Home / Romansa / Istri Konglomerat yang Dicampakkan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Konglomerat yang Dicampakkan: Chapter 141 - Chapter 150

160 Chapters

Bab 141 Mempermalukan Annie

“Siapa itu malam-malam gini ribut?” seru Lukman, keluar dari dalam kamar dengan lari cepat.Damian–yang masih setengah sadar hampir saja limbung, andai Annie tidak menahan tubuhnya.“Sepertinya itu Steve,” tebak Annie, kesal luar biasa. “Biar aku saja yang keluar. Dam, tolong jaga Sean,”Annie berlari keluar dari dalam rumah Damian. Dan benar, dia mendapati Damian sedang berdiri celingukan di balik pagar tinggi rumah Damian.Pria itu terus menggedor pagar, membuat siapapun mendengarnya dengan nyaring karena suasana yang sunyi.“Kamu apa-apaan, hah?!” seru Annie, meneriaki Steve yang ada dibalik pagar. “Apa tidak bisa, datang dengan cara yang baik?”“Tidak!” sahut Steve keras. “Aku tidak akan membiarkan si brengsek itu membawa pergi calon istriku!”“Jangan membuatku malu, Steve!” bentak Annie. “Kamu juga, bersikaplah seperti dokter spesialis yang punya reputasi!”“Aku tidak peduli,” sambar Steve, murka. “Aku mau
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 142 Kembali Bekerja

“Apa? Kenapa Tasya tiba-tiba bilang begitu?” Damian mengernyitkan dahi. “Apa Om Wijaya bilang sesuatu pada Tasya?” Dia langsung menaruh curiga pada Wijaya. Karena Tasya tidak mungkin terpikirkan hal itu, kecuali ada orang yang menghasutnya.Tasya mengangguk polos.“Dia bilang apa?” Damian tak sabar. Dia tersulut emosi.“Om bilang … Sean sudah bersama Tuhan. Sudah meninggal,” jawab Tasya. “Kalau Sean sudah meninggal, terus Om Wijaya siapa temannya? Biar Miss Gina menemani Om, Pa,”“Sudah, sudah,” potong Sari. Membuyarkan emosi yang sempat menggebu di dada Damian. “Nanti telat nganter Tasya, lho. Sudah sana berangkat!” pinta Sari.Sesampainya sekolah, Tasya segera berlari masuk ke dalam kelas karena satu menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.Sementara Damian masih berdiri di samping mobilnya, sedikit mendongak berharap bisa melihat sosok Gina meski dari kejauhan.Namun wanita itu tidak tampak batang hidungnya. Padahal setiap pagi Gina selalu berdiri rapi di depan ruangannya, menyap
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 143 Kecurigaan Rudi

Telinga Annie berdiri. “Dengar dari mana?”“Kabar itu sudah seperti konsumsi umum disini, An,” kata Nina, sembari mempersiapkan berkas-berkas yang hendak dia pelajari. “Kamu masih ingat Ajeng?”Mendengar nama Ajeng, membuat suasana hati Annie berubah buruk. Tentu dia ingat, karena Ajenglah yang membantu Damian dalam proses perceraian mereka.“Katanya sih, dia yang nyebarin berita itu ke semua orang,” bisik Nina. “Sepertinya dia masih dendam padamu,”Annie hanya menautkan alis, tampak tak minat. Dia sama sekali tidak menyahut, dan mencoba untuk menyibukkan diri dengan meja kerjanya yang masih cukup berantakan dengan pekerjaan lama.“An!” seru Nina, tiba-tiba nadanya meninggi. “Kamu ingat artis Andrea itu? Yang pernah menikah diam-diam dengan Tuan Wijaya,”“Nin!” Annie melotot. “Andrea yang mengenalkanku pada Wijaya! Kamu lupa, ya?” ketusnya, karena sejak tadi Nina bertanya seakan dia telah melupakan banyak hal di dunia kerjanya.Nina nyengir. “Kamu tahu gimana kondisi dia sekarang?”An
last updateLast Updated : 2023-05-30
Read more

Bab 144 Pemikiran Rudi

Tergelak tawa Rudi, mendengar pertanyaan Annie. “Kamu sudah kembali pada dirimu, An. Selalu penuh curiga,” ucapnya.Annie menautkan alis, sambil melipat tangan. “Aku hanya penuh kehati-hatian,” timpalnya. “Ada perlu apa Papa kemari?”“Papa hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja di hari pertamamu setelah lama cuti,”“Aku bukan anak kecil, Pa,” seloroh Annie. “Kalau Papa cukup punya waktu luang, kenapa Papa tidak menemui Tasya? Dia sedang dalam kondisi tidak baik,”“Tasya?” Telinga Rudi berdiri. “Apa mantan suamimu itu tidak merawatnya?”Annie dengan cepat menggeleng. “Kalau Papa ingin tahu, Papa jemput Tasya pulang sekolah hari ini,”“Ada apa dengan Tasya? Dia sakit?” Rudi tetap mencecar Annie.“Papa jemput saja. Aku akan telepon Damian, bilang kalau Tasya hari ini dijemput Papa,” Annie segera mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Damian.“An?” panggil Rudi, setelah Annie memutus sambungannya. “Apa yang kamu pikirkan sekarang?”Annie memicingkan mata. “Pertanyaan Papa semakin mempe
last updateLast Updated : 2023-06-01
Read more

Bab 145 Telah Dihukum

“Sebenarnya Papa melarangku bercerita padamu, tapi kurasa kamu harus tahu,” Wijaya tampak ragu untuk bicara. “Ada apa?” Gina justru makin kuat mendesak. “Apa Papa sakit?”“Sebaiknya kita bergegas,” Wijaya mulai membukakan pintu untuk Gina. “Kamu mau kan, ke rumah Papa bersamaku?” tanyanya sekali lagi, untuk memastikan Gina tidak merasa terpaksa.Gina mengangguk. Dia naik ke dalam mobil Wijaya. Sementara Wijaya tampak mengulaskan senyum tipis bahagia, karena Gina mau untuk naik ke dalam mobilnya.Sepanjang perjalanan mereka berdua memilih diam. Tapi Wijaya beberapa kali melirik ke arah Gina, sekedar untuk memastikan kondisi hati mantan istrinya itu.Namun sadar sedang diamati, Gina dengan cepat membuang muka. Dia memilih untuk mengamati jalanan dibalik jendela, sambil bertopang dagu.Wijaya menelan ludah. Cukup kecewa dengan sikap Gina. “Bagaimana Tasya? Apa dia sudah baikan?” tanyanya, mencairkan suasana.“Seperti biasa. Dia masih tidak mau bertemu denganku,” jawab Gina. “Tapi aku ma
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 146 Takkan Pernah Menyerah

“Burhan, jelaskan!” Makin kencang Wijaya berteriak.Gina yang masih terkejut, mendekati Burhan. Dia gundang bahu pria itu sekerasnya.“Ada apa ini? Kenapa Wijaya diseret seperti itu, Burhan?” protes Wijaya.“Maafkan saya, Nyonya Gina,” sesal Burhan.Tetapi pria itu justru menarik lengan Gina, menyeretnya paksa keluar dari rumah Hadi Wijaya.Kini keduanya ditendang keluar. Persis seperti dua orang tidak berguna. Wijaya hendak melawan, namun Gina menahan. Dia menggeleng pada Wijaya, sebagai isyarat untuk menyuruh mantan suaminya itu berhenti.“Sebaiknya kita pergi dari sini,” saran Gina.“Tapi kita belum diberi penjelasan! Aku harus menuntut Burhan dengan perlakuan ini!” teriak Wijaya tak terima.“Itu tidak akan menyelesaikan masalah,” Gina tetap menahan. “Kita harus pergi. Keluar dari sini. Dan memikirkan rencana selanjutnya,”Wijaya menahan amarahnya, dengan menggigit bibir. Dia berkacak pinggang, masih kesal setengah mati dengan perlakuan Burhan. Harga dirinya tentu merasa tercoreng,
last updateLast Updated : 2023-06-02
Read more

Bab 147 Hanya Ingin Bersamamu

Emma amat tidak sabar. Dia berjalan maju, mengunci pergerakan Burhan hingga pria itu tidak bisa banyak bergerak. Lehernya ditekan dengan lengan Emma sekuatnya.“Cepat bilang!” bentak Emma. Bagaimanapun, dulunya dia adalah pengawal yang bekerja untuk keluarga konglomerat ini.“Tuan Hadi … s-sudah meninggal … “ ucap Burhan terbata-bata.Kaki Wijaya serasa lemas. Dia hampir saja ambruk, andai para anak buah Emma tidak segera menjaga keseimbangannya.“Tidak … “ gumam Gina. Dia lebih tenang dan bisa menguasai diri. Meskipun dia belum bisa menerima kenyataan.“Burhan! Kenapa mereka ada disini?” Wina tiba-tiba keluar dari dalam ruangan inti. Wanita itu menuding ke arah Wijaya dan Gina layaknya mereka berdua adalah sampah.“Beraninya kau … “ Wijaya hendak menerjang Wina.“Apa!” sentak Wina, justru balik menantang. “Kau berani padaku, hah? Dasar anak haram! Kau itu tidak berhak atas apapun tentang Papa. Sudah untung kau diberikan perusahaan itu. Jangan pernah menginjakkan kaki lagi di rumah in
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Bab 148 Tutup Mulut

Gina meminta Wijaya untuk menurunkannya hanya di depan gerbang rumahnya. Dia tidak ingin susah-susah membukakan gerbang untuk Wijaya masuk.Langkah Gina gontai. Bahkan saat para satpam rumahnya menyapanya. Tapi tubuhnya terpaksa kembali tegak, setelah melihat mobil Damian terparkir rapi di dalam.Gina tertegun. Dia berusaha mencari sosok Damian–yang ternyata duduk di kursi kemudi. Pandangan pria itu terasa amat dingin, meski Gina hanya bisa melihatnya samar-samar dari balik kaca depan mobil.“Damian?” Gina mengetuk jendela mobil.Dengan gerakan lambat, pria itu membuka kaca jendelanya. Dia sama sekali tidak memandang Gina. Tatapannya lurus dan tampak sangat dingin. Gina bisa merasakan kemarahan Damian, namun terlalu takut untuk bertanya.Gina hanya bisa menunduk. Sambil menggigit bibir, dia memainkan jemarinya. Perasaan sedih dan depresi karena kematian Hadi Wijaya masih membayang di pelupuk matanya.“Apakah tidak ada yang ingin kamu ucapkan padaku?” tegur Damian.Sayangnya, Gina men
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bab 149 Sempurna

Bola mata Rudi bergetar, setelah membaca isi dari hasil tes DNA itu. Bahkan demi menjaga kesadarannya yang cukup terguncang, dia segera melepas kacamatanya.“Pak Rudi, Bapak baik-baik saja?” tanya sang anak buah, cukup cemas.Rudi menarik nafas sangat panjang. Lalu menghembuskannya keras. “Tolong, rahasiakan dari siapapun. Termasuk dari Annie dan istriku,”***“An, sampai kapan kamu menghindariku?” tuntut Steve, ketika Annie melewatinya begitu saja saat hendak berangkat kerja.Annie menoleh. “Sampai kapan juga kamu tinggal disini? Ini rumahku, dan kita belum terikat pernikahan!” geram Annie.Steve beranjak berdiri. Sembari merapikan pakaian kerjanya, dia berusaha menarik tubuh Annie ke dalam dekapannya.Namun Annie justru mundur untuk menghindar. “Jangan coba macam-macam,” ancamnya.“Aku kan ayah Sean. Dan kita juga sebentar lagi menikah. Aku akan tetap tinggal disini, untuk menjagamu dari si brengsek Damian,”Annie memutar bola mata, makin kesal. “Tidak ada yang terjadi padaku dan Da
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bab 150 Selalu Ada

“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” Bukannya menjawab, Annie justru balik bertanya.“Jawab pertanyaan Papa,”Annie menggeleng. “Aku tahu, sesuatu pasti terjadi,” tebak Annie. “Apakah Papa mengetahui hasil tes DNA itu?”Rudi kembali menarik nafas panjang. Lalu memutar kemudi, masuk ke dalam ruang parkir kantor Annie yang terletak di basement.“Jawab, Pa! Papa tahu sesuatu, kan? Dan itu menyangkut Damian,” tuntut Annie. “Papa tidak mungkin berubah baik pada Damian, kecuali Papa tahu sesuatu,”“Ayo turun. Nanti kamu terlambat,” ajak Rudi, mulai turun lebih dulu.Annie mengikuti pergerakan ayahnya, tapi jauh lebih cepat. Bahkan dia membanting pintu mobil.“Papa memang memilih diam, tapi aku akan mencari tahu,” tandas Annie. “Aku akan tahu semuanya, dan Papa akan menyesal karena sudah menutupi dariku,”Annie berjalan cepat meninggalkan Rudi, tanpa mau mengucapkan pamit. Sementara Rudi masih diam di tempatnya, sama sekali tidak tersulut emosi.Justru yang dia rasakan kini hanyalah rasa bersa
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status