Share

Istri Pilihan Untuk CEO Arogan
Istri Pilihan Untuk CEO Arogan
Penulis: berymatcha_

Kabar Buruk untuk Adira

Penulis: berymatcha_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adira Darsa Rajendra, lelaki berusia 30 tahun yang mempunyai paras wajah tampan serta lesung pipit yang tersembunyi di balik pipi kanannya. Adira merupakan anak pertama dari keluarga konglomerat di Indonesia. Anak dari Jayantaka Kresna Rajendra ini sangat berpengaruh dan di segani oleh negaranya, karena mereka mampu membawa dampak begitu baik untuk kemajuan rakyat dan negara tempat tinggalnya.

Adira mempunyai tanggung jawab besar sebagai pemegang perusahaan pusat milik ayahnya yang berjalan di sector properti. Ia harus bisa memimpin dan menghandle semua kegiatan, serta ia harus memberikan dampak besar untuk masyarakat sekitarnya. Tidak sulit untuk Adira melakukan itu semua, karena sejak kecil Adira sudah disibukkan dengan urusan masa depannya.

Hari ini adalah Hari Kamis, di mana Adira sedang duduk di kursi kekuasaannya untuk memimpin rapat guna membahas evaluasi perusahaan selama tiga bulan terakhir. Wajahnya tampak dingin, sorot matanya melihat dengan tajam kearah layar proyektor yang menampilkan data perkembangan perusahaan selama berada dikekuasaannya. Tak lupa telingannya juga menangkap dengan cepat setiap suara yang penyaji keluarkan untuk menjelaskan setiap detailnya.

Baik, itu adalah penjelasan dari penyaji kami untuk laporan perkembangan perusahaan setiap tiga bulan sekali. Bapak Adira, dipersilahkan untuk memberikan komentar. Ujar moderator si pemimpin presentasi.

            Adira mengetukkan jari telunjuknya beberapa kali diatas meja, membuat suara bising yang menggema seantero ruangan rapat yang tertutup. Mata tajamnya terus menyusuri setiap detail laporan dan pikirannya berkelut pada penjelasan yang telah dipaparkan oleh penyaji.

            Semua orang tampak diam dan saling tatap karena Adira tidak kunjung mengeluarkan suara untuk memberikan komentar. Perasaan khawatir mulai muncul di setiap anggota rapat, karena melihat reaksi yang Adira keluarkan menunjukkan bahwa ia tidak puas dengan hasil yang sudah ada di depan mata.

Siapa yang hanya menggunakan ide turun di jalanan untuk pemasaran? tanya Adira setelah diam sekian lama.

Itu adalah ide promosi team kami pak, dan sudah kami sepakati bersama, jawab Ketua Team Pemasaran di perusahaan.

            Adira menghela, ia menunjuk kearah data berwarna merah yang berarti grafik perusahaan sedang menurun pada laporan perusahaan tersebut. Lihat, apakah efisien ide yang anda gunakan? Bukankah ide itu semakin membuat team kelelahan saat bekerja? Saat ini sosial media sudah berkembang pesat. Adira menatap tajam Ketua Departemen Pemasaran.

            Adira mengangguk, Ide mu sudah bagus, tapi jika team kalian hanya mengandalkan pemasaran tatap muka secara langsung, itu akan menghambat kinerja perusahaan. Pikirkan dan perbaiki lagi kinerja team anda, saya tunggu laporannya. Sambung Adira yang langsung diangguki oleh yang bersangkutan.

            Rapat sudah berjalan selama tiga jam penuh tanpa adanya istirahat. Kini rapat pun selesai, dan semua orang meninggalkan ruangan untuk bersiap pulang karena malam sudah tiba.

            Adira berjalan menuju ruang kerjanya. Suasana tenang mendominasi ruangan minimalis milik Adira. Ia kini berjalan menuju kursi kekuasaannya yang tertata rapi untuk merenggangkan otot-ototnya karena merasa lelah.

            Ponselnya berberunyi dengan tiba-tiba membuatnya sempat terkejut. Adira pun meraih ponselnya dan menemukan panggilan masuk dari Ayahnya, Jayantaka.

“Halo Nak, apa pekerjaanmu sudah selesai?”

Aku belum menyelesaikannya. Ada apa?

“Datang ke rumah sekarang, ada yang ingin Ayah sampaikan,”

Maaf aku tidak bisa. Pekerjaanku sangat menumpuk,

“Apa kamu menolak perintah Ayahmu sendiri? Cepat datang dan jangan terlambat.”

            Adira menghela napas kesal saat telepon di putus sepihak oleh Ayahnya. Ia tahu kemana arah pembicaraan ayahnya, hal itulah yang membuat Adira sangat malas jika berkunjung ke rumah orang tuanya.

-

            Adira melangkah masuk kedalam rumah besar milik kedua oarang tuanya. Ia berjalan menuju ruang keluarga, di mana mereka suka berkumpul dulu, saat ia masih tinggal di rumah ini. Di sana sudah ada keluarganya yang menunggu kedatangan Adira untuk berkunjung ke rumah.

            Adira tampak memberi salam pada kedua orang tuanya itu. Sudah empat bulan, terakhir kali ia menghampiri rumah kedua orang tuanya ini karena Adira disibukkan dengan pekerjaan dan ia juga sudah pindah di rumah yang dibelinya sendiri menggunakan uangnya.

Kenapa Ayah menyuruhku datang? Bukankah Ayah biasanya berbicara padaku melalui telepon? tanya Adira tanpa basi-basi.

            Jayantaka mengangguk dan tersenyum hangat kearah putra sulungnya. Ia memaklumi sikap Adira yang sedari dulu tidak berubah, persis sepertinya.

Apa kamu tidak merindukan Ayah dan Ibumu? tanya Jayantaka lagi mengulur waktu.

            Adira menghela napas berat, ia menatap ayahnya seolah memohon untuk tidak mengulur waktu. Jayantaka paham dengan tatapan putra sulungnya itu. Ia tersenyum seraya menyuruh Adira  untuk duduk terlebih dahulu. Adira diam dan menuruti perintah Ayahnya untuk duduk tepat di hadapan Ibunya.

Menikah lah Nak dengan putri tunggal keluarga Wangsa, ucap Jayantaka disela keheningan yang dirasakan keluarganya ini.

            Adira menatap kesal Ayahnya. Ia menggeleng dengan cepat untuk menolak permintaan sang Ayah. Maaf Ayah, Adira tidak akan melakukannya, jawab Adira dengan tegas.

Nak, kamu juga harus bahagia, sahut Sarah dengan suara lembut yang selalu dapat menenangkan Adira di saat ia sedang kalut.

            Adira menatap lembut Ibunya, ia menggeleng tegas menolak perkataan Sarah.

Ayah menyuruhku menikah hanya untuk keperluan perusahaan, itu tidak akan membuatku bahagia sama sekali, balas Adira dengan mimik wajah tegas dan suara yang berat.

            Adira berdiri, ia menatap kearah Jayantaka sebentar sebelum ia benar-benar pergi dari sana. Adira tidak akan pernah mau untuk melakukannya Ayah, setidaknya Ayah bisa menikahkan dia dengan Nata sebagai gantinya, ucap Adira.

            Jayantaka menggebrak meja, ia berdiri dan menghentikan Adira yang terus berjalan meninggalkan mereka dengan tidak sopan.

Kamu harus membalas jasa orang tuamu yang sudah mendidik dan membesarkanmu Adira. Kamu juga harus membayar kesalahan yang telah kamu perbuat karena merosotnya saham selama setahun terakhir akibat kelalaianmu menjalankan bisnis, tegas Jayantaka dengan napas memburu karena amarah.

            Adira mengepalkan kedua tangannya kuat dibalik saku Jas yang ia kenakan. Napasnya mulai memburu karena ia merasa kesal, hatinya merasa sakit akibat perkataan Jayantaka yang menyinggungnya.

Jemput dia besok jam sebelas siang, di Universitas Internasional Indonesia. Besok adalah hari wisudanya, lanjut Jayantaka.

            Adira tidak menghiraukannya, melainkan ia melangkah untuk keluar dari rumah yang membuatnya sangat tidak nyaman jika berada di dalamnya.

            Adira memasuki mobilnya setelah berhasil keluar dari rumah orang tuanya. Ia memukul setir dengan keras, meluapkan amarahnya pada Jayantaka karena terus mengatur hidupnya meski ia sudah menginjak usia dewasa sekalipun.

Arrgghhh, teriak Adira lepas setelah menahan amarah saat berhadapan dengan Jayantaka.

            Bahkan ia dijodohkan dengan gadis muda yang baru lulus kuliah. Itu malah membuatnya merasa tersiksa, karena ia harus menjaga dan merawat gadis itu yang usianya jauh lebih muda darinya.

berymatcha_

Halo readers. semoga kalian suka dengan cerita Ayana dan Barra. Jangan lupa untuk menambahkan cerita ini ke daftar pustaka kamu yaa ^^

| Sukai

Bab terkait

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Saya Calon Partner Anda.

    Adira tampak memijit pelipisnya setelah berjam-jam memandangi setumpuk berkas yang kini menyisakan sedikit. Ini adalah tugas yang setiap hari harus ia kerjakan tanpa henti. Baginya bekerja adalah hidupnya. Sehingga ia tidak pernah meninggalkan pekerjaan sedikitpun walaupun ia merasa lelah. Terdengar suara pintu terketuk dari dalam ruangan Adira. Pintu pun terbuka dan menampilkan seorang perempuan di balik sana. Kaki jenjang, rambut panjang yang ikal, wajah yang memiliki paras cantik serta badan yang proporsional itu masuk ke dalam ruangan pribadi milik Adira. “Bapak ada temu janji jam sepuluh pagi dengan klien dari J.Y Companny di Restaurant Roasted Beans nanti,” ucap perempuan itu dengan lembut pada atasannya. Adira mengangguk, ia melirik jam tangan yang melingkar tepat pada tangan kanannya. Ia menghela saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Ia pun mendongak dan menatap sekretarisnya itu, “Siapkan semua berkasnya sekarang lalu beri pada

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Kesan Pertama.

    Ayana turun dari mobil milik Adira, kini ia melangkah tepat dibelakang punggung Adira yang tegap. Langkah kakinya perlahan membawanya pada sebuah gedung fashion yang memang ingin ditujunya hari ini. Hari ini adalah pertama kali mereka bertemu, dan mereka langsung pergi untuk menemui Designer yang akan mendandani mereka untuk pesta pernikahan yang akan digelar sebentar lagi. Sorot mata Ayana terus mengitari luasnya gedung. Banyak baju pengantin yang sekedar digantung dan di pasang pada Patung Manekuin untuk dijadikan sample model baju. “Selamat siang Tuan dan Nyonya Adira, saya Tarisa akan membantu anda untuk memilih baju pengantin,” ucap Tarisa sopan. Tarisa pun berjalan mendahului Adira dan Ayana menuntun mereka ke ruangan yang sudah disiapkan untuk mereka. Tarisa tersenyum kearah Ayana, menuntun tubuh mungil Ayana untuk masuk ke dalam bilik ganti. Ayana mengikuti setiap langkah Tarisa tanpa melawan ataupun menolaknya dengan perkata

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Prewedding?

    Sinar mentari pagi berhasil menembus masuk ke dalam celah gorden bilik Ayana yang tertutup rapat. Sedangkan Ayana masih asik dalam mimpi indahnya. Suara ketukan pintu terdengar samar ditelinganya yang masih belum tersadar penuh. “Ay, ada Adira cepetan bangun,” ucap seorang gadis yang lebih dewasa dari Ayana. Suara ketukan terus berlangsung, hingga pengetuk pintu merasa geram karena tidak adanya sahutan dari dalam. Gadis berambut panjang ikal itu menerobos masuk secara paksa tanpa adanya izin dari pemilik kamar. Tiara Salshabilla Adi Wangsa, kakak tiri Ayana yang merupakan anak kandung ibu tirinya dengan mantan suaminya. Umurnya tidak jauh darinya, hanya berkisar 5 tahun lebih tua darinya. Tiara menghentikan langkahnya saat melihat Ayana yang masih terbaring lelap dalam tidurnya. Ia pun akhirnya dengan keras menarik selimut yang membungkus tubuh Ayana agar tetap hangat, tindakan Tiara pun berhasil membuat tidur Ayana terusik. Ayana p

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Sisi lain Ayana

    "Orang yang terlihat sangat bahagia, menyimpan luka besar di dalam dirinya." - Ayana duduk disamping kursi kemudi. Sudah dua jam ia menghabiskan waktu untuk pemotretan hari ini, dan kini mereka sedang dalam perjalan untuk melihat rumah yang akan mereka tinggali. Sepanjang perjalanan, pikiran Ayana terus bergelut pada sikap Adira yang tiba-tiba memeluk pinggangnya dengan erat, alih-alih ia kesal pada Ryan yang terus menggoda Ayana. “Mau makan dulu?” tanya Adira memecah keheningan antara mereka berdua. Ayana menoleh kesamping dan mendapati Adira yang kini sedang menatapnya. “Bapak lapar?” tanya Ayana yang kemudian di angguki oleh Adira. Ayana pun tersenyum, “Yaudah kita mampir dulu buat makan.” ucap Ayana. Suasana kembali hening, kini hanya terdengar alunan musik yang keluar dari playlist radio yang sedang Adira mainkan. Dinginnya air conditioner yang keluar dari mesin mobil Adira, berhasil merasuk hingga kedalam tubuh masing-masing

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Kontrak?

    Kini Adira berjalan diantara para tamu undangan dengan balutan Jas Hitam yang melekat pada tubuh sempurnanya untuk menjemput Ayana yang berdiri diujung karpet yang tengah ia pijak saat ini. Senyumnya terpancar atas kebahagiaannya hari ini bisa menikahi Ayana. Adira tampak mengulurkan tangan kananya untuk menggandeng tangan Ayana menuju pusat tamu, dimana mereka akan melakukan dansa disana. Aji tampak menyerahkan tangan kanan putrinya pada lelaki yang kini akan bertanggung jawab atas hidup anaknya sekarang. Adira pun menggenggamnya dengan kuat dan kini menuntun Ayana dengan perlahan untuk menuju tempat yang sedang mereka tuju. Adira kini berdiri menghadap Ayana, tangan kanan dan kirinya perlahan memeluk pinggang ramping milik Ayana. Sedangkan Ayana tampak mengalungkan kedua tangannya pada pundak tinggi Adira. Sorot lampu kini hanya berfokus pada mereka berdua, dentingan piano kini mengalun dengan romantis menemani dua insan ini yang se

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Ayana Curiga

    yana merebahkan tubuhnya di atas Sofa ruang tamu setelah ia membersihkan tubuhnya. Ia lelah karena sudah berjalan untuk membagikan masakannya pada tetangga di dekat rumanya. Menurutnya masakan itu akan terbuang sia-sia, dan perjuangannya untuk memasak tidak akan ada nilainya. Ayana kini tampak fokus dengan buku tebal yang ia pegang. Ujian untuk masuk Universitas semakin dekat, dan ia harus bisa lolos seleksi untuk melanjutkan kuliah di Universitas impiannya. Suara dering telepon rumah kini memecah hening suasananya. Ia pun mendekat dan kini mengangkatnya. “Halo,” sapa Ayana sopan. “Na ini Papa Rajendra,” Ayana sempat terkejut saat mertuanya kini menelponnya melalui telepon rumah. Ia pun segera membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. “Ada apa Pa?” “Adira dirumah kan? Soalnya Papa telepon dari tadi dianya ngga angkat. Papa takut dia tinggalin kamu dirumah sendirian, ini kan hari pertama kalian menikah. Awas aja kalau dia sampai berangkat ke k

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Permainan?

    Adira terkejut dengan suara Alarm nyaring yang menembus gendang telinganya. Ia tampak menyesuaikan cahaya lampu yang masuk menembus retinaya. Jam sudah menunjukkan pukul 07:00 AM. Ia pun segera bangun dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Kini Adira sudah siap dengan pakaian kantornya. Ia menghadap kearah cermin, melihat bagaimana gagahnya ia saat ini. Setelah semuanya rapi, kini ia mengambil tas kantornya dan melenggang meninggalkan kamarnya. Adira mengernyit heran saat tidak mendengar suara bising karena tingkah Ayana pagi ini. Ia pun melangkah menuju dapur, dan mendapati makanan yang sudah siap disana. Adira mendekat saat ada sepucuk surat di dekat makanan tersebut. Selamat pagi, Pak. Saya pergi pagi-pagi sekali hari ini karena ada test untuk masuk perguruan tinggi. Saya sudah mencoba membangungkan Bapak dengan mengetuk pintu berkali-kali, tapi Bapak tidak kunjung bangun jadi saya memutuskan untuk menulis surat ini, hehehee.

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Akting.

    Adira membuka pintu rumahnya, tubuhnya sangat lelah hari ini karena sudah menemani Zayna sepanjang hari untuk menyenangkan hatinya. Adira mengernyit saat lampu di ruang tamu mati, karena Adira selalu menyalakannya sepanjang hari. Ia pun bergerak untuk menuju saklar lampu dan menekannya. Ia terkejut begitu lampu menyala, kini dihadapannya ada sosok gadis yang ia yakini adalah Ayana. Ayana duduk menghadap tv berada, dan menatap lurus dalam diam. “Kok kamu belum tidur?” tanya Adira sembari berjalan mendekat kearah Ayana Ayana menoleh kearah Adira, kini mata mereka saling bertemu tatap. “Saya nunggu suami pulang,” jawab Ayana. “Saya sudah pulang, sekarang kamu tidur.” Ucap Adira tegas. Adira pun melangkah untuk meninggalkan Ayana yang masih diam di ruang tamu. “Saya ngga bisa tidur Pak,” sahut Ayana cepat. Adira terus melangkah menghiraukan Ayana yang kini menatap punggungnya dalam. “Saya tadi lihat Bapak bersama wanita sedang berbela

Bab terbaru

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Beranjak Dewasa

    Terdengar suara ricuh dalam suatu ruangan. Teriakan dan goresan antar benda sangat terdengar dengan jelas. Terdapat empat orang di dalamnya yang tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.“Kak, itu balonnya kurang gede,” peringat gadis berusia lima belas tahun itu dengan meneriaki salah satu kakak laki-lakinya.“Jangan gede-gede, nanti meletus. Terus habis balonnya,” jawabnya yang enggan mendengarkan suara adiknya.“Tapi ngga sekecil ini juga bego,” sahut lainnya dengan menoyor kepala orang yang di panggil Kak tadi. Ry, mendengus kesal setelah mendapatkan toyoran keras di kepala oleh Theo. Theo pun mengambil balon yang sudah di tiup oleh Ry dan menunjukkannya pada Ayah mereka. Adira yang tadi berada di dapur pun keluar menuju ruang tamu saat mendengar anak-anak mereka bertengkar seperti biasa.“Yah, lihat deh. Balonnya terlalu kecil kan?” tanya Theo pada Adira. Adira tertawa melihat balon seukuran tangan yang bisa di genggamnya itu. “Siapa yang tiup?” tany

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Akhir Kehidupan

    Dentuman suara musik mengalun menyeruak kedalam telinga setiap orang yang datang. Lampu terang mampu memperlihatkan setiap insan yang datang dengan riasan wajah yang sudah mereka persiapkan. Dalam ruangan yang besar ini mampu menampung ribuan orang, dan saat ini sudah banyak orang yang datang untuk mengikuti Pesta Relasi di Perusahaan milik Adira. Ya, ini adalah hari sabtu. Dimana semua rekan kantornya menghadiri pesta yang sudah ia janjikan untuk lebih mempererat tali silaturahmi antara rekan kerja dan atasan. Semua mata pun tampak tertuju pada Adira yang berjalan dengan menggandeng Ayana di sampingnya. Bak seorang Raja dan Ratu, kini mereka menjadi pusat perhatian selama mereka berjalan masuk kedalam ruangan. Tatapan kagum terpancar dengan nyata di mata setiap orang yang menatap mereka. Ayana yang memakai dress Vero Navy Blue Smocked Off-Shoulder mini dress. Dress tersebut sangan pas untuk tubuh Ayana, karena mampu membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ti

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Terbongkar

    Dalam sebuah kabin dengan sentuhan warna putih membuat ruangan terlihat sangat lebar. Disana terlihat Aji dan Elvina yang tampak berbaring diatas ranjang mereka, menikmati waktu santai seperti biasanya.“Beberapa hari ini badan ku tidak sesehat seperti dulu. Rasanya lemas sekali, sampai mikirin masalah perusahaan pun belum tentu bisa,” lirih Aji yang sedang membaringkan tubuhnya. Elvina yang sedari tadi nampak asik bermain ponsel pun kini mengalihkan pandangannya pada Aji yang nampak lemas.“Yaudah serahin aja perusahaan ke Tiara. Biar dia yang urus, kamu tinggal rebahan di rumah.” Jawab Elvina dengan wajah sumringahnya. Aji menggeleng, “Aku sudah memutuskan untuk memberikan kuasa perusahaan ini pada Ana. Tiara hanya akan mendapatkan beberapa persen saham saja,” balas Aji menolak. Raut kesal pun terpancar dengan jelas pada wajah Elvina. “Kamu kira lulusan SMA bisa memimpin sebuah perusahaan? Lagian Ana ngga akan bisa ambil kendali perusahaan, kamu i

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Wajah Baru

    Langkah kaki besar milik Adira membawanya untuk masuk kedalam gedung besar milik RAJI'S COMPANNY. Sejak kedatangannya raut wajahnya nampak serius dan tidak menampakkan kesenangan sama sekali. Adira menghentikan langkahnya tepat pada lift yang masih tertutup dengan rapat. Ia pun tampak menunggu lift tersebut untuk segera terbuka. Diamnya membuat pikirannya terbawa pada percakapan semalam bersama Aji, Papa mertuanya. Saat itu Adira berada di taman dengan cuaca dingin di tengah-tengah tubuhnya yang masih belum pulih seutuhnya.-^Adira dapat email masuk, apa benar besok pengalihan CEO baru?^^Betul, nak. Papa akan serahkan perusahaan pada CEO baru agar bisa di kelola dengan baik,^^Siapa Pa?^ Marah Adira seolah teredam di balik saluran telephone di ponselnya. Ia tampak menunduk kesal, sembari mengepalkan tangannya dengan kuat setelah mendengarkan jawaban dari Aji tentang siapa yang akan menggantikannya.^Ngga bisa dong Pa. Ini ngga adil buat Ana,^ tegas Adira pada

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Action

    Ayana tampak membawa nampan berisi bubur ayam dan segelas air putih serta obat yang sudah di berikan dokter untuk Adira. Ia pun menaruhnya diatas nakas sebelah ranjang mereka. Ayana kini tampak membantu Adira untuk bisa duduk dengan nyaman. Adira sudah sadar sejak kedatangan dokter yang menanganinya tadi. Tentu saja ia mendapatkan amukan dari dokter karena terus mendapatkan keluhan tentang perut Adira. Sudah empat tahun terakhir Adira memiliki penyakit ini, dan baru tiga tahun ia menuruti perkataan dokter agar penyakitnya tidak kambuh. Adira tampak tersenyum tipis dengan bibirnya yang pucat.“Makan dulu Mas,” ucap Ayana dengan meraih semangkuk bubur hangat tersebut. Perlahan Ayana tampak mengarahkan sendok berisikan bubur tersebut pada mulut Adira. Adira pun menurutinya dan memakannya walau terasa sedikit pahit di dalam mulutnya. Seperti itu hingga makanannya habis tak tersisa. Kini Ayana pun berganti untuk memberikan minum kepada Adira sebelum meny

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Sibuk

    Arsen berjalan masuk kedalam ruang kantor yang sudah lama tidak ia kunjungi. Setelah kepulangannya dari Paris, ia langsung memutuskan untuk kembali bekerja agar bisa membantu Adira yang pasti kewalahan mengurus kantornya sendiri. Tidak hanya itu, ia membantu Adira sebagai ucapan terima kasih telah memberikan banyak hal selama ia di Paris.“Selamat pagi, Pak Arsen.” Sapa seorang karyawan perusahaan.“Pagi.” Sahut Arsen. Ia pun terus melangkah menuju ruangan milik Adira, dimana itu adalah rumah kedua untuknya. Ia membukanya tanpa permisi, dan mendapati Adira yang sudah fokus pada pekerjaannya.“Gila, pagi banget lo. Tumben?” tanya Arsen alih-alih menyapa Adira yang sudah fokus pada pekerjaannya.“Banyak banget kerjaan yang terbengkalai selama gue ngga masuk kantor. Ngga ada yang backup gue juga,” jawab Adira tanpa mengalihkan fokusnya sama sekali.“Gue bisa bantu apa?” Adira diam. Ia sepertinya sedang memikirkan apa yang bisa dilakukan Arsen untuknya. “Minta tolo

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Bermain bersama

    Ayana mengeliat tak nyaman saat ada sinar matahari masuk menembus celah gorden yang terbuka. Perlahan ia membuka matanya setelah tidur dengan sangat nyeyak tanpa adanya gangguan. Tangan kirinya meraba untuk memastikan bahwa seseorang tetap ada di sampingnya semalam. Tapi nihil, tidak ada orang sama sekali di sampingnya. Dengan cepat, ia pun membuka matanya dan mencari keberadaan sang suami. Awalnya ia terkejut saat tidak mendapati Adira yang tidur di sampingnya, namun sedetik kemudian senyumnya terpancar saat melihat Adira tengah bermain dengan si kembar.“Mas kok udah bangun? Masih pagi loh ini,” tanya Ayana dengan suara seraknya sehabis bangun tidur. Adira menoleh, matanya sangat sayup karena kurang tidur. Semalam, setelah membaca ketikan Ayana, ia tidak bisa kembali tidur. Banyak hal yang dia segera selesaikan untuk menebus semua kesalahannya. Setelah menyudahi pekerjaannya yang terhambat, Adira sebenarnya ingin sekali tidur. Tapi ternyata jam su

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Si Kecil Ayana

    Ayana POV Hai, aku Nadira Ayana Wangsa. Wanita berusia dua puluh tahun yang saat ini sudah memiliki dua anak. Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan menjadi roller coaster seperti ini. Hidup indah yang menjadi dambaan banyak orang, sudah sirna sejak aku berusia sepuluh tahun. Usia dimana aku masih di temani oleh kedua orang tua yang lengkap untuk mengajarkan ku berbagai banyak hal yang belum ku mengerti sama sekali. Tapi Mama sudah pergi lebih dulu meninggalkan ku dan Papa. Saat itu semuanya menjadi berubah. Papa menjadikan dirinya lebih sibuk alih-alih berusaha melupakan Mama, sehingga aku tidak pernah lagi mendapatkan perhatiannya. Aku tumbuh seorang diri bersama gelapnya warna yang menghiasi hidup ku. Hingga akhirnya Papa memuutuskan untuk menikah kembali. Aku sangat ingat bagaimana waktu aku menolak keras Papa yang meminta izin untuk menikah kembali. Hanya berselang satu tahun, Papa lalu kembali memutuskan untuk menikah dengan wanita janda y

  • Istri Pilihan Untuk CEO Arogan   Ini Ayana.

    Ayana’s POV Hembusan angin dingin menjalar ke seluruh tubuh. Aku terperanga saat melihat keadaan yang di penuhi kegelapan di depanku. Tangan ku berusaha untuk meraba sekeliling, namun nihil. Tidak ada barang atau seorang pun yang berada disana. Mulutku tak henti-hentinya berteriak memanggil seseorang. Adira. Hanya dia yang ada di dalam pikiranku saat ini. Tidak ada suara apapun disana, kecuali suara pantulan dari teriakan ku. Aku melangkah penuh akan ketakukan ke sembarang arah yang bisa membebaskan ku dari sana. Terus berusaha mencari cara agar bisa keluar dari ruangan mengerikan ini.“Adira!” teriak ku dengan keras. Tangis luruh dengan alasan ketakutan akan kegelapan. Aku terus melangkah untuk mencari jalan keluar, karena tidak ada yang bisa membantuku saat ini kecuali diriku sendiri. Beberapa kali melangkah, kini aku jatuh. Kaki ku lemas karena merasa takut. Tinggal aku sendiri disini.“Na tolong aku.” Aku terkejut saat mendengar suar

DMCA.com Protection Status