Merasakan getaran aura suci yang cukup kuat, Pimpinan Cabang menjadi tersentak, terkejut sekaligus merinding. Perasaan takut mulai menguasai dirinya, tapi kemudian segera ditepis sejauh mungkin.Namun sayangnya, Rawai Tingkis telah berada tepat dihadapan pria tersebut, sembari mengayunkan pedangnya dengan kekuatan besar.Kali ini, gadah tidak sempat digunakan untuk menahan serangan Rawai Tingkis.“Bocah ini-“ Pimpinan Cabang lagi-lagi terkejut, tapi kemudian tubuhnya terlempar entah berapa puluh depa jauhnya.Namun kini, luka tebasan harus dia rasakan oleh Pimpinan tersebut. Tepat dari bahu kanannya sampai ke perut bagian kiri, ada sebuah luka yang memanjang dan cukup dalam.Tulang rusuknya barang kali teriris saat ini.“Uhuk.” Pria itu memuntahkan darah dari dalam mulutnya.Dia mulai merasa panas, nyeri dan perih dalam waktu yang bersamaan. Perasaan tersebut tentu saja timbul karena luka besar yang didapatkan dari Rawai Tingkis.Berusaha berdiri, dan menyeimbangkan tubuhnya, pria itu
Hampir saja, tebing tinggi itu juga hancur karena tinju kuat Rawas Kalat.Merasakan kekuatan tersebut, Pimpinan Cabang itu menampakan ekspresi terkejut luar biasa. Sungguh dia tidak menduga, jika Rawas Kalat memiliki kemampuan tinju yang begitu besar.Namun jika dia tahu, bahwa kekuatan Rawas Kalat pada dasarnya tidaklah lebih besar dari Rawai Tingkis, barang kali dia tidak akan memulai pertarungan ini.Saat melihat piramida itu hancur, Rawai Tingkis tertawa terbahak-bahak, pemuda itu bahkan menunjukan ibu jarinya ke arah Rawas Kalat.“Bagus, aku tahu kau pasti bisa melakukannya?” timpal Rawai Tingkis.“Anak muda, siapa kalian sebenarnya?” tanya Pimpinan Cabang itu, “aku tidak pernah melihat manusia normal memiliki kekuatan sebesar itu sebelumnya. Padepokan Surya, seperti apa kalian sebenarnya? Pergerakan kalian telah menjadi ancaman bagi Penjaga Dunia, kami telah menemukan banyak sekali kelompok yang kuat, tapi tidak ada yang seperti kalian.”Rawai Tingkis tersenyum tipis sebelum kem
Rawai Tingkis berdiam di pulau tersebut selama beberapa minggu lamanya. Di pulau tersebut, Rawai Tingkis beserta teman-temannya membimbing para binatang buas untuk mengamankan pulau ini dari musuh yang akan kembali menyerang.Terkadang,Rawai Tingkis berpikir keras mengenai binatang tersebut, darimana asalnya, kenapa mereka bisa menjadi besar seperti ini, atau apakah mereka diciptakan oleh para ilmuan dunia? Entahlah, sampai saat ini tidak ada yang tahu asal muasal binatang tersebut, kecuali mungkin para petinggi Penjaga Dunia.Di sisi lain, Rawas Kalat malah sibuk berlatih dengan kepalan tinjunya. Dia melakukan ratusan kali gerakan setiap satu jam, kemudian beristirahat lalu melakukan lagi latihan.Barulah setelah menjelang petang hari, Rawas Kalat akan membantu teman-temannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari.Dia juga kadang ditugaskan untuk menambah beberapa bagian pada kapal kecil mereka.Seperti menciptakan sebuah bendera. Bendera Bayangkara.“Sekarang markas kita sudah selesa
Akhirnya dengan begini, Teliksanda menjadi organisasi dibidang informasi paling besar di dunia.Namun satu hal yang tidak diketahui oleh Penjaga Dunia, Teliksanda tidak hanya menjual informasi kepada mereka saja, tapi kepada siapapun yang layak mendapatkan informasi yang mereka miliki. Tentu saja dengan harga yang bervariasi.“Rawai Tingkis akan diburu oleh Penjaga Dunia mulai hari ini,” ucap Pimpinan Teliksanda, berbicara di balik kamar yang dikelilingi oleh tirai, sehingga tidak ada yang tahu siapa sebenarnya orang ini, tapi yang jelas, pimpinan ini mengenal Rawai Tingkis, bahkan cukup dekat dengan Rawai Tingkis.“Apa tidak masalah memberikan informasi seputar Rawai Tingkis kepada Penjaga Dunia?” salah satu pria pincang mendekati pimpinan Teliksanda itu.“Dunia harus mengendal siapa Rawai Tingkis, orang yang berpotensi mengancam Penjaga Dunia …hahaha …”Meski sepertinya berbahaya, tapi tampaknya tujuan Pimpnan Teliksanda lebih khusus untuk mengenalkan Rawai Tingkis pada dunia.Dia t
Rawai Tingkis dan temannya kini berada di atas punggung kura-kura purba. Awalnya punggung itu, tidak udabhnya seperti punggung kura-kura biasa, hanya saja berukuran besar, tapi seiring waktu berjalan, mulai ditumbunuhi oleh tanaman dan lumut, hingga pepohonan yang tinggi dan, dan pada akhirnya punggung itu menjelma menjadi hutan belantara, alias sebuah pulau bergerak.Menurut kitab pengobatan di tangan Rinjani, hanya tanaman yang berkualitas dapat tumbuh di punggung kura-kura tersebut. Inilah yang menjadikannya sebagai surga bagi para tabib.Tidak banyak tabib atau ahli medis yang menemukan kura-kura tersebut. Tanpa keberuntungan barang kali Rinjani juga tidak mungkin menemukan kura-kura itu.“Putri Intan Kumala, bantu mencari jenis tanaman ini, ini dan ini …” Rinjani menunjukan contoh tanaman kepada Putri Intan Kumala.“Aku akan menemani kalian berdua,” ucap Danur Jaya.Ketiganya lalau pergi meninggalkan Rawai Tingkis dan Rawas Kalat di tepi punggung Kura-kura tersebut.“Ini membosan
Setelah beberapa saat kemudian.“Lega sudah rasanya!” ucap Nenek Baba itu. “Aku sudah kembali, sekarang apa yang kalian usulkan?”“Siapkan Ritual penumbalan!” teriak Baba tua itu.“AHHHKKKKK!!!” terdengar suara teriakan di luar.Semua mahluk di dalam sontak menoleh ke arah pintu keluar, tapi suara teriakan itu seolah ada dimana-mana.Rinjani langsung tersenyum tipis saat ini, karena dia mengenal pemilik teriakan tersebut. Tidak lain dan tidak bukan adalah, Rawai Tingkis.“Pimpinan Bayangkara,” ucap Rinjani. “Kalian telah berurusan dengan orang yang salah.”“Pimpinan, memangnya sekuat apa manusia itu?”Belum pula satu detik setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh Panglima Baba, tiba-tiba ada getaran di luar pohon besar tersebut.Beberapa saat kemudian.Wush.Energi pedang yang sangat kuat baru saja melintasi pohon tersebut. Gelombang udara yang dihasilkan oleh tebasannya, membuat mahluk baba tercengang sekaligus merasa takut.“Siapa yang ingin kalian jadikan tumbal, Mahluk Kerdil kuran
Baru pula Rawai Tingkis hendak dipancung oleh mahluk kerdil itu, tiba-tiba langsung terjadi gempa pada pulau tersebut.Membuat arah mata senjata mahluk tersebut, senjata yang dibuat dari batu pipih di asah dan gagang kayu, meleset dari batang leher Rawai Tingkis.“Ahkkk …hampir saja!” Rawai Tingkis menatap mata senjata yang berada hanya dua atau tiga jari dari kepalanya.“Apa yang terjadi dengan Kura Purba?” tanya Komandan Baba, “Tidak biasanya dia bertindak seperti ini?”Sejenak situasi sedikit tenang, tapi kala Komandan Baba hendak mengeksekusi Rawai Tingkis, tiba-tiba pulau itu bergetar lagi.Kali ini jauh lebih kuat, nyaris membuat semua mahluk kerdil itu terjungkang karena getaran gempa yang lumayan besar.Lagi-lagi senjata algojo tidak berhasil melukai batang leher Rawai Tingkis.“Kura Purba!” teriak komandan Baba, “apa yang terjadi, kami sedang mengadakan ritual pengorbanan untuk diberikan kepadamu …”Mendengar teriakan Komandan Baba, Kura Purba malah kembali menggoyang tubuhny
Setelah beberapa saat kemudian, semua suku Baba berhasil dikalahkan, sebagian dari mereka melarikan diri, tapi hanya menunggu waktu sampai Rawas Kalat menemukannya, dan membantingnya ke tanah.Jika bukan karena Perintah Rawai Tingkis, mereka mungkin sudah banyak yang mati, karena ulah Rawas Kalat.Sekitar 40 Baba kini di ikat dengan menggunakan akar sulur. Akar sulur yang sama untuk mengikat Rawai Tingkis dan dua temannya.“Kalian mau mati?!” Rawas Kalat menarik leher Komandan Baba. “Ha? Kau ingin mati!”“Kami tidak ingin menyakiti kalian,” ucap Rawai Tingkis, “kami hanya datang untuk meminta sedikit tanaman obat yang ada di pulau ini, itu saja.”“Setiap manusia yang datang ke pulau Kura Purba, selalu menghancurkan hutan ini. Mengambil semua tanaman obat-obatan, dan membunuh banyak anak-anak kami.”Pernah ada sekelompok manusia yang kebetulan mendarat di pulau tersebut. Awalnya, mereka menampakan kebaikan di hadapan Suku Baba.Melihat kebaikan itu, Suku Baba menjamu manusia tersebut d