Home / Pendekar / Satria Roh Suci / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Satria Roh Suci: Chapter 171 - Chapter 180

260 Chapters

Pertarungan Sengit

Gantarong pada akhirnya memutuskan untuk menyerang Rawai Tingkis lebih dahulu. Sementara itu, Sisadano masih memperhatikan kekuatan Rawai Tingkis saat ini.Sisadano yang merasa Rawai Tingkis memiliki kekuatan di atas rata-rata, menganggap pemuda itu lawan yang cukup kuat, jadi dia ingin memastikan dugaanya salah.Namun, Sisadano seketika langsung terkejut. Bagaimana tidak, semua serangan yang dilakukan oleh Gantarong dapat diantisipasi dengan sangat baik.Pertukaran serangan yang terjadi diantara mereka berdua, sepertinya akan berakhir dengan Gantarong sebagai pihak yang kalah.Sebuah serangan kini bergerak cepat ke arah Rawai Tingkis. Tinju Gantarong yang memiliki tekanan begitu berat itu, mampu menumbangkan pohon besar yang ada di belakang Rawai Tingkis.“Pukulan yang keras!” Rawai Tingkis tersenyum kala dia berhasil mengelak dari serangan lawan, hanya dengan menarik wajahnya ke kiri, dan pukulan itu menghantam pohon.Merasa begitu kesal, Gantarong kembali melancarkan serangan berun
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

Mencari Celah

Gantarong berhasil berdiri dan menguasai dirinya kembali, tapi kini semua pakain yang dia rampasa dari salah satu prajurit kini telah terkoyak.Kantong menyan pria itu telah kembali terlihat, tapi kali ini dia tidak lagi peduli dengan baranya.Lagipula, Sisadano yang berada di sebelahnya juga tidak peduli dengan barang kecil lagi.Sekarang, mereka menghadapi musuh yang ternyata diluar dugaan. Kekuatan Rawai Tingkis benar-benar tidak terukur saat ini, dan Sisadano sepertinya lebih ingin menarik diri daripada meneruskan pertarungan ini.Namun, Gantarong tidak demikian, dia malah semakin marah dan emosi saat ini. Rawai Tingkis telah terlalu menghina dirinya.Daripada hidup dengan malu, sepertinya Gantarong lebih memilih mati saja.“Aku …aku tidak akan membiarkan dirimu hidup!”Wush.Gantarong menggunakan seluruh tenaganya saat ini, langsung melesat secepat suara ke arah Rawai Tingkis.Kepalan tinjunya mengandung tenaga pisik yang cukup besar, dan kini tinju itu bergerak ke arah Rawai Tin
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

Beruntun Serangan

Sisadano tidak memiliki cara lain untuk melarikan, pada akhirnya dia memutuskan untuk bertarung melawan Rawai Tingkis.Pria itu mulai memasang kuda-kuda, bersiap untuk menyerang musuhnya. Sementara itu, Rawai Tingkis menunjukan senyum tipis yang sinis, dengan pedang yang bersiap untuk menyambut serangan lawan.Sisadano lantas melakukan gerakan ke arah samping, berusaha mendekati Rawai Tingkis atau pula mencari celah untuk membunuh pemuda tersebut.Dia berlari di sekitar batang-batang pohon, lalu melempar benda apapun ke arah Rawai Tingkis.Dedaunan basah, ranting kering, dan kerikil kini menjadi senjatanya.Apakah dia pikir dengan benda-benda itu dapat menekan Rawai Tingkis? Tentu saja tidak.Mata Rawai Tingkis yang tajam dapat melihat semua benda yang bergerak cepat, jadi semua benda yang mengarah ke tubuhnya dapat dihindari dengan sangat baik.Tidak ingin menyerah begitu saja, Sisadano melompat ke atas dahan, dia sempat mengambil pohon sebesar lengan untuk dijadikan sebagai tombak.
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Permintaan Rakyat

Rawai Tingkis mengeluarkan aura suci pada saat yang sama pula, dia bergerak dengan kecepatan suara menuju dua lawannya.Ketika dia berada sekitar satu depa dari salah satu lawan, Rawai Tingkis mengayunkan pedangnya dengan aliran energi mistik yang kuat.Tidak, dua lawan itu tidak dapat bergerak saat ini. Tubuh mereka telah dikunci oleh aura suci, bahkan meskipun mereka bisa melepaskan diri dari pengaruh aura suci, mereka tidak akan sempat menghindari pedang gading cempaka dari jarak sedekat itu.“Sisadano, bertahan-“Ucapan Gantarong langsung terhenti, ketika matanya mendadak melihat sosok Rawai Tingkis telah berubah bentuk menjadi singa emas.Mata Gantarong tidak dapat berkedip, hanya terbelalak dengan mulut mengangaa lebar.Sementara itu, Sisadano yang berada sedikit di belakang Gantarong rupanya telah melihat singa ema situ tepat ketika Rawai Tingkis melepaskan aura sucinya.Ini membuat Sisadano benar-benar terpaku, dan sejenak dia tercerahkan, bahwa Rawai Tingkis bukanlah manusia
last updateLast Updated : 2023-05-21
Read more

Penolakan Rawai Tingkis

“Rawai Tingkis, warga meminta dirimu menjadi Adipati Dinang, bagaimana ini?” Rawas Kalat berkata ketika pemuda itu terjaga dari tidurnya.Masih mengucek dua mata yang tembelekan, Rawai Tingkis tidak begitu mendengar perkataan Rawas Kalat.“Hoi Rawai Tingkis, kau mendengarku?!”“Huammm, apa yang kau katakana?”“Warga berkumpul di halaman istana, menuntutmu untuk menjadi Adipati Medang!”“-A …Apa?” Rawai Tingkis terkejut, “Celaka! Cepat! Cepatlah!”Dia mengambur, langsung berdiri dan menyambar pedang gading cempaka, mengenakan jubahnya, dan mulai sibuk mencari beberapa benda yang mungkin dapat dia masukan ke dalam jubah tersebut.Rawas Kalat melihat tingkah Rawai Tingkis hanya bisa menggaruk kepalanya yang entah kenapa mendadak gatal.“Kita akan pergi,” ucap Rawai Tingkis.“Tunggu, apa yang kau katakana Rawai Tingkis?” Danur Jaya muncul di depan pemuda tersebut, lalau menarik kerah baju belakangnya. “Kau tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja!”“Benar, kau benar …” Rawai Tingkis mon
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

Sebuah Kuburan

Setelah beberapa utusan Padepokan Surya tiba di Kadipaten Dinang, Rawai Tingkis beserta empat temannya akhirnya melanjutkan perjalanan mereka.Tujuannya untuk menemukan keluarga kerajan Indra Pura, yang kemungkinan besar berada di Pulau Tengkorak.Ya, tidak ada tempat lain yang lebih memungkinkan untuk berlindung kecuali pulau tersebut, karena memang keberadaan pulau itu tidak termasuk ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan manapun.Jikapun mereka tidak ada di sana, kemungkinan besar mereka tinggal di beberapa pulau kecil lainnya, yang tidak jauh dari Pulau Tengkorak.“Kakang, terima kasih …”gadis yang sempat dibantu oleh Rawai Tingkis memberikan salam perpisahan kepada pemuda itu, sebelum mereka meninggalkan Kadipaten Dinang.“Hahaha …sampai bertemu lagi di lain waktu, semuanya!” ucap Rawai Tingkis, melambaikan tangannya lalu pergi berlalu.Semua orang menangis saat melepas kepergian Rawai Tingkis, kehilangan sosok pahlawan seperti dirinya tentu saja menyisakan perasaan tersendiri di lu
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

Lima Kapal Musuh

Danur Jaya melakukan penghormatan terakhir di depan makam Pangeran Nundru, seraya mengucapkan permintaan maaf karena tidak dapat membantu Indra Pura saat menghadapi Bulan Merah.Sementara itu, Rawai Tingkis berkeliling di pulau tersebut, tapi saat ini ada banyak desa telah berdiri di sana.Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, pulau ini sepertinya telah diminati oleh banyak orang untuk dijadikan sebagai tempat tinggal mereka.Rawai Tingkis merasa lebih heran lagi, kala melihat ada banyak orang kaya yang telah tinggal di sini.Setelah berkeliling cukup lama, Rawai Tingkis kembali lagi, dan bertanya kepada pria tua kenalannya.“Mengenai orang di sini, sebenarnya mereka ini adalah orang-orang yang didesannya telah hambis dijarah oleh para bandit berkedok satria suci.”Rupanya, mereka menjadi betah tinggal di sini, dan memutuskan untuk menjadikan pulau kecil tanpa nama ini sebagai rumah baru bagi mereka.“Jadi ada untungnya Penjaga Dunia mendirikan markas cabang di Pulau Tengkorak, para b
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Teknik Rahasia Rinjani

Situasi di pulau itu mulai bertambah kacau, dengan kedatangan empat kapal dalam waktu yang bersamaan.Para satria suci Penjaga Dunia, turun dari kapal seperti gerlombolan semut yang mengincar setumpuk gula.Mereka berwajah garang, dengan jubah Penjaga Dunia melekat di punggung mereka.Semuanya berseru lantang, mengucapkan kata, “hancurkan para pemberontak yang menentang Penjaga Dunia!”Hanya mendengar suara sepatu yang mereka kenakan, bulu kuduk para warga langsung merinding. Jelas mereka sangat ketakutan.Sialnya, hanya ada lima petarung yang akan menghadapi mereka, dan sialnya satu petarung malah sibuk membantai musuh di atas kapal.Beberapa kelompok satria penjaga dunia, masuk ke dalam rumah warga, menghamburkan seisi rumah, sebelum kemudian meratakannya dengan tanah.“Siapapun juga yang bersembunyi di dalam rumah, segera tangkap! Jika perlu bunuh saja!” ucap komandan pasukan tersebut.Tidak butuh waktu lama bagi mereka, untuk menyapu rumah warga yang ada di pulau tersebut. Dengan
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Pemilik Tenaga Dalam Terkuat

Teknik menyalurkan tenaga dalam milik Rinjani mungkin terdengar umum dikalangan anggota Padepokan Surya, tapi cara yang dilakukan oleh kebanyakan mereka berbeda dengan gadis ini.Umumnya, mereka menyalurkan tenaga dalam dengan cara berkontak kulit secara langsung. Meletakan telapak tangan ke pundak seseorang, adalah cara paling umum dilakukan.Namun berbeda dengan Rinjani, dia mampu menyalurkan tenaga dalam dari jarak yang cukup jauh.Sekitar 5 depa jauhnya, Rinjani masih mampu untuk mengirimkan tenaga dalam miliknya, seperti yang dilakukan oleh gadis itu kepada Danur Jaya.Bukan hanya itu saja, dia mampu mengobati Danur Jaya, jika pemuda tersebut mungkin terkena serangan dari pihak lawan.Saat ini, Rinjani masih mempelajari cara menyerap ramuan atau obat-obatan, untuk disalurkan kepada pasien dari jarak yang cukup jauh.Jika teknik ini berhasil dilakukan, kemungkinan besar Rinjani akan menjadi penyumbang bantuan paling besar di kelompok Rawai Tingkis.Dia mungkin akan menjadi orang
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Biarkan Meraka Pergi

Sebelum menghadapi komandan tersebut, Rawai Tingkis menghadapi puluhan satria penjaga dunia yang ingin menjajal kekuatan atau hanya sekedar mengantar nyawa.Namun sejak tadi, Rawai Tingkis tidak menahan diri lagi. Dia tahu jika dalam situasi seperti ini, masih bercanda dan setengah hati, kemungkinan besar warga di pulau ini dalam bahaya.Karena itu, Rawai Tingkis menjelma menjadi dewa kematian bagi satria-satria tersebut.Tidak ada yang sanggup menahan tebasan gading cempaka, tidak ada! Bahkan untuk menjatuhkan tiga sampai lima orang musuhnya, Rawai Tingkis hanya membutuhkan satu kali tebasan saja.Langkah Rawai Tingkis kini meninggalkan genangan darah dan mayat musuh. Mata berwarna kuning, begitu tajam menatap lawan-lawannya yang datang tak ada habisnya.Sesekali, Rawai Tingkis tersenyum dingin, sebelum darah melintasi bibirnya yang tipis.Danur Jaya menatap pertarungan itu dari jauh, akhirnya memutuskan untuk tidak mengkhawatirkan Rawai Tingkis.Sekarang, sebenarnya tidak ada satupu
last updateLast Updated : 2023-05-25
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
26
DMCA.com Protection Status