembut.

            Ayana diam saat Elvina mendekatkan diri kearahnya. Malu-maluin kamu. Sarkas Elvina dalam bisikannya tepat ditelinga Ayana.

            Ayana merintih kesakitan saat Elvina meremas lengannya dengan kuat, namun rintihan itu keluar sangat pelan dan hanya digambarkan oleh raut wajahnya yang tampak kesakitan.

            Elvina berbalik dan tersenyum kearah Adira yang kini sudah berdiri dibelakangnya. Maafin Ayana ya nak Adira. Ayana orangnya emang suka lupa tanggung jawab, ucap Elvina seraya tersenyum.

            Adira mengangguk paham, Kalau begitu saya pamit, ucap Adira sopan pada Elvina

-

            Adira menancapkan gas setelah mereka selesai urusan dari rumah Ayana. Hari ini adalah hari minggu, hari dimana Ayana bersikap malas-malasan dengan kasur dan kamar kesayangannya, namun semua itu hanyalah wacana karena ia sekarang harus berhadapan kembali dengan Adira.

            Ayana mengalihkan pandangannya pada kaca jendela disampingnya, alih-alih menghilangkan canggung diantara mereka. Sejak pergi dari rumah Ayana, Adira sama sekali tidak mengajaknya berbicara, bahkan hanya sekedar menegur kesalahannya saja.

            Ayana memainkan jemarinya, rasa canggung dan bersalah menyelimutinya saat ini. Bagaimana pun ia sudah bersalah karena membuang waktu Adira yang sangat berharga.

            Ayana menoleh kearah Adira sekilas, ia dapat melihat guratan fokus pada mimik wajah Adira yang sedang menyetir.

Saya minta maaf, lirih Ayana.

            Adira menoleh kearahnya, ia menatap Ayana yang kini menatapnya dengan sendu. Tak lama Adira pun mengalihkan pandangannya kembali. Ia kembali fokus pada padatnya jalan raya tanpa menggubris permintaan maaf Ayana.

Saya tahu saya salah, jadi saya minta maaf ke bapak sudah menghilangkan waktu berharga bapak, lanjut Ayana dengan suaranya yang lembut.

            Adira menghela, kemudian ia mengangguk tanpa mengeluarkan suara. Hal itu semakin membuat Ayana gelisah.

-

            Adira menghentikan mobilnya pada sebuah gedung Photographer yang akan mengambil foto Preweddingnya dengan Ayana hari ini.  Adira melangkah masuk kedalam gedung untuk menemui sang Photographer, begitu juga dengan Ayana yang mengikuti langkah besar kaki Adira dari belakang.

Datang juga lo, udah telat tiga puluh menit nih, ucap Ryan selaku Photographer.

            Adira menoleh kearah Ayana yang masih menunduk. Maa--

Gue masih ada kerjaan jadi telat, balas Adira cepat.

            Ayana menengadahkan kepalanya menatap Adira yang kini masih menatapnya. Ayana tampak terkejut saat Adira membelanya dan memberikan alasan palsu untuk menutupi kesalahannya.

Tapi waktunya dipotong tiga puluh menit ya nanti, ucap Ryan dengan melihat jam yang melingkar pada pergelangan tangan kanannya.

            Adira kini beralih menatap Ryan, Tambah lagi lah, masa waktunya Cuma buat persiapan aja sih. Nanti uangnya gue tambah, ucap Adira yang tengah melakukan negosiasi dengan Ryan.

            Ryan pun menghela setelah mendengar ucapan Adira. Bukan Adira jika tidak memudahkan semua urusannya hanya dengan uang yang ia miliki.

-

            Adira menunggu Ayana yang tengah bersiap dihadapan kamera. Kini ia sedang melakukan pemotretan sendiri sebelum Ayana datang dan melakukan pemotretan bersama.

            Sorot mata Adira menatap tajam layar lensa kamera yang sedang menangkap gambarnya. Paras wajahnya yang memiliki goresan rahang sempurna, sorot mata tajam, dan bibir tipis serta dimple yang bisa membuat wajahnya yang terkesan garang menjadi sangat manis.

Gila sih emang dari dulu lo tuh ngga ada rivalnya soal ketampanan, ucap Ryan akrab pada teman SMAnya itu.

            Adira tertawa mendengar pujian Ryan yang menurutnya sangat konyol. Pemotretan untuknya selesai, Adira pun berbincang sebentar dengan Ryan sembari menunggu Ayana keluar.

            Suara langkah kaki terdengar mendekatinya saat ini. Adira mengernyit saat melihat paras wajah Ryan berubah setelah melihat sesuatu yang ada dibelakangnya.

Istri lo cantik banget Dir, lirih Ryan dengan mata yang masih tertuju pada Ayana.

            Adira pun segera berbalik saat Ryan mengatakan hal tersebut. Tidak hanya Ryan, kini Adira pun diam membisu melihat Ayana yang berubah menjadi dewasa dan cantik dalam sekejap. Adira terus melihata penampilan Ayana mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki, darahnya pun berdesir kuat membuat tubuhnya merasakan panas dingin disaat bersamaan.

            Adira semakin kagum saat Ayana melontarkan senyum manis miliknya kearah Adira yang sedang memandangnya penuh kagum.

Lo mau foto atau Cuma lihatin istri lo? olok Ryan saat tubuh Adira diam tidak berkutik.

            Adira segera menetralkan ekspresinya setelah sadar bahwa ia saat ini berada dibawah kendali dirinya. Adira pun kini mengalihkan pandangannya dari sorot mata Ayana yang terus menguncinya, membuatnya bisa kehilangan kendali untuk kedua kalinya.

            Ryan pun dengan sigap mengatur tempat untuk keduanya. Ryan tampak mengatur kursi untuk Adira dan Ayana duduk disana. Tampak kedua kursi tersebut saling berjauhan, wajah Adira dan Ayana pun saat difoto tidak menampilkan ekspresi sama sekali.

            Di foto kedua, Adira tetap menjauhkan dirinya dari Ayana hingga Ryan mempersatukan mereka untuk lebih dekat. Adira tampak berdiri dengan tegang, sedangkan Ayana kini merangkul tangan kanannya dengan membawa bucket bunga putih yang senada dengan baju yang tengah dipakainya.

Dir lo mau foto pre-wedding atau tawuran sih? Tegang amat, ucap Ryan kesal karena melihat wajah Adira tanpa ekspresi selama pemotretan.

Senyum dikit dong. Istri lo udah cantik gitu difotonya, masa suaminya muka lempeng aja, lanjut Ryan yang kini membuat Adira kesal.

            Adira menghela kesal setelah mendengar makian Ryan untuknya dihadapan Ayana yang kini sedang menatapnya.

            Ayana kini tampak sedang berjinjit untuk menyamakan tingganya tepat pada telinga milik Adira. Cuma sebentar kok, bapak rileks aja, bisik Ayana tepat pada telinga Adira yang kini sedang membeku.

Mau lanjut foto atau saling tatap? olok Ryan lagi saat melihat Adira yang tidak bergeming sedang menatap Ayana yang sedang tersenyum manis kearahnya.

            Ayana tertawa mendengar ucapan lucu yang kelar dari mulut Ryan,Maaf, ucap Ayana.

Gila sih cantik banget, ucap Ryan yang juga salah fokus melihat senyum manis Ayana.

            Ayana pun segera menetralkan mimik wajahnya saat ia sudah berhasil menarik perhatian seseorang. Ayana tampak terkejut saat tubuhnya dengan tiba-tiba direngkuh dengan kasar oleh seseorang.

            Ayana mendongak alih-alih menatap kesampingnya. Ia kini dapat melihat wajah tanpa ekspresi milik Adira yang tepat dibawahnya. Ayana bisa merasakan usapan lembut pada perutnya. Ia tertegun saat melihat tangan besar Adira melingkar pada pinggangnya yang ramping.

Lo jangan macam-macam sama istri gue, tekan Adira dengan suara beratnya.

Bab terkait

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Sisi lain Ayana

    "Orang yang terlihat sangat bahagia, menyimpan luka besar di dalam dirinya." - Ayana duduk disamping kursi kemudi. Sudah dua jam ia menghabiskan waktu untuk pemotretan hari ini, dan kini mereka sedang dalam perjalan untuk melihat rumah yang akan mereka tinggali. Sepanjang perjalanan, pikiran Ayana terus bergelut pada sikap Adira yang tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat, alih-alih ia kesal pada Ryan yang terus menggoda Ayana. “Mau makan dulu?” tanya Adira memecah keheningan antara mereka berdua. Ayana menoleh kesamping dan mendapati Adira yang kini sedang menatapnya. “Bapak lapar?” tanya Ayana yang kemudian di angguki oleh Adira. Ayana pun tersenyum, “Yaudah kita mampir dulu buat makan.” ucap Ayana. Suasana kembali hening, kini hanya terdengar alunan musik yang keluar dari playlist radio yang sedang Adira mainkan. Dinginnya air conditioner yang keluar dari mesin mobil Adira, berhasil merasuk hingga kedalam tubuh masing-masing

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Kontrak?

    Kini Adira berjalan diantara para tamu undangan dengan balutan Jas Hitam yang melekat pada tubuh sempurnanya untuk menjemput Ayana yang berdiri diujung karpet yang tengah ia pijak saat ini. Senyumnya terpancar atas kebahagiaannya hari ini bisa menikahi Ayana. Adira tampak mengulurkan tangan kananya untuk menggandeng tangan Ayana menuju pusat tamu, dimana mereka akan melakukan dansa disana. Aji tampak menyerahkan tangan kanan putrinya pada lelaki yang kini akan bertanggung jawab atas hidup anaknya sekarang. Adira pun menggenggamnya dengan kuat dan kini menuntun Ayana dengan perlahan untuk menuju tempat yang sedang mereka tuju. Adira kini berdiri menghadap Ayana, tangan kanan dan kirinya perlahan memeluk pinggang ramping milik Ayana. Sedangkan Ayana tampak mengalungkan kedua tangannya pada pundak tinggi Adira. Sorot lampu kini hanya berfokus pada mereka berdua, dentingan piano kini mengalun dengan romantis menemani dua insan ini yang se

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Ayana Curiga

    yana merebahkan tubuhnya di atas Sofa ruang tamu setelah ia membersihkan tubuhnya. Ia lelah karena sudah berjalan untuk membagikan masakannya pada tetangga di dekat rumanya. Menurutnya masakan itu akan terbuang sia-sia, dan perjuangannya untuk memasak tidak akan ada nilainya. Ayana kini tampak fokus dengan buku tebal yang ia pegang. Ujian untuk masuk Universitas semakin dekat, dan ia harus bisa lolos seleksi untuk melanjutkan kuliah di Universitas impiannya. Suara dering telepon rumah kini memecah hening suasananya. Ia pun mendekat dan kini mengangkatnya. “Halo,” sapa Ayana sopan. “Na ini Papa Rajendra,” Ayana sempat terkejut saat mertuanya kini menelponnya melalui telepon rumah. Ia pun segera membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. “Ada apa Pa?” “Adira dirumah kan? Soalnya Papa telepon dari tadi dianya ngga angkat. Papa takut dia tinggalin kamu dirumah sendirian, ini kan hari pertama kalian menikah. Awas aja kalau dia sampai berangkat ke k

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Permainan?

    Adira terkejut dengan suara Alarm nyaring yang menembus gendang telinganya. Ia tampak menyesuaikan cahaya lampu yang masuk menembus retinaya. Jam sudah menunjukkan pukul 07:00 AM. Ia pun segera bangun dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Kini Adira sudah siap dengan pakaian kantornya. Ia menghadap kearah cermin, melihat bagaimana gagahnya ia saat ini. Setelah semuanya rapi, kini ia mengambil tas kantornya dan melenggang meninggalkan kamarnya. Adira mengernyit heran saat tidak mendengar suara bising karena tingkah Ayana pagi ini. Ia pun melangkah menuju dapur, dan mendapati makanan yang sudah siap disana. Adira mendekat saat ada sepucuk surat di dekat makanan tersebut. Selamat pagi, Pak. Saya pergi pagi-pagi sekali hari ini karena ada test untuk masuk perguruan tinggi. Saya sudah mencoba membangungkan Bapak dengan mengetuk pintu berkali-kali, tapi Bapak tidak kunjung bangun jadi saya memutuskan untuk menulis surat ini, hehehee.

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Akting.

    Adira membuka pintu rumahnya, tubuhnya sangat lelah hari ini karena sudah menemani Zayna sepanjang hari untuk menyenangkan hatinya. Adira mengernyit saat lampu di ruang tamu mati, karena Adira selalu menyalakannya sepanjang hari. Ia pun bergerak untuk menuju saklar lampu dan menekannya. Ia terkejut begitu lampu menyala, kini dihadapannya ada sosok gadis yang ia yakini adalah Ayana. Ayana duduk menghadap tv berada, dan menatap lurus dalam diam. “Kok kamu belum tidur?” tanya Adira sembari berjalan mendekat kearah Ayana Ayana menoleh kearah Adira, kini mata mereka saling bertemu tatap. “Saya nunggu suami pulang,” jawab Ayana. “Saya sudah pulang, sekarang kamu tidur.” Ucap Adira tegas. Adira pun melangkah untuk meninggalkan Ayana yang masih diam di ruang tamu. “Saya ngga bisa tidur Pak,” sahut Ayana cepat. Adira terus melangkah menghiraukan Ayana yang kini menatap punggungnya dalam. “Saya tadi lihat Bapak bersama wanita sedang berbela

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Usaha Ayana

    Aku mengeliat saat ada sinar yang berusaha masuk menembus retinaku. Perlahan aku membuka mata, dan terkejut saat ada wajah dingin yang tidak pernah perduli padaku kini berada dihadapanku. Sorot matanya yang tajam, kini tidak menakutkan kala ia menutup matanya. Bulu matanya yang lentik, dan alisnya yang tebal serta hidung dan bibir yang proporsinya sangat pas dengan wajahnya, menjadikannya sangat tampan. Ditambah lagi aku bisa melihatnya sedekat ini, seolah bagaikan mimpi untuk ku. Tapi bagaimana bisa aku bisa berakhir tidur satu ranjang dengannya? Bukankah semalam aku tidur di Sofa? Aku segera menutup mata kembali saat melihat pergerakan tubuh dari Adira. Aku tidak mau ia merasa malu saat ku pandangi dari dekat. “Na bangun,” ucap Adira dengan suara seraknya. Dalam hati ku rasanya ratusan kupu-kupu telah terbang tinggi, senang sekali mendengarnya membangunkan ku untuk pertama kalinya dengan suaranya yang serak. Aku berakt

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Perihal Zayna

    WARNING 18+ - Adira mengetuk pintu Apartemen milik sang kekasih berkali-kali, namun tidak kunjung di bukakan. Ia pun sesekali menelepon nomor milik Zayna, namun tidak kunjung mendapat jawaban. “Ke mana sih, ngga tahu apa aku lagi kangen,” lirih Adira dengan tangan yang terus mengetuk dan memencet bel Apartemen milik Zayna. Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri, dan kini orang yang ditunggunya pun sudah datang dengan raut wajah berantakan. “Hai sayang,” ucap Zayna pada Adira. Adira mengikuti langkah kaki Zayna yang kini masuk kedalam Apartemen miliknya. Sorot mata Adira melihat sekeliling ruangan yang tampak berantakan. Seluruh bantal sofa berhamburan di lantai, dan banyak barang yang tidak berada di tempatnya. “Kok Apartnya berantakan sayang?” tanya Adira karena merasa penasaran apa yang sudah terjadi semalam di Apartemen miliknya ini. “Aku habis party semalam sama teman ku, dan belum sempat beresin paginya,” jawab Zayna cepat sembari membersihkan ruang

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Apa ini?

    Ayana POV Aku terus melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 00:25 AM. Malam semakin larut dan pagi segera datang, tapi kemana Adira pergi? Ia bahkan tidak mengirimi ku pesan untuk memberitahukan keberadaannya. Rasa cemas kini memenuhi pikiranku. Setidaknya Adira sudah menolongku semalam, jadi wajar jika aku mencemaskannya saat ini. Aku tersentak saat mendengar suara seseorang yang memasukkan kata sandi. Aku pun segera beranjak menuju pintu Apartemen. Aku kaget saat melihat tubuh Adira yang sempoyongan dan kini dibantu oleh Arsen. “Lo belum tidur?” tanya Arsen padaku yang masih segar dengan mataku yang lebar. “Gue nunggu Adira pulang Bang,” jawab ku dengan mengambil alih tubuh Adira agar berpindah bertopang pada tubuhku. “Biar gue bawa ke kamarnya aja,” ucap Arsen menolak. Ayana menggeleng, “Biar gue aja,” tolak ku. “Tapi berat Na,” lirih Arsen. “Ini kesempatan gue buat rawat dia Bang.” Sahut ku. Arsen pun mengalah d

Bab terbaru

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Beranjak Dewasa

    Terdengar suara ricuh dalam suatu ruangan. Teriakan dan goresan antar benda sangat terdengar dengan jelas. Terdapat empat orang di dalamnya yang tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.“Kak, itu balonnya kurang gede,” peringat gadis berusia lima belas tahun itu dengan meneriaki salah satu kakak laki-lakinya.“Jangan gede-gede, nanti meletus. Terus habis balonnya,” jawabnya yang enggan mendengarkan suara adiknya.“Tapi ngga sekecil ini juga bego,” sahut lainnya dengan menoyor kepala orang yang di panggil Kak tadi. Ry, mendengus kesal setelah mendapatkan toyoran keras di kepala oleh Theo. Theo pun mengambil balon yang sudah di tiup oleh Ry dan menunjukkannya pada Ayah mereka. Adira yang tadi berada di dapur pun keluar menuju ruang tamu saat mendengar anak-anak mereka bertengkar seperti biasa.“Yah, lihat deh. Balonnya terlalu kecil kan?” tanya Theo pada Adira. Adira tertawa melihat balon seukuran tangan yang bisa di genggamnya itu. “Siapa yang tiup?” tany

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Akhir Kehidupan

    Dentuman suara musik mengalun menyeruak kedalam telinga setiap orang yang datang. Lampu terang mampu memperlihatkan setiap insan yang datang dengan riasan wajah yang sudah mereka persiapkan. Dalam ruangan yang besar ini mampu menampung ribuan orang, dan saat ini sudah banyak orang yang datang untuk mengikuti Pesta Relasi di Perusahaan milik Adira. Ya, ini adalah hari sabtu. Dimana semua rekan kantornya menghadiri pesta yang sudah ia janjikan untuk lebih mempererat tali silaturahmi antara rekan kerja dan atasan. Semua mata pun tampak tertuju pada Adira yang berjalan dengan menggandeng Ayana di sampingnya. Bak seorang Raja dan Ratu, kini mereka menjadi pusat perhatian selama mereka berjalan masuk kedalam ruangan. Tatapan kagum terpancar dengan nyata di mata setiap orang yang menatap mereka. Ayana yang memakai dress Vero Navy Blue Smocked Off-Shoulder mini dress. Dress tersebut sangan pas untuk tubuh Ayana, karena mampu membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ti

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Terbongkar

    Dalam sebuah kabin dengan sentuhan warna putih membuat ruangan terlihat sangat lebar. Disana terlihat Aji dan Elvina yang tampak berbaring diatas ranjang mereka, menikmati waktu santai seperti biasanya.“Beberapa hari ini badan ku tidak sesehat seperti dulu. Rasanya lemas sekali, sampai mikirin masalah perusahaan pun belum tentu bisa,” lirih Aji yang sedang membaringkan tubuhnya. Elvina yang sedari tadi nampak asik bermain ponsel pun kini mengalihkan pandangannya pada Aji yang nampak lemas.“Yaudah serahin aja perusahaan ke Tiara. Biar dia yang urus, kamu tinggal rebahan di rumah.” Jawab Elvina dengan wajah sumringahnya. Aji menggeleng, “Aku sudah memutuskan untuk memberikan kuasa perusahaan ini pada Ana. Tiara hanya akan mendapatkan beberapa persen saham saja,” balas Aji menolak. Raut kesal pun terpancar dengan jelas pada wajah Elvina. “Kamu kira lulusan SMA bisa memimpin sebuah perusahaan? Lagian Ana ngga akan bisa ambil kendali perusahaan, kamu i

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Wajah Baru

    Langkah kaki besar milik Adira membawanya untuk masuk kedalam gedung besar milik RAJI'S COMPANNY. Sejak kedatangannya raut wajahnya nampak serius dan tidak menampakkan kesenangan sama sekali. Adira menghentikan langkahnya tepat pada lift yang masih tertutup dengan rapat. Ia pun tampak menunggu lift tersebut untuk segera terbuka. Diamnya membuat pikirannya terbawa pada percakapan semalam bersama Aji, Papa mertuanya. Saat itu Adira berada di taman dengan cuaca dingin di tengah-tengah tubuhnya yang masih belum pulih seutuhnya.-^Adira dapat email masuk, apa benar besok pengalihan CEO baru?^^Betul, nak. Papa akan serahkan perusahaan pada CEO baru agar bisa di kelola dengan baik,^^Siapa Pa?^ Marah Adira seolah teredam di balik saluran telephone di ponselnya. Ia tampak menunduk kesal, sembari mengepalkan tangannya dengan kuat setelah mendengarkan jawaban dari Aji tentang siapa yang akan menggantikannya.^Ngga bisa dong Pa. Ini ngga adil buat Ana,^ tegas Adira pada

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Action

    Ayana tampak membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas air putih serta obat yang sudah di berikan dokter untuk Adira. Ia pun menaruhnya diatas nakas sebelah ranjang mereka. Ayana kini tampak membantu Adira untuk bisa duduk dengan nyaman. Adira sudah sadar sejak kedatangan dokter yang menanganinya tadi. Tentu saja ia mendapatkan amukan dari dokter karena terus mendapatkan keluhan tentang perut Adira. Sudah empat tahun terakhir Adira memiliki penyakit ini, dan baru tiga tahun ia menuruti perkataan dokter agar penyakitnya tidak kambuh. Adira tampak tersenyum tipis dengan bibirnya yang pucat.“Makan dulu Mas,” ucap Ayana dengan meraih semangkuk bubur hangat tersebut. Perlahan Ayana tampak mengarahkan sendok berisikan bubur tersebut pada mulut Adira. Adira pun menurutinya dan memakannya walau terasa sedikit pahit di dalam mulutnya. Seperti itu hingga makanannya habis tak tersisa. Kini Ayana pun berganti untuk memberikan minum kepada Adira sebelum meny

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Sibuk

    Arsen berjalan masuk kedalam ruang kantor yang sudah lama tidak ia kunjungi. Setelah kepulangannya dari Paris, ia langsung memutuskan untuk kembali bekerja agar bisa membantu Adira yang pasti kewalahan mengurus kantornya sendiri. Tidak hanya itu, ia membantu Adira sebagai ucapan terima kasih telah memberikan banyak hal selama ia di Paris.“Selamat pagi, Pak Arsen.” Sapa seorang karyawan perusahaan.“Pagi.” Sahut Arsen. Ia pun terus melangkah menuju ruangan milik Adira, dimana itu adalah rumah kedua untuknya. Ia membukanya tanpa permisi, dan mendapati Adira yang sudah fokus pada pekerjaannya.“Gila, pagi banget lo. Tumben?” tanya Arsen alih-alih menyapa Adira yang sudah fokus pada pekerjaannya.“Banyak banget kerjaan yang terbengkalai selama gue ngga masuk kantor. Ngga ada yang backup gue juga,” jawab Adira tanpa mengalihkan fokusnya sama sekali.“Gue bisa bantu apa?” Adira diam. Ia sepertinya sedang memikirkan apa yang bisa dilakukan Arsen untuknya. “Minta tolo

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Bermain bersama

    Ayana mengeliat tak nyaman saat ada sinar matahari masuk menembus celah gorden yang terbuka. Perlahan ia membuka matanya setelah tidur dengan sangat nyeyak tanpa adanya gangguan. Tangan kirinya meraba untuk memastikan bahwa seseorang tetap ada di sampingnya semalam. Tapi nihil, tidak ada orang sama sekali di sampingnya. Dengan cepat, ia pun membuka matanya dan mencari keberadaan sang suami. Awalnya ia terkejut saat tidak mendapati Adira yang tidur di sampingnya, namun sedetik kemudian senyumnya terpancar saat melihat Adira tengah bermain dengan si kembar.“Mas kok udah bangun? Masih pagi loh ini,” tanya Ayana dengan suara seraknya sehabis bangun tidur. Adira menoleh, matanya sangat sayup karena kurang tidur. Semalam, setelah membaca ketikan Ayana, ia tidak bisa kembali tidur. Banyak hal yang dia segera selesaikan untuk menebus semua kesalahannya. Setelah menyudahi pekerjaannya yang terhambat, Adira sebenarnya ingin sekali tidur. Tapi ternyata jam su

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Si Kecil Ayana

    Ayana POV Hai, aku Nadira Ayana Wangsa. Wanita berusia dua puluh tahun yang saat ini sudah memiliki dua anak. Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan menjadi roller coaster seperti ini. Hidup indah yang menjadi dambaan banyak orang, sudah sirna sejak aku berusia sepuluh tahun. Usia dimana aku masih di temani oleh kedua orang tua yang lengkap untuk mengajarkan ku berbagai banyak hal yang belum ku mengerti sama sekali. Tapi Mama sudah pergi lebih dulu meninggalkan ku dan Papa. Saat itu semuanya menjadi berubah. Papa menjadikan dirinya lebih sibuk alih-alih berusaha melupakan Mama, sehingga aku tidak pernah lagi mendapatkan perhatiannya. Aku tumbuh seorang diri bersama gelapnya warna yang menghiasi hidup ku. Hingga akhirnya Papa memuutuskan untuk menikah kembali. Aku sangat ingat bagaimana waktu aku menolak keras Papa yang meminta izin untuk menikah kembali. Hanya berselang satu tahun, Papa lalu kembali memutuskan untuk menikah dengan wanita janda y

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Ini Ayana.

    Ayana’s POV Hembusan angin dingin menjalar ke seluruh tubuh. Aku terperanga saat melihat keadaan yang di penuhi kegelapan di depanku. Tangan ku berusaha untuk meraba sekeliling, namun nihil. Tidak ada barang atau seorang pun yang berada disana. Mulutku tak henti-hentinya berteriak memanggil seseorang. Adira. Hanya dia yang ada di dalam pikiranku saat ini. Tidak ada suara apapun disana, kecuali suara pantulan dari teriakan ku. Aku melangkah penuh akan ketakukan ke sembarang arah yang bisa membebaskan ku dari sana. Terus berusaha mencari cara agar bisa keluar dari ruangan mengerikan ini.“Adira!” teriak ku dengan keras. Tangis luruh dengan alasan ketakutan akan kegelapan. Aku terus melangkah untuk mencari jalan keluar, karena tidak ada yang bisa membantuku saat ini kecuali diriku sendiri. Beberapa kali melangkah, kini aku jatuh. Kaki ku lemas karena merasa takut. Tinggal aku sendiri disini.“Na tolong aku.” Aku terkejut saat mendengar suar

DMCA.com Protection Status