“Rawai Tingkis, warga meminta dirimu menjadi Adipati Dinang, bagaimana ini?” Rawas Kalat berkata ketika pemuda itu terjaga dari tidurnya.Masih mengucek dua mata yang tembelekan, Rawai Tingkis tidak begitu mendengar perkataan Rawas Kalat.“Hoi Rawai Tingkis, kau mendengarku?!”“Huammm, apa yang kau katakana?”“Warga berkumpul di halaman istana, menuntutmu untuk menjadi Adipati Medang!”“-A …Apa?” Rawai Tingkis terkejut, “Celaka! Cepat! Cepatlah!”Dia mengambur, langsung berdiri dan menyambar pedang gading cempaka, mengenakan jubahnya, dan mulai sibuk mencari beberapa benda yang mungkin dapat dia masukan ke dalam jubah tersebut.Rawas Kalat melihat tingkah Rawai Tingkis hanya bisa menggaruk kepalanya yang entah kenapa mendadak gatal.“Kita akan pergi,” ucap Rawai Tingkis.“Tunggu, apa yang kau katakana Rawai Tingkis?” Danur Jaya muncul di depan pemuda tersebut, lalau menarik kerah baju belakangnya. “Kau tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja!”“Benar, kau benar …” Rawai Tingkis mon
Setelah beberapa utusan Padepokan Surya tiba di Kadipaten Dinang, Rawai Tingkis beserta empat temannya akhirnya melanjutkan perjalanan mereka.Tujuannya untuk menemukan keluarga kerajan Indra Pura, yang kemungkinan besar berada di Pulau Tengkorak.Ya, tidak ada tempat lain yang lebih memungkinkan untuk berlindung kecuali pulau tersebut, karena memang keberadaan pulau itu tidak termasuk ke dalam wilayah kekuasaan kerajaan manapun.Jikapun mereka tidak ada di sana, kemungkinan besar mereka tinggal di beberapa pulau kecil lainnya, yang tidak jauh dari Pulau Tengkorak.“Kakang, terima kasih …”gadis yang sempat dibantu oleh Rawai Tingkis memberikan salam perpisahan kepada pemuda itu, sebelum mereka meninggalkan Kadipaten Dinang.“Hahaha …sampai bertemu lagi di lain waktu, semuanya!” ucap Rawai Tingkis, melambaikan tangannya lalu pergi berlalu.Semua orang menangis saat melepas kepergian Rawai Tingkis, kehilangan sosok pahlawan seperti dirinya tentu saja menyisakan perasaan tersendiri di lu
Danur Jaya melakukan penghormatan terakhir di depan makam Pangeran Nundru, seraya mengucapkan permintaan maaf karena tidak dapat membantu Indra Pura saat menghadapi Bulan Merah.Sementara itu, Rawai Tingkis berkeliling di pulau tersebut, tapi saat ini ada banyak desa telah berdiri di sana.Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, pulau ini sepertinya telah diminati oleh banyak orang untuk dijadikan sebagai tempat tinggal mereka.Rawai Tingkis merasa lebih heran lagi, kala melihat ada banyak orang kaya yang telah tinggal di sini.Setelah berkeliling cukup lama, Rawai Tingkis kembali lagi, dan bertanya kepada pria tua kenalannya.“Mengenai orang di sini, sebenarnya mereka ini adalah orang-orang yang didesannya telah hambis dijarah oleh para bandit berkedok satria suci.”Rupanya, mereka menjadi betah tinggal di sini, dan memutuskan untuk menjadikan pulau kecil tanpa nama ini sebagai rumah baru bagi mereka.“Jadi ada untungnya Penjaga Dunia mendirikan markas cabang di Pulau Tengkorak, para b
Situasi di pulau itu mulai bertambah kacau, dengan kedatangan empat kapal dalam waktu yang bersamaan.Para satria suci Penjaga Dunia, turun dari kapal seperti gerlombolan semut yang mengincar setumpuk gula.Mereka berwajah garang, dengan jubah Penjaga Dunia melekat di punggung mereka.Semuanya berseru lantang, mengucapkan kata, “hancurkan para pemberontak yang menentang Penjaga Dunia!”Hanya mendengar suara sepatu yang mereka kenakan, bulu kuduk para warga langsung merinding. Jelas mereka sangat ketakutan.Sialnya, hanya ada lima petarung yang akan menghadapi mereka, dan sialnya satu petarung malah sibuk membantai musuh di atas kapal.Beberapa kelompok satria penjaga dunia, masuk ke dalam rumah warga, menghamburkan seisi rumah, sebelum kemudian meratakannya dengan tanah.“Siapapun juga yang bersembunyi di dalam rumah, segera tangkap! Jika perlu bunuh saja!” ucap komandan pasukan tersebut.Tidak butuh waktu lama bagi mereka, untuk menyapu rumah warga yang ada di pulau tersebut. Dengan
Teknik menyalurkan tenaga dalam milik Rinjani mungkin terdengar umum dikalangan anggota Padepokan Surya, tapi cara yang dilakukan oleh kebanyakan mereka berbeda dengan gadis ini.Umumnya, mereka menyalurkan tenaga dalam dengan cara berkontak kulit secara langsung. Meletakan telapak tangan ke pundak seseorang, adalah cara paling umum dilakukan.Namun berbeda dengan Rinjani, dia mampu menyalurkan tenaga dalam dari jarak yang cukup jauh.Sekitar 5 depa jauhnya, Rinjani masih mampu untuk mengirimkan tenaga dalam miliknya, seperti yang dilakukan oleh gadis itu kepada Danur Jaya.Bukan hanya itu saja, dia mampu mengobati Danur Jaya, jika pemuda tersebut mungkin terkena serangan dari pihak lawan.Saat ini, Rinjani masih mempelajari cara menyerap ramuan atau obat-obatan, untuk disalurkan kepada pasien dari jarak yang cukup jauh.Jika teknik ini berhasil dilakukan, kemungkinan besar Rinjani akan menjadi penyumbang bantuan paling besar di kelompok Rawai Tingkis.Dia mungkin akan menjadi orang
Sebelum menghadapi komandan tersebut, Rawai Tingkis menghadapi puluhan satria penjaga dunia yang ingin menjajal kekuatan atau hanya sekedar mengantar nyawa.Namun sejak tadi, Rawai Tingkis tidak menahan diri lagi. Dia tahu jika dalam situasi seperti ini, masih bercanda dan setengah hati, kemungkinan besar warga di pulau ini dalam bahaya.Karena itu, Rawai Tingkis menjelma menjadi dewa kematian bagi satria-satria tersebut.Tidak ada yang sanggup menahan tebasan gading cempaka, tidak ada! Bahkan untuk menjatuhkan tiga sampai lima orang musuhnya, Rawai Tingkis hanya membutuhkan satu kali tebasan saja.Langkah Rawai Tingkis kini meninggalkan genangan darah dan mayat musuh. Mata berwarna kuning, begitu tajam menatap lawan-lawannya yang datang tak ada habisnya.Sesekali, Rawai Tingkis tersenyum dingin, sebelum darah melintasi bibirnya yang tipis.Danur Jaya menatap pertarungan itu dari jauh, akhirnya memutuskan untuk tidak mengkhawatirkan Rawai Tingkis.Sekarang, sebenarnya tidak ada satupu
Rawai Tingkis dan teman-temannya tinggal di pulau ini beberapa hari, sembari berjaga-jaga, khawatir jika musuh datang kembali dengan pasukan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.Namun sampai hari ini, tidak ada satupun satria penjaga dunia yang menampakan batang hidungnya.Di puncak bukit kecil itu, Rawai Tingkis dan teman-temannya menatap satu batu nisan lagi yang di tempatkan di sebelah nisan Prabu Dera.“Ini adalah sedikit orang yang kita ketahui, telah meninggal dunia karena mempertahankan prinsip, keluarga, dan martabatnya sebagai manusia …” ucap Rawai Tingkis. “Di luar sana, mungkin ratusan atau bahkan ribuan orang mati setiap bulannya. Kita manusia tidak hancur oleh roh suci, kita manusia hancur karena kita sendiri, terkadang aku tidak tahu apakah prinsipku ini benar atau salah, memberikan dampak baik atau bahkan sebaliknya, namun aku tegaskan! Penjaga Dunia harus dimusnahkan!”“Rawai Tingkis, apa yang akan kita lakukan?” tanya Danur Jaya.“Kita akan mengambil Pulau Tengkorak
Kapal yang dibuat oleh Rawas Kalat dengan bantuan Danur Jaya akhirnya berhasil dibuat. Sebuah kapal yang sangat indah tapi juga tidak mengurangi tingkat kekuatannya.Rawai Tingkis naik ke atas kapal, dan menyapukan pandangan ke segala arah.Sepertinya, Rawai Tingkis sedang memikirkan sesuatu, terlihat dari kerutan di kening pemuda itu.Danur Jaya yang tanggap langsung mendekati Rawai Tingkis, “Apa lagi yang kau pikirkan saat ini, jangan bilang jika maalah burung atau ikan?”“Danur Jaya, apa kau pernah mendengar kerajaan maritim?” tanya Rawai Tingkis. “Aku memikirkan hal tersebut, bagaimana jika kita tinggal di atas kapal? Menjadikan kapal ini sebagai markas utama kita? Itu terdengar menarik, sebuah markas yang tidak pernah ada di dalam peta, berpindah tempat seperti ikan?”Danur Jaya tersenyum mendengar ucapan Rawai Tingkis, dia jelas tidak menduga Rawai Tingkis memiliki pemikiran sejauh itu, bahkan mengetahui istilah kerajaan maritim.Meskipun, konsepnya sedikit berbeda dengan Keraja