Rawai Tingkis dan teman-temannya tinggal di pulau ini beberapa hari, sembari berjaga-jaga, khawatir jika musuh datang kembali dengan pasukan yang jauh lebih besar dari sebelumnya.Namun sampai hari ini, tidak ada satupun satria penjaga dunia yang menampakan batang hidungnya.Di puncak bukit kecil itu, Rawai Tingkis dan teman-temannya menatap satu batu nisan lagi yang di tempatkan di sebelah nisan Prabu Dera.“Ini adalah sedikit orang yang kita ketahui, telah meninggal dunia karena mempertahankan prinsip, keluarga, dan martabatnya sebagai manusia …” ucap Rawai Tingkis. “Di luar sana, mungkin ratusan atau bahkan ribuan orang mati setiap bulannya. Kita manusia tidak hancur oleh roh suci, kita manusia hancur karena kita sendiri, terkadang aku tidak tahu apakah prinsipku ini benar atau salah, memberikan dampak baik atau bahkan sebaliknya, namun aku tegaskan! Penjaga Dunia harus dimusnahkan!”“Rawai Tingkis, apa yang akan kita lakukan?” tanya Danur Jaya.“Kita akan mengambil Pulau Tengkorak
Kapal yang dibuat oleh Rawas Kalat dengan bantuan Danur Jaya akhirnya berhasil dibuat. Sebuah kapal yang sangat indah tapi juga tidak mengurangi tingkat kekuatannya.Rawai Tingkis naik ke atas kapal, dan menyapukan pandangan ke segala arah.Sepertinya, Rawai Tingkis sedang memikirkan sesuatu, terlihat dari kerutan di kening pemuda itu.Danur Jaya yang tanggap langsung mendekati Rawai Tingkis, “Apa lagi yang kau pikirkan saat ini, jangan bilang jika maalah burung atau ikan?”“Danur Jaya, apa kau pernah mendengar kerajaan maritim?” tanya Rawai Tingkis. “Aku memikirkan hal tersebut, bagaimana jika kita tinggal di atas kapal? Menjadikan kapal ini sebagai markas utama kita? Itu terdengar menarik, sebuah markas yang tidak pernah ada di dalam peta, berpindah tempat seperti ikan?”Danur Jaya tersenyum mendengar ucapan Rawai Tingkis, dia jelas tidak menduga Rawai Tingkis memiliki pemikiran sejauh itu, bahkan mengetahui istilah kerajaan maritim.Meskipun, konsepnya sedikit berbeda dengan Keraja
Danur Jaya sebenarnya tidak yakin dengan perintah Rawai Tingkis, sebeb musuh yang harus dihadapi mereka berjumlah sangat banyak. Tak terhitung berapa ratus satria yang akan mereka hadapi hari ini.Karenanya, Danur Jaya membuat sebuah rencana yang sedikit berbeda, meskipun pada dasarnya tidak menetang perintah Rawai Tingkis.Namun, Rawai Tingkis setelah memberi perintah langsung pergi lebih dahulu. Dia menyelinap dari kapal ke kapal, lalu melompat ke pinggiran pantai, dan terus melaju menuju markas cabang Penjaga Dunia.Sementara itu, setiap langkah Rawai Tingkis membuat perasaan Putri Intan Kumala menjadi gundah gulana. Jikalah bukan karena perintah Rawai Tingkis, gadis itu sudah sejak tadi mengikuti pemuda tersebut.“Kakang Danur Jaya,” ucap Rawas Kalat, “aku rasa Rawai Tingkis tidak bisa dilepaskan seperti itu, kabarnya pulau ini adalah kampung halamannya, tapi aku tidak yakin dia akan tiba di markas cabang musuh.”“Biarkan saja,” ucap Danur Jaya. “Dia pasti akan menemukan petunjuk.
Jika memang ada sesuatu di dalam jurang tanpa batas, kemungkinan mereka sengaja menggenangkan air di jurang tersebut, untuk membawa benda yang mereka inginkan.“Sepertinya jurang itu memiliki batasnya,” timpal Rawas Kalat, sembari mengelus dagunya. “Kenapa pula kau berni nama jurang tanpa batas?”“Eh, sejak aku berada di sini, jurang itu sudah bernama tanpa batas, tanyakan kepada orang tua dulu yang menemukan Pulau Tengkorak!”“Eh, satria itu sepertinya lebih pintar, mereka tahu ada rahasia di dalam jurang tersebut …”“Mungkin saja,” ucap Rawai Tingkis, “eh, kenapa kau menatapku seperti itu? Sudah aku katakan, bukan aku yang memberi nama jurang itu!”“Ah…baiklah, sekarang mari kita pergi ke jurang! Untuk memastikan dugaan kita berdua!” ucap Rawas Kalat.Setelah meniti jalanan yang terjal, mendaki tebing curam yang lincin, sembari bersembunyi dari pengejaran para satria Penjaga Dunia, akhirnya dua orang ini tiba pula di sebuah bangunan aneh.Rawai Tingkis tidak pernah melihat bangunan
Setelah menghabisi serigala tersebut, Rawai Tingkis kembali memasuki beberapa ruangan yang ada di dalam bangunan terebut, tapi sampai sekarang dia belum menemukan aliran sungai di dalam bangunan atau pula jurang kuno.Namun, perjalanan mereka kali ini sedikit lebih menegangkan karena bertemu dengan hewan-hewan yang sama dengan serigala barusan.Semua hewan berukuran besar, bahkan kelinci sekalipun memiliki tubuh sebesar anak sapi, dan begitu buas.Ah, tidak ada satupun hewan jinak di dalam bangunan ini.Bagi Rawas Kalat, pirmida ini bukan hanya menyimpan sebuah pertanyaan, tapi juga merupakan kandang bagi hewan-hewan raksasa.Sampai sekarangpun, telah lebih dari 20 hewan raksasa yang mereka habisi, dan belum menemukan petunjuk mengenai hewan tersebut.Tidak ada satupun lorong atau ruangan yang tidak memiliki hewan besar, tapi kebanyakan dari mereka dirantai dan dibelenggu.Sekali lagi, tidak ada satupun dari hewan itu yang luput dari pedang gading cempaka, seolah mereka adalah roh suc
Danur Jaya merasakan bahaya akan menimpa dua temannya, dan berniat untuk membantu mereka, tapi saat ini semua orang berkumpul di sekitara Danur Jaya.Dia hanya memiliki sedikit celah untuk melewati satria penjaga dunia, bahkan melakukan gerakan kecil dapat menarik perhatian musuh.Danur Jaya hanya tidak terlihat oleh pandangan mata, tapi bukan berarti tubuhnya tembus seperti udara.Jika melakukan sentuhan, keberadaan Danur Jaya tetap akan diketahui oleh pihak musuhnya.Ini akan berbahaya bagi pemuda tersebut.“Sial apa yang harus aku lakukan,” gumam Danur Jaya, sembari bergeser perlahan dari tempatnya, ketika para satria mendekati pemuda tersebut.Melakukan serangan saat ini tidak mungkin dapat dilakukan, karena anak panah pasti akan langsung nampak di mata musuhnya.“Tidak ada siapapun di sini,” salah satu satria penjaga memberikan penjelaskan kepada teman-temannya.Mereka telah mengelilingi tempat tersebut, naik ke atas atap beberapa bangunan, naik ke pohon dan batu-batu besar, tapi
Petinggi cabang berambut cepak mungkin bisa menghindari serangan Putri Intan Kumala, tidak dengan anak panah Danur Jaya saat ini.Saat melihat anak panah bergerak cepat ke arahnya, Petinggi itu dengan senyum penuh percaya diri menangkis anak panah tersebut.Dia mengayunkan belatinya sekuat tenaga, mengira bisa membelah anak panah Danur Jaya menjadi dua bagian, seperti yang dilakukannya terhadap kerikil Putri Intan Kumala.Namun, ketika mata belati bertemu dengan ujung mata tombak…Booom.Sebuah ledakan besar terjadi. Satu belati terlempar dari tanga Petinggi Cabang, berikut pula dengan tubuhnya yang berputar beberapa kali di udara, sebelum kemudian terjerumus di antara anak buahnya sendiri.Teng. Belati menancap di tanah, tidak selang beberapa lama muncul retakan pada senjata tersebut, lalu berubah menjadi kepingan logam kecil.“Seorang pemanaha?” Petinggi itu menyapukan pandangan ke sekeliling, mencoba mencari keberadaan Danur Jaya. “Apa kalian melihat seseorang?” tanya dirinya lagi.
Ya, rupanya Danur Jaya menggunakan panah berbeda sejak dari tadi. Dia telah menduga hal buruk akan terjadi, karena itu Danur Jaya meletakan beberapa busur panah pada tempat-tempat yang telah ditentukan olehnya.Bahkan, kapal-kapal yang dia hancurkan sebenarnya berasal dari busur panah yang berbeda dengan busur panah miliknya.Kemampuan jubah malam telah memberikan banyak keuntungan bagi Danur Jaya, dia dapat menyelinap dan mencuri beberapa busur panah, lalu mengatur posisi tanpa diketahui oleh musuh-musuhnya.Sebagai mantan seorang senopati utama,tentu saja Danur Jaya mengetahui kelemahannya lebih dari siapapun juga, tapi Jubah Malam berhasil meminimalkan kelemahan tersebut.Sekarang, tanpa siapapun yang mengetahuinya, Danur Jaya telah membidik petinggi cabang dengan busur panah andalan.Wush…Kali ini danur jaya melepaskan tiga anak panah sekaligus.“Kau pikir aku tidak melihat anak panahmu!” ucap petinggi kepala cepak, “tiga anak panah, aku akan menangkisnya!”Namun tepat sebelum pr
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma