Danur Jaya merasakan bahaya akan menimpa dua temannya, dan berniat untuk membantu mereka, tapi saat ini semua orang berkumpul di sekitara Danur Jaya.Dia hanya memiliki sedikit celah untuk melewati satria penjaga dunia, bahkan melakukan gerakan kecil dapat menarik perhatian musuh.Danur Jaya hanya tidak terlihat oleh pandangan mata, tapi bukan berarti tubuhnya tembus seperti udara.Jika melakukan sentuhan, keberadaan Danur Jaya tetap akan diketahui oleh pihak musuhnya.Ini akan berbahaya bagi pemuda tersebut.“Sial apa yang harus aku lakukan,” gumam Danur Jaya, sembari bergeser perlahan dari tempatnya, ketika para satria mendekati pemuda tersebut.Melakukan serangan saat ini tidak mungkin dapat dilakukan, karena anak panah pasti akan langsung nampak di mata musuhnya.“Tidak ada siapapun di sini,” salah satu satria penjaga memberikan penjelaskan kepada teman-temannya.Mereka telah mengelilingi tempat tersebut, naik ke atas atap beberapa bangunan, naik ke pohon dan batu-batu besar, tapi
Petinggi cabang berambut cepak mungkin bisa menghindari serangan Putri Intan Kumala, tidak dengan anak panah Danur Jaya saat ini.Saat melihat anak panah bergerak cepat ke arahnya, Petinggi itu dengan senyum penuh percaya diri menangkis anak panah tersebut.Dia mengayunkan belatinya sekuat tenaga, mengira bisa membelah anak panah Danur Jaya menjadi dua bagian, seperti yang dilakukannya terhadap kerikil Putri Intan Kumala.Namun, ketika mata belati bertemu dengan ujung mata tombak…Booom.Sebuah ledakan besar terjadi. Satu belati terlempar dari tanga Petinggi Cabang, berikut pula dengan tubuhnya yang berputar beberapa kali di udara, sebelum kemudian terjerumus di antara anak buahnya sendiri.Teng. Belati menancap di tanah, tidak selang beberapa lama muncul retakan pada senjata tersebut, lalu berubah menjadi kepingan logam kecil.“Seorang pemanaha?” Petinggi itu menyapukan pandangan ke sekeliling, mencoba mencari keberadaan Danur Jaya. “Apa kalian melihat seseorang?” tanya dirinya lagi.
Ya, rupanya Danur Jaya menggunakan panah berbeda sejak dari tadi. Dia telah menduga hal buruk akan terjadi, karena itu Danur Jaya meletakan beberapa busur panah pada tempat-tempat yang telah ditentukan olehnya.Bahkan, kapal-kapal yang dia hancurkan sebenarnya berasal dari busur panah yang berbeda dengan busur panah miliknya.Kemampuan jubah malam telah memberikan banyak keuntungan bagi Danur Jaya, dia dapat menyelinap dan mencuri beberapa busur panah, lalu mengatur posisi tanpa diketahui oleh musuh-musuhnya.Sebagai mantan seorang senopati utama,tentu saja Danur Jaya mengetahui kelemahannya lebih dari siapapun juga, tapi Jubah Malam berhasil meminimalkan kelemahan tersebut.Sekarang, tanpa siapapun yang mengetahuinya, Danur Jaya telah membidik petinggi cabang dengan busur panah andalan.Wush…Kali ini danur jaya melepaskan tiga anak panah sekaligus.“Kau pikir aku tidak melihat anak panahmu!” ucap petinggi kepala cepak, “tiga anak panah, aku akan menangkisnya!”Namun tepat sebelum pr
Sementara Rawas Kalat berhadapan dengan musuhnya, Rawai Tingkis harus menyelesaikan masalah dengan binatang buas dan puluhan satria penjaga dunia.Karena binatang-binatang ini mengincar Rawas Kalat, Rawai Tingkis membawa mereka sedikit menjauh.Satu persatu binatang buas itu dia tending ke jurang, yang lainnya terpaksa dia bunuh.Meski sesekali, ada rasa penasaran dengan rasa daging binatang tersebut, bahkan tidak jarang Rawai Tingkis berniat langsung memanggang dagingnya. Namun tentu saja saat ini hal itu tidak memungkinkan, karena mereka dalam situasi pertarungan yang sengit.Entah berapa banyak binatang yang dihadapi oleh pemuda tersebut, seingat Rawai Tingkis jumlah mereka selalu bertambah setiap waktunya, membuat Rawai Tingkis merasa heran sekaligus kesal.Di sisi lain, para satria penjaga dunia meneriakan seruan kepada binatang itu, semacam kode sandia tau bahasa yang hanya dipahami oleh bangsa binatang saja.Apakah para penjaga ini sedang melakukan pertunjukan sirkus atau semac
Dua petinggi cabang keluar dari istana yang berada tidak jauh dari piramida. Saat mendengar suara-suara aneh, diselingi dengan teriakan, lalu suara raungan binatang, mereka berdua tidak bisa berdiam diri di dalam istana. Rasa penasaran akhirnya terjawab sudah, saat melihat puluhan binatang buas yang mereka penjarakan telah lepas kendali.Keduanya merupakan petinggi yang tersisa, selain satu petinggi terkuat yang sedang berhadapan dengan Rawas Kalat.Keduanya kemudian mempertanyakan keberadaan Petinggi kepala cepak, yang memang bertugas mengatur pasukan di luar.Namun salah satu dari anak buah mereka, alias satria penjaga dunia melaporkan semua yang telah terjadi di pulau ini.Mulai dari kematian Petinggi Kepala Cepak, sampai dengan hilangnya kendali atas binatang buas.Kedua petinggi itu tentu saja sangat terkejut mendengar laporan itu, dua hal yang diinformasikan oleh bawahan mereka sama anehnya.Pertama, Petinggi kepala cepak bukanlah orang lemah, dia adalah petinggi nomor tiga terb
Gemuruh banjir bandang berhasil menyapu semua satria penjaga dunia yang berada di pinggiran aliran bekas sungai.Entah apa yang terjadi dengan mereka setelah terhempas oleh banjir bandang. Sepertinya, mereka akan tenggelam ke lautan, atau paling tidak mereka kehabisan tenaga.Tidak banyak orang yang mampu bertahan dalam air, bahkan jika itu satria suci sekalipun.Di sisi lain, masih terlihat Putri Intan Kumala melayang di udara dengan semua reruntuhan bendungan yang mengelilingi dirinya seperti cincin raksasa.Pandangan mata tertuju kepada gadis itu dengan wajah ketakutan.Danur Jaya sendiri, melihat sosok Putri Intan Kumala yang berbeda dari sebelumnya.Entah kenapa, aura gadis tersebut membuat Danur Jaya merinding. Bahkan senyumnya telah berubah, penuh misteri.Tatapan Putri Intan Kumala terkesan datar, dingin dan mengintimidasi.Kini Danur Jaya mendongak ke langit, saat Putri Intan Kumala terbang melewati dirinya, dengan semua reruntuhan bendungan yang berputar pelan.“Apakah dia b
“Jurus Tinju Dewa Mabuk!”Rawas Kalat mulai bertingkah seperti kesurupan, dengan gerakan yang tak beraturan, dan sesekali melakukan bantingan sendiri.Sementara di sisi lain, lawannya sudah siap menghadapi serangan Rawas Kalat.Setelah saling memasang kuda-kuda, keduanya kemudian langsung saling menyerang.Teriakan ke duanya terdengar bersamaan, sebelum kemudian benturan dua pukulan bertemu. Kilatan cahaya biru terlihat untuk beberapa saat, di susul dengan gelombang kejut bertekanan tinggi, yang membuat sebagian dinding di dalam ruangan ini bergetar kuat.Namun…“Kau tidak cukup kuat untuk menahan jurus ini …” senyum Rawas Kalat sepintas muncul di bibirnya yang tipis, dengan mata menyala-nyala, energi tenaga dalam mengalir lebih besar menuju sarung tinjunya.“A …-apa?” hanya ucapan ini yang terdengar dari mulu petinggi cabang, sebelum kemudian tinju Rawas Kalat mulai menekan dirinya.Krak.Tangan petinggi itu mulai patah, tulangnya hancur, tapi ini tidak berhenti, retakan-retakan teru
Rawai Tingkis menutup matanya sejenak, hanya sepersekian detik saja, sebelum kemudian tebasan pedangnya bergerak lebih cepat dari kedipan mata lawannya.Akibat tebasan tersebut, energi menembus dinding hingga keluar dari piramida.Bruk.Lawannya jatuh di hadapan Rawai Tingkis, dan pemuda itu tidak ingin melihat apa yang terjadi setelahnya. Rawai Tingkis langsung berbalik badan.Dia mendekati Rawas Kalat, “bagaimana situasinya?” tanya Rawas Kalat.Rawas Kalat tersenyum sembari menunjukan ibu jari yang keluar dari sarung tangannya.“Sepertinya, teman-teman kita sudah menghancurkan bendungan di luar, sungai di sini telah mengering,” ucap Rawas Kalat, kemudian dia memandang Rawai Tingkis dan bertanya, “apa yang harus kita lakukan terhadap Jurang Tanpa Batas ini?”“Hancurkan!” ucap Rawai Tingkis.“Kau tidak tertarik dengan ‘senjata’ yang mereka maksud?” Rawas Kalat merasa sangat menyangkan senjata yang dimaksud oleh Penjaga Dunia, dan berharap jika Rawai Tingkis atau pula Padepokan Surya d