Home / Pernikahan / Istri Pilihan Untuk CEO Arogan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Pilihan Untuk CEO Arogan: Chapter 41 - Chapter 50

66 Chapters

Selamat datang ke dunia

Aku duduk di taman rumah sakit yang sepi. Hembusan angin dingin menerpa tembus kedalam kulitku. Kemeja putih lusuh penuh darah masih menjadi pakaianku sejak tadi. Bunga-bunga bermekaran dengan indah, warna-warni terlihat sangat cantik. Aku tersenyum tipis melihatnya. Apa dunia sangat membenciku? Bahkan disaat seperti ini, rasanya dunia sedang tertawa untuk ku. Aku menundukkan pandanganku, kedua tanganku memijat pelipis karena merasa pusing pada bagian kepala. Suasana sepi seperti ini setidaknya berhasil membuatku sedikit tenang.“Enak banget suasana disini,” Perlahan aku mendongak saat merasa ada yang mengajak ku bicara. Aku melihat Rissa yang berdiri tepat dihadapanku dengan senyum hangatnya.“Emm, boleh gue duduk?” Aku mengernyit dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Semua orang hari ini sunggu mampu membuatku merasa gila. Tanpa menunggu jawabanku Rissa tampak melangkah untuk duduk disampingku. Matanya melebar melihat b
Read more

Hancur

Author’s POV Hari semakin larut, awan pun sudah menggelap sekitar lima jam yang lalu. Angin dingin berhembus seperti biasa, menjadi ciri khas di setiap malam. Hari ini bintang tampak berkumpul, membentuk sebuah bangun abstrak yang seorang pun tidak tahu apa arti dibaliknya. Arsen menghela napas sembari duduk di bangku taman dan berteman dengan hilir angin yang terus mengusik tubuhnya.“Minum dulu kopinya,” Arsen menoleh ke samping, dimana sudah terdapat Rissa yang sedang tersenyum kearahnya sembari membawa dua gelas kopi hangat. Rissa pun melangkahkan kakinya untuk duduk tepat di samping Arsen. Rissa tampak memberikan segelas kopi yang dibawahnya pada Arsen, dan Arsen menerimanya dengan senang hati.“Lo pulang aja, udah malam juga.” Ucap Arsen pada Rissa yang sedang asik menyesap kopi miliknya. Rissa mendongak melihat kumpulan bintang yang tengah bersinar ditengah gelapnya malam. Senyum lebarnya terukir alih-alih ia menggelen
Read more

Harapan Adira

Arsen menghentikan langkahnya tepat dihadapan sosok lelaki yang kini sedang duduk di depan kamar rawat inap istrinya. Arsen sudah mendapat kabar terbaru mengenai Ayana, dan ia turut bersedih melihat Adira yang semakin rapuh. Pagi ini Arsen membantu Adira untuk mengurus masalah kantor yang masih tertunda karena insiden Ayana. Ia mengurusnya seorang diri, karena Rissa tidak masuk hari ini. Setelah selesai mengurus kantor, Arsen pun mampir untuk melihat kondisi Ayana yang sedari tadi mencarinya. Arsen tampak menyodorkan tas berisi baju ganti untuk Adira kenakan. Adira bahkan belum mengganti bajunya selepas insiden terjadi.“Lo bersih-bersih badan dulu deh. Kalau bisa pulang sebentar dan istirahat, setelah itu kita cari jalan keluarnya.” Ucap Arsen pada Adira yang masih menunduk bertumpu pada kedua tangan kosongnya. Wajah kusut Adira tampak jelas, wibawa yang melekat pada dirinya sirna hanya karena tampilannya yang sangat berantakan. Kemeja putih penuh
Read more

Perasaan yang datang terlambat

Suasana kantor tampak canggung setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Zayna pun sudah dibawa menuju kantor polisi untuk di mintai pertanggung jawabannya. Rissa duduk di kursinya, dengan pikiran yang tidak pada posisinya. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Arsen. Ia pun juga tidak tahu kabar dari Adira dan Ayana. Kejadian saat malam hari, dimana ia marah tanpa alasan yang pasti pada Arsen membuatnya malu jika harus bertemu lagi dengan Arsen. Rissa melihat kalender diatas mejanya. Sorot matanya gusar melihat tanggal yang sudah dilingkarinya.“Lo harus terima kenyataan Sa. Ngga akan ada yang bantu lo lari dari semua ini,” lirih Rissa dengan kepala yang tertunduk. Di sisi lain, Adira, Arsen, dan Ryan kini sudah berada di ruang kerja Adira sejak pagi buta. Mereka tengah merencanakan sidang dan gugatan pada Zayna untuk bertanggung jawab. Tidak hanya itu, merekaa juga memberi solusi pada Adira supaya bisa membuat ingatan Ayana kembali secara perlahan.“Kalau
Read more

Lelah

Arsen berdiri tepat dihadapan cermin besar yang kini menampakkan dirinya dengan setelan suit blue. Gagah dan berwibawa kini sangat melekat pada dirinya, ditambah dengan tata rambutnya yang side undercut high top fade membuatnya tampak lebih tampan dan rapi. Arsen tersenyum melihat wanita di belakang yang melihatnya dengan tatapan kagum. Ayana melangkah masuk kedalam bilik Arsen yang terkesan minimalis dengan tema warna gray and white membuat ruangan terasa segar.“Gue jadi sedih,” ucap Ayana yang kini berdiri di samping Arsen. Arsen tertawa, “Kenapa Na?” tanya Arsen dengan menatap Ayana lembut.“Lo tiba-tiba sih. Gue jadi merasa kehilangan,” lirih Ayana dengan mengubah tatapannya menjadi sendu. Arsen menarik napas dalam, ia memeluk tubuh Ayana dengan penuh hangat. “Abang bakalan tetap sama Ana kok. Jangan sedih ya,” sahut Arsen dengan mengusap punggung Ayana agar ia bisa tenang.“Gue juga belum kenal dekat sama calon lo. Kenapa harus cepat banget si
Read more

Mimpi

Adira melangkah penuh semangat menjelajahi lorong Apartement milik Ayana yang selama ini tidak di ketahuinya. Aji mengirimkannya alamat tersebut agar Adira bisa menjaganya, karena Aji sedang ada urusan di perusahaannya yang tidak bisa lagi di tinggal. Tepat seminggu Ayana sudah kembali dari Rumah sakit. Pikiran, sifat, dan sikapnya pun terkadang bersahabat namun juga tidak. Sorot mata Ayana setiap kali melihat Adira masih menampakkan tatapan takut, dan itu berhasil menyayat hati keras Adira. Adira menekan bel saat sudah sampai di depan unit Apartement yang di tunjukkan Aji padanya. Harapnya besar hari ini untuk bisa mendapatkan Ayana kembali dengan segera. Banyak angan dan harap yang harus terealisasikan demi masa depan keluarga mereka. Tak butuh waktu lama untuk Adira berdiri menunggu sang empu membukakan pintu. Terlihat Ayana berdiri dari balik pintu berwarna cokelat itu dengan tatapan terkejut saat melihat Adira.“Hari ini ngga ada Papa. Lo bisa
Read more

Theory

Sinar matahari menyinarkan cahaya terangnya yang memiliki banyak manfaat untuk manusia di bumi. Hari ini Adira terjaga hingga pagi, memikirkan banyak kekhawatirannya yang terpampang nyata di depan matanya. Sudah ada tiga botol wine yang habis di teguknya seorang diri, juga empat batang rokok yang di habiskannya hanya dalam waktu tiga jam. Hilir angin sejuk sedikit menenangkan pikiran penuhnya. Ia pun mengusap wajahnya kasar, seolah berusaha membuat dirinya sadar untuk kembali menjalani aktivitas di pagi hari ini. Tak lama terdengar suara pintu terbuka, menampakkan Sarah yang tengah mencari keberadaan Adira. Sejak Adira memutuskan untuk kembali tinggal di rumahnya, ia selalu mengurusnya dengan baik. Membangunkan, mengingatkan, dan kembali memanjakannya agar tidak terlalu terpikirkan masalah yang sedang menimpa anak sulungnya.“Astaga, kamu masih sama aja rupanya,” ucap Sarah yang terkejut karena melihat puntung rokok yang bersebaran, juga botol wine yang terjeje
Read more

Hari yang berat

Setibanya disana, Ayana berjalan dengan perasaan aneh saat pertama kali menginjakkan kakinya di Hotel yang akan mereka tempati selama di Paris. Sorot matanya seolah menatap Lobi dengan tatapan mencurigakan. Ia merasa sudah pernah kesini, namun ia tidak mengingat dengan pasti kapan ia kesini dan bersama siapa ia disini. Ayana terus berjalan mengekor di belakang Arsen yang kini berjalan di antara lorong hotel. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Arsen menemukan kamar milik Ayana. Tepat pada kamar Suite (Eiffel Tower) di Hotel Hyatt Paris Madeleine, kamar termahal di hotel ini. Arsen pun memberikan kunci akses kamar pada Rissa yang akan menjadi roommate dari Ayana. Saat Rissa berhasil membuka kamar, Ayana terpaku melihat isi yang tampak tak asing baginya. Rissa yang masuk terlebih dahulu sadar jika Ayana masih berdiri terpaku tepat di depan pintu.“Kenapa Na?” tanya Rissa bingung melihat raut wajah Ayana.“Kayak ngga asing aja sama tempatnya Kak.” jawab Ayana semba
Read more

Hari pertama

Terik matahari bersinar dengan terangnya. Cuacanya pun bagus untuk melakukan aktivitas di luar hotel. Seolah semesta tahu jika ada pribuminya yang sedang berbahagia, mereka pun mendukung dengan memberikan cuaca indah bagi penikmatnya. Hari ini adalah jadwal mereka untuk bermain di Disneyland, sesuai permintaan Ayana. Setelah kejadian kemarin malam, Ayana memang tidak memakai sekat pembatas lagi pada Adira. Namun ia juga tidak terlalu menggubris keadaan Adira yang selalu berada di sampingnya. Dengan raut wajah bahagianya, Ayana tersenyum sejak memasuki Disneyland. Ia kembali terlihat seperti anak kecil yang imut dan lugu. Adira menyukai melihat senyum Ayana tanpa ada suatu paksaan dari seseorang. Walaupun ia belum bisa benar-benar kembali menggandeng tangan hangat Ayana.“Na, lo sama Adira ya. Kan lo udah janji mau bantu dia buat balikin sebagian memori lo,” ucap Arsen pada Ayana setelah mereka berhasil masuk ke Disneyland. Terlihat dari raut wajahn
Read more

Hari Kedua

Bagi Adira hari pertamanya hari ini berjalan dengan lacar dan sesuai apa yang di harapkannya. Ia bisa memangkas dinding tebal yang menjadi penyekat kuat diantara mereka. Ya, walaupun ia rela menantang nyali dengan menaiki wahana yang sangat di bencinya semenjak masa kanak-kanak. Ketakutan Adira akan ketinggian, juga kecepatan tempo laju membuatnya takut akan terjadi hal buruk. Tapi semuanya setimpal dengan apa yang sudah di dapatkannya hari ini. Ia tak henti-hentinya mengucap terima kasih pada tuhan yang sempat ia ragukan, karena tidak pernah sedikitpun memihaknya. Bahagianya kembali terpancar setelah sekian lama meredup merindukan kasih yang tak sampai. Tapi tenang saja, seiring berjalannya waktu sang kasih akan tiba untuknya, bahkan selamanya. Itu lah kekuatan Adira untuk bisa berdiri tegak saat ini.“Gimana? Aman?” tanya Arsen pada Adira yang kini sedang terbaring nyaman di atas kasur.“Aman lah,” jawab Adira dengan senangnya.“Ana ada ingat sesuatu?” Adira
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status