Adira telah menyelesaikan makan siangnya, kini ia berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Saat ia sedang berfokus pada kopi yang sedang dibuatnya, tiba – tiba saja ia merasakan ada yang memeluk badannya dari belakang.“Sayang, aku takut banget,” Adira menghela napas panjangnya, ia tahu siapa yang sedang memeluknya. Ia pun berbalik dan mendapati wajah takut Zayna. Ia tersenyum seperti biasa saat sedang dihadapannya.“Kalau kamu ngga merasa salah, ngga usah takut. Semuanya akan hilang dimakan waktu,” tegas Adira.“Tapi mereka semua jadi nuduh aku, padahal aku ngga tahu apa – apa.” Lanjut Zayna. Tangan Adira terulur untuk mengusap puncak kepala Zayna, “Aku percaya kok sama kamu.” Jawab Adira dengan senyum lebar.- Adira melangkah masuk kedalam rumah kecilnya. Baru saja ia memasuki pintu utama, ia sudah disuguhkan bau masakan Ayana yang sangat menggugah seleranya untuk makan. Senyum manisnya terukir dengan sendirinya, ia merasa beruntung karena mendap
Read more