Semua Bab Istri Pilihan Untuk CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30

66 Bab

Tetapkan pilihan, Adira.

Hari ini adalah hari minggu, dimana Adira maupun Ayana libur dari kegiatan yang biasa mereka jalani. Seperti pagi – pagi sebelumnya, Ayana sudah disibukkan dengan morning sicknessnya. Ia harus berlari beberapa kali kedalam kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Setidaknya ia merasa senang, karena anak-anaknya tumbuh dengan baik. Saat Ayana sibuk didalam kamar mandi, ia mendengar suara ketukan pintu beberapa kali. Namun ia tidak menggubrisnya dan terus memuntahkan seluruh isi perutnya. Ayana tertegun saat merasa ada seseorang yang memijat tengkuknya dengan halus. Perlahan Ayana pun mendongak, dan melihat sosok yang terpantul melalui cermin dihadapannya. Adira tampak sabar memijat tengkuk Ayana hingga ia merasa lega. “Maaf saya lancang masuk, soalnya dari tadi sudah saya ketuk tapi tidak ada jawaban,” ucap Adira kemudian setelah Ayana sudah merasa baikan. Ayana tersenyum sembari mengangguk. Ia pun membenarkan posisi berdirinya den
Baca selengkapnya

Takdir?

Adira duduk di sofa dengan pandangan kosong. Ia menatap lurus, kearah dimana Ayana tidur dengan pulas. Sarah malam ini menyuruh Adira dan Ayana menginap. Libur satu hari kerja, tidak masalah untuk perusahaan milik Adira. Sesekali ia memegangi pipinya yang terasa nyeri akibat pukulan keras dari Rajendra. Pikirannya kini berputar pada kondisi Ayana yang sangat lemah. Ia pun tadi sempat menghalangi Rajendra saat hendak memukulnya, hingga Ayana lah sebagai gantinya yang terkena pukulan Rajendra. Adira menghela napas berat, ia menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa. Hidup sebagai orang dewasa sangatlah melelahkan. Masalah hidupnya kian hari semakin bertambah, tidak ada satupun yang terselesaikan dengan baik. Kini Adira pun bangkit, ia berjalan perlahan menuju ranjang tempat Ayana tidur. Ia duduk tepat disebelah Ayana dengan perlahan. Adira menatap lekat wajah istri kecilnya tersebut. Tangannya ia ulurkan untuk menata helaian rambut Ayana yang menutup
Baca selengkapnya

Barra yang maju.

Ayana membuka bungkus yang melindungi bubur yang ia pesan dari segala macam kuman. Ia kini memindahkan buburnya kedalam mangkuk, sebelum ia memakannya. Rautnya tampak bahagia saat buburnya sudah sampai. “Loh Nona Ayana beli bubur sendiri?” tanya Bi Yanti saat mendapati Ayana tengah duduk di ruang makan. Ayana menggeleng, “Engga kok Bi. Ini beli lewat aplikasi online,” jawab Ayana ramah. “Nona ngidam makan bubur ya pagi ini? Kenapa ngga minta beliin Aden Adira?” tanya Bi Yanti. Ayana diam, ia tampak menggigit bagian bawah bibirnya. Mungkin benar kini ia sedang mengidam. Tapi untuk meminta bantuan Adira, rasanya tidak akan. “Aku ngga mau ganggu Mas Adira, Bi.” Jawab Ayana kemudian. Bi Yanti pun mendekat kearah Ayana. Ia menatap Ayana dengan lembut, seolah sedang berbicara dengan anaknya sendiri. “Bibi mau kasih tahu aja ke Nona. Kalau Nona hamil, ya itu tanggungan kalian berdua. Tanggungan Nona dan Aden sebagai orang tua anak kalian. Kalau cuma
Baca selengkapnya

Kacau.

Aku berlari dengan cepat untuk masuk ke rumah Rajendra, aku tidak ingin siapapun mengetahuinya jika aku sedang menangis saat ini. Aku tidak ingin menimbulkan masalah lagi di keluarga Rajendra. “Lo kenapa?” Aku tersentak saat Arya dengan cepat meraih lenganku, membuat langkahku terhenti. Aku terus menunduk, tidak menatap balik Arya yang sedang mengajak ku berbicara. Aku hanya menggeleng tanpa mengeluarkan suara agar Arya tidak terlalu curiga. “Adira buat masalah sama lo lagi ya?” tanya Arya padaku. Arya tampak berlutut, ia ternyata sangat ingin melihat wajahku untuk memastikan keadaanku. Dadaku kembali terasa sesak setelah berlari begitu cepat. Penglihatanku pun perlahan kabur saat aku berusaha untuk mendongak, untuk menatap atap – atap rumah. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali mencoba untuk mengembalikan fokus, namun gagal. - Perlahan aku membuka mata saat mendengar suara keras menggema ditelingaku. Aku mengerjap beberapa kali, mencoba menyes
Baca selengkapnya

Liburan?

Ayana tersenyum lebar saat berdiri di balkon kabin yang menampakkan pemandangan kota Paris dan memperlihatkan menara Eiffel disana. Ya, Adira menyiapkan liburan untuk mereka berdua. Adira merasa bersalah karena membuat Ayana menderita selama bersama dengannya. Pastinya juga sesuai perintah Rajendra yang terus memaksa Adira untuk mengajak Ayana pergi berlibur. Mereka memutuskan untuk pergi ke Paris karena Ayana sangat ingin kembali ke kota ini. Dimana ia memiliki banyak kenangan kecil yang manis bersama sang Mama. Tangan Ayana ia ulurkan untuk mengusap perutnya yang kini semakin terlihat membesar meskipun baru berumur 4 bulan. Mungkin karena ia sedang mengandung anak kembar, jadi perutnya dua kali terlihat lebih besar. “Apa kalian senang Nak?” tanya Ayana pada dua buah hatinya dengan senyum yang tiada lekang sepanjang waktu. Mereka sudah sampai sejak Sore hari, waktu di Paris. Kini Adira sedang mandi dan membiarkan Ayana yang sudah membersihkan di
Baca selengkapnya

Kecewanya Ayana

Ayana duduk menghadap Menara Eiffel yang sangat ramai. Adira memutuskan untuk tidak mendekat kesana untuk menjaga keamanan istri dan kedua anaknya. Ia takut jika Ayana nanti akan berdesakan dengan banyak orang yang sedang melihat keindahan menara tersebut. “Na, aku boleh tanya sesuatu?” tanya Adira dengan menatap wajah istrinya dari samping. Ayana mengernyit kearah Adira, memberitahu bahwa ia menyilahkan Adira untuk bertanya. “Kamu dulu sering nangis di taman rumahnya Arsen ya waktu kecil?” tanya Adira perlahan. Sejak beberapa kejadian yang telah berlalu, Adira tidak mempunyai kesempatan untuk menanyakan apa yang ia simpan didalam pikiran dan lubuk hatinya. Ia tidak ingin menganggu pikiran Ayana. “Kalau Arsen suka gangguin aku, pasti aku nangisnya di taman,” jawab Ayana dengan senyuman. “Tapi kok kamu tahu?” tanya Ayana kemudian. Adira diam. Apa Ayana tidak mengingatnya? “Kamu ingat ngga sama anak laki-laki yang datang menghampiri kamu di ta
Baca selengkapnya

Usaha Adira untuk Ayana

Adira pun mengajak Ayana untuk kembali ke hotel yang mereka sewa selama di Paris. Waktu semakin larut, dan cuaca pun semakin dingin. Adira sangat mengkhawatirkan keadaan kedua bayinya dan Ayana jika terlalu lama terpapar cuaca malam yang dingin. Setelah sampai di hotel, Ayana memutuskan untuk berbaring diatas ranjang. Perutnya semakin besar, dan itu membuatnya semakin cepat merasakan lelah jika harus beraktifitas lama diluar ruangan. Sedangkan Adira berjalan menuju dapur untuk membuatkan Ayana susu seperti biasa. Adira melakukan ini sejak tiga bulan yang lalu, dan ini sudah menjadi kebiasaan untuk Adira.“Na, susunya diminum dulu,” ucap Adira yang tampak memberikan segelas susu pada Ayana. Ayana menggeleng seraya membelakangi Adira. Adira pun menghela, sepertinya Ayana masih marah padanya karena kejadian sepuluh tahun silam. Adira pun akhirnya duduk disamping Ayana yang membelakanginya. Ia menaruh segela susu diatas nakas yang tidak jauh
Baca selengkapnya

Cerminan diri

Ayana berdiri terpaku setelah ia melihat pemandangan Disney dihadapannya. Hari ini adalah hari terakhir mereka di Perancis, sebelum mereka akan kembali ke Seoul. Adira pun dengan senang hati mengabulkan keinginan istrinya sebelum mereka kembali ke Seoul. Ayana sangat ingin pergi ke Disneyland untuk mengingat masa kecilnya. Maka dari itu Adira yang telah kehilangan moment masa kecil dengan Ayana, kini ia berniat untuk mengulanginya lagi. Ayana tersenyum senang setelah ia berhasil masuk karena mengantri beberapa saat. Senyumnya tidak lekang dari wajahnya yang cantik, yang tidak berubah meskipun hormonnya mudah berubah karena sedang hamil.“Tapi ngga boleh lama – lama ya main disini, nanti kamu capek.” Ucap Adira dengan tangannya yang selalu menggenggam tangan Ayana hangat. Ayana tampak mengerucutkan bibirnya, “Baru aja masuk, masa udah ngomong keluar Disneyland sih,” ucap Ayana kesal. Adira tertawa kecil, ia gemas melihat tingkah Ayana yan
Baca selengkapnya

Omong kosong Adira?

Sudah satu minggu mereka di Paris, kini mereka memutuskan untuk kembali ke Seoul karena pekerjaan Adira yang sudah tidak bisa ditinggalkan lagi. Ayana memutuskan untuk kembali ke Apartement milik Adira untuk menghabiskan waktunya hanya berdua dengan Adira di sisa pernikahannya. Ayana melangkah masuk kedalam Apartement milik Adira. Ia melangkah perlahan sembari sorot matanya yang mengitari rumah kosong ini selama dua bulan. Ayana pun terus melangkah hingga sampai di depan kamarnya. Ia membuka pintu lalu masuk kedalamnya. Suasana dingin masih sama. Ayana pun masuk dan menaruh barang – barangnya yang ia bawa dari Paris. Saat ini Adira langsung berangkat ke kantor setelah mengantarkan Ayana untuk pulang di Apartement.- Adira melangkahkan kakinya dengan tegas masuk kedalam Kantor Raja’S Companny, kantor yang sudah ia jalankan selama delapan tahun dibawah kendalinya.“Selama siang Bapak Adira,” sapa beberapa karyawan saat melihat Adira melint
Baca selengkapnya

Kali Pertama

Aku mengeliat nyaman saat ada tangan yang mengusik wajah ku beberapa kali. Perlahan aku membuka mataku, dan aku sedikit terkejut melihat pemandangan yang bahkan sudah empat bulan ku lihat selama aku bangun tidur. Adira tersenyum lebar kearahku dengan wajah bare facenya yang membuatnya terlihat lebih tampan dan lucu. Saat di rumah dan bersama ku, sosok wibawa Adira menghilang entaha kemana. Ia menjadi lebih manja, manis, lembut, dan humoris. Tapi aku suka.“Selamat pagi sayang,” ucapnya dengan suara serak khas bangun tidurnya. Aku tersenyum seraya mengangguk. Aku terkejut saat Adira dengan tiba – tiba mendekat kearahku. Ia memeluk tubuhku dengan hangat dibawah selimut tebal yang membungkus ku.“Aku ngga bisa tidur semalam. Dan seharusnya kamu tahu alasan dibaliknya,” ucapnya dengan nada yang terdengar sedang menggoda ku. Aku menggeleng alih – alih mengalihkan tatapanku darinya. Namun ia menggagalkannya dengan menangkup wajahku dengan tangannya.Cupp.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status