Home / Pernikahan / Istri Pilihan Untuk CEO Arogan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Pilihan Untuk CEO Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

66 Chapters

Perihal Zayna

WARNING 18+ - Adira mengetuk pintu Apartemen milik sang kekasih berkali-kali, namun tidak kunjung di bukakan. Ia pun sesekali menelepon nomor milik Zayna, namun tidak kunjung mendapat jawaban. “Ke mana sih, ngga tahu apa aku lagi kangen,” lirih Adira dengan tangan yang terus mengetuk dan memencet bel Apartemen milik Zayna. Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri, dan kini orang yang ditunggunya pun sudah datang dengan raut wajah berantakan. “Hai sayang,” ucap Zayna pada Adira. Adira mengikuti langkah kaki Zayna yang kini masuk kedalam Apartemen miliknya. Sorot mata Adira melihat sekeliling ruangan yang tampak berantakan. Seluruh bantal sofa berhamburan di lantai, dan banyak barang yang tidak berada di tempatnya. “Kok Apartnya berantakan sayang?” tanya Adira karena merasa penasaran apa yang sudah terjadi semalam di Apartemen miliknya ini. “Aku habis party semalam sama teman ku, dan belum sempat beresin paginya,” jawab Zayna cepat sembari membersihkan ruang
Read more

Apa ini?

Ayana POV Aku terus melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 00:25 AM. Malam semakin larut dan pagi segera datang, tapi kemana Adira pergi? Ia bahkan tidak mengirimi ku pesan untuk memberitahukan keberadaannya. Rasa cemas kini memenuhi pikiranku. Setidaknya Adira sudah menolongku semalam, jadi wajar jika aku mencemaskannya saat ini. Aku tersentak saat mendengar suara seseorang yang memasukkan kata sandi. Aku pun segera beranjak menuju pintu Apartemen. Aku kaget saat melihat tubuh Adira yang sempoyongan dan kini dibantu oleh Arsen. “Lo belum tidur?” tanya Arsen padaku yang masih segar dengan mataku yang lebar. “Gue nunggu Adira pulang Bang,” jawab ku dengan mengambil alih tubuh Adira agar berpindah bertopang pada tubuhku. “Biar gue bawa ke kamarnya aja,” ucap Arsen menolak. Ayana menggeleng, “Biar gue aja,” tolak ku. “Tapi berat Na,” lirih Arsen. “Ini kesempatan gue buat rawat dia Bang.” Sahut ku. Arsen pun mengalah d
Read more

Surat aneh?

Adira POV~ - “Kemana aja lo? Aku terus berjalan memasuki ruanganku tanpa memperdulikan Arsen yang terus mengomeliku. Pikiran ku kalut akan semalam, ada hal yang menganjal hati dan pikiranku. Seolah aku harus mencari tahu sebuah teka – teki ini. “Oh iya gue tahu, lo telat karena semalam lo mabuk berat kan,” ucap Arsen yang ikut duduk dikursi tepat dihadapan Adira. “Lo harus bersyukur sih Dir karena punya istri kayak Ayana yang selalu nungguin lo pulang biarpun itu sangat larut.” Lanjut Arsen. Benar, semalam aku mabuk. Tapi Ayana? Apa ia yang mengurusku semalam? Tapi kenapa aku bisa berakhir di kamar milik Ayana pagi ini? “Berkas untuk meeting sama Ratu Companny udah siapkan?” tanya Arsen lagi yang kini berhasil memecah seluruh isi teka – teki dipikiranku. Aku meraih tas kerja ku, mencari berkas yang sudah ku tanda tangani beberapa hari yang lalu. Aku membelalakkan kedua mataku terkejut saat tidak ada berkas satupun y
Read more

Permintaan Ayana

Ayana POV Aku duduk bersimpu, memeluk kedua lututku erat. Dinginnya lantai bisa ku rasakan melalui sentuhan kulitku. Saat ini aku sengaja untuk bolos kuliah, karena ingin menenangkan pikiran dan hati terlebih dahulu. Jangan tanya dimana aku sekarang. Ini adalah Apartemen yang diberikan papa padaku pada ulang tahun yang ke 17. Aku kesini saat papa tidak ada dirumah, karena aku sangat malas jika harus serumah dengan Elvina, mama tiriku. Sudah tiga jam aku duduk dengan keadaan terpuruk seperti ini. Suara deringan ponselpun mengalun dalam gelapnya ruangan Apartemen ku saat ini. Aku tersenyum tipis melihat adanya nama Arsen disana. Kenapa selalu Arsen yang datang padaku disaat aku merasa terpuruk? Aku mengangkatnya setelah berusaha menetralkan suaraku. Terdengar dari sebrang sana suara Arsen yang sepertinya sangat mengkhawatirkan keberadaan ku. Ada apa dengannya? Aku berpikir keras saat Arsen bertany
Read more

Masakan Ayana

Aku masuk kedalam Apartemen milik Adira. Kaki ku melangkah perlahan kearah kamar ku bersinggah tanpa sepatah kata. Sejak diperjalanan menuju kemari, kami hanya diam saja. Tidak ada yang membuka suara, bahkan Adira pun tidak mengucapkan sepatah kata untuk mengiyakan permintaanku tadi. Langkah kaki ku terhenti saat tiba didepan pintu bilik ku yang tertutup. Rasanya aneh jika aku masuk kedalam lagi. Ada sebuah kenangan manis yang berujung pahit didalamnya. Aku pun mengatur napasku agar tenang, tangan kananku juga perlahan meraih ganggang pintu kabin. Perlahan aku membukanya, sorot mataku dibuat terkejut saat melihat kamarku yang semula berantakan menjadi sangat rapi. Siapa yang melakukan ini? “Kamu boleh tidur dikamar ku jika memang tidak ingin tidur dikamar mu lagi,” Aku tersentak saat mendengar suara Adira dari dekat. Ia ternyata sudah berdiri tepat dibelakangku. Memperhatikanku yang sedari tadi enggan masuk kedalam kamar ku sendiri.
Read more

Malaikat Kecil

Satu bulan telah berlalu. Usia pernikahan Ayana dan Adira sudah berlalu selama satu bulan. Selama ini mereka hanya diam, tanpa ada yang berani mengajak bicara jika itu tidak perlu. Apalagi setelah kejadian dimana Adira dengan paksa merebut mahkota Ayana tanpa rasa cinta, ia semakin berusaha untuk menjauhi Ayana. Sedangkan Ayana hanya bisa pasrah dan mengikuti alur yang sudah digariskan oleh tuhan. Seperti biasa, Ayana memasak untuk Adira walaupun masakan itu selalu basi karena tidak ada yang memakannya selama ini. Tapi Ayana melakukan ini dengan ikhlas, ia tidak pernah menyimpan dendam pada sikap Adira yang sangat kasar padanya. Ayana tersenyum setelah bersiap untuk pergi ke kampus. Ia menghampiri Adira yang juga berjalan menuju pintu Apartemen. “Bapak tidak sarapan dulu? Saya sudah masak nasi goreng hari ini. Bukankah bapak suka?” tanya Ayana dengan melihat wajah Adira yang terus mengabaikan keberadaannya. “Saya tidak suka. Berhentilah memasak untuk ku, itu
Read more

Perihal Arsen dan amarahnya

Arsen melangkah lesu memasuki kantornya. Terlihat dari wajahnya yang sangat lusuh setelah mengantar Ayana ke dokter pagi ini. Pikirannya sungguh tidak bisa tenang melihat kondisi Ayana saat ini. “Kemana aja lo?” Arsen menengadah saat ada yang mengajaknya bicara. Terlihat Adira berjalan setelah keluar dari lift dan kini menghampiri Arsen. “Gue ma--” Arsen menghentikan ucapannya saat melihat Zayna dibalik punggung Adira. Zayna tampak menggandeng lengan Adira dengan romantis, terlihat dari raut wajahnya yang berseri-seri. “Sayang, kita mau makan siang dimana?” tanya Zayna dengan menatap lekat Adira dari dekat. “Kamu yang pilih tempatnya buat kita makan siang.” Putus Adira yang membuat Zayna kegirangan. Arsen menghela napas berat. Ia berdecak kesal melihat sepasang kekasih yang sangat dibencinya ini. “Lo pernah mikir ngga kalau istri lo udah makan siang atau belum dirumah?” tanya Arsen random yang membuat Adira mengernyit sembari tertawa.
Read more

Balas dendam paling sehat?

Aku mengeliat diatas kasur. Mataku menatap sekeliling, ternyata sudah petang. Aku kelelahan setelah menangisi takdirku yang begitu kacau. Aku pun perlahan bangkit dan menutup gorden yang masih menampakkan pemandangan jalanan di kota Seoul saat malam hari. Aku memegangi perutku saat terasa perih. Aku teringat jika belum makan apapun sejak kemarin malam. Bahkan hari ini pun tidak, dan aku sungguh melewatkan obat yang diberikan dokter kepadaku tadi. Aku akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, sebelum kembali tidur. Rasanya hanya ini yang bisa ku lakukan. Lima belas menit berlalu, aku pun sudah merasa sedikit segar setelah membersihkan diri. Kini saatnya aku untuk kembali tidur hingga esok hari. - “Ayana suka sama makanan ini Sen?” tanya Rissa memastikan bahwa makanan yang ia bawa benar-benar kesukaan Ayana. Arsen mengangguk pada Wanita disampingnya. Ia melihat kearah Rissa yang terus memandangi bungkus makanan tersebut. “Lo ngga percaya
Read more

Anak?

Rissa dan Arsen terus menemani malam Ayana yang kelam. Rissa berusaha menghibur hati ibu muda ini agar kuat dalam menjalani kenyataan pahit yang menimpanya. Begitu juga dengan Arsen yang berusaha melucu untuk membuat adik kecilnya tersenyum. “Bang, lo kapan deh punya pacar?” tanya Ayana dengan menatap Arsen. Arsen tertawa seketika mendengar pertanyaan Ayana. Ia menggeleng, malu mendengar pertanyaan Ayana. “Apa sih, gue mau fokus ngurus lo. Mau jadi abang yang baik buat lo,” jawab Arsen tegas. Ayana menghela, “Sampai kapan? Lo tiap tahun makin tua ya,” sahut Ayana dengan ketus. “Dih,sakitnya udah hilang ya jadi ketusnya balik lagi.” Ucap Arsen dengan menoyor kepala Ayana pelan. Ayana tertawa mendengar ucapan Arsen. Arsen yang merasa lelah pun tiba-tiba meninggalkan dua wanita ini sendiri didalam kamar Ayana. Sorot mata Ayana terus mengikuti arah pergi punggung Arsen, hingga menghilang dibalik tembok. Ayana pun merubah tatapannya un
Read more

Cerai?

Air mata Ayana terus mengalir tanpa henti karena merasa sakit dibagian perutnya, dan juga memikirkan keadaaan anaknya disana. Apa ia merasa baik-baik saja? Setelah mendapatkan perlakuan buruk dari sang Ayah. Arsen dengan sigap terus menggendong tubuh Ayana, ia membawanya ke rumah sakit terdekat dari Apartemen milik Adira. Untung saja jaraknya tidak jauh, jadi Ayana bisa dengan cepat ditangani. Arsen dan Rissa merasa panik menunggu Ayana yang sedang berjuang untuk anaknya. Bagaimanapun Arsen sangat menyayangi Ayana walaupun bukan berasal dari keluarga biologisnya. Sudah dua puluh lima menit dokter menangani Ayana, akhirnya beliau pun keluar. Arsen dengan segera menghampirinya. “Bagaimana keadaan Ayana, Dokter?” tanya Arsen dengan raut cemas. “Keadaan janin Nona Ayana sangat lemah, namun masih bisa untuk diselamatkan karena benturannya tidak terlalu keras mengenai bagian perutnya. Namun, untuk keadaan ibunya sendiri sangat lemah. Jika jantung Nona
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status