Share

Bab 145 Telah Dihukum

“Sebenarnya Papa melarangku bercerita padamu, tapi kurasa kamu harus tahu,” Wijaya tampak ragu untuk bicara.

“Ada apa?” Gina justru makin kuat mendesak. “Apa Papa sakit?”

“Sebaiknya kita bergegas,” Wijaya mulai membukakan pintu untuk Gina. “Kamu mau kan, ke rumah Papa bersamaku?” tanyanya sekali lagi, untuk memastikan Gina tidak merasa terpaksa.

Gina mengangguk. Dia naik ke dalam mobil Wijaya. Sementara Wijaya tampak mengulaskan senyum tipis bahagia, karena Gina mau untuk naik ke dalam mobilnya.

Sepanjang perjalanan mereka berdua memilih diam. Tapi Wijaya beberapa kali melirik ke arah Gina, sekedar untuk memastikan kondisi hati mantan istrinya itu.

Namun sadar sedang diamati, Gina dengan cepat membuang muka. Dia memilih untuk mengamati jalanan dibalik jendela, sambil bertopang dagu.

Wijaya menelan ludah. Cukup kecewa dengan sikap Gina. “Bagaimana Tasya? Apa dia sudah baikan?” tanyanya, mencairkan suasana.

“Seperti biasa. Dia masih tidak mau bertemu denganku,” jawab Gina. “Tapi aku ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status