Akhirnya dengan begini, Teliksanda menjadi organisasi dibidang informasi paling besar di dunia.Namun satu hal yang tidak diketahui oleh Penjaga Dunia, Teliksanda tidak hanya menjual informasi kepada mereka saja, tapi kepada siapapun yang layak mendapatkan informasi yang mereka miliki. Tentu saja dengan harga yang bervariasi.“Rawai Tingkis akan diburu oleh Penjaga Dunia mulai hari ini,” ucap Pimpinan Teliksanda, berbicara di balik kamar yang dikelilingi oleh tirai, sehingga tidak ada yang tahu siapa sebenarnya orang ini, tapi yang jelas, pimpinan ini mengenal Rawai Tingkis, bahkan cukup dekat dengan Rawai Tingkis.“Apa tidak masalah memberikan informasi seputar Rawai Tingkis kepada Penjaga Dunia?” salah satu pria pincang mendekati pimpinan Teliksanda itu.“Dunia harus mengendal siapa Rawai Tingkis, orang yang berpotensi mengancam Penjaga Dunia …hahaha …”Meski sepertinya berbahaya, tapi tampaknya tujuan Pimpnan Teliksanda lebih khusus untuk mengenalkan Rawai Tingkis pada dunia.Dia t
Rawai Tingkis dan temannya kini berada di atas punggung kura-kura purba. Awalnya punggung itu, tidak udabhnya seperti punggung kura-kura biasa, hanya saja berukuran besar, tapi seiring waktu berjalan, mulai ditumbunuhi oleh tanaman dan lumut, hingga pepohonan yang tinggi dan, dan pada akhirnya punggung itu menjelma menjadi hutan belantara, alias sebuah pulau bergerak.Menurut kitab pengobatan di tangan Rinjani, hanya tanaman yang berkualitas dapat tumbuh di punggung kura-kura tersebut. Inilah yang menjadikannya sebagai surga bagi para tabib.Tidak banyak tabib atau ahli medis yang menemukan kura-kura tersebut. Tanpa keberuntungan barang kali Rinjani juga tidak mungkin menemukan kura-kura itu.“Putri Intan Kumala, bantu mencari jenis tanaman ini, ini dan ini …” Rinjani menunjukan contoh tanaman kepada Putri Intan Kumala.“Aku akan menemani kalian berdua,” ucap Danur Jaya.Ketiganya lalau pergi meninggalkan Rawai Tingkis dan Rawas Kalat di tepi punggung Kura-kura tersebut.“Ini membosan
Setelah beberapa saat kemudian.“Lega sudah rasanya!” ucap Nenek Baba itu. “Aku sudah kembali, sekarang apa yang kalian usulkan?”“Siapkan Ritual penumbalan!” teriak Baba tua itu.“AHHHKKKKK!!!” terdengar suara teriakan di luar.Semua mahluk di dalam sontak menoleh ke arah pintu keluar, tapi suara teriakan itu seolah ada dimana-mana.Rinjani langsung tersenyum tipis saat ini, karena dia mengenal pemilik teriakan tersebut. Tidak lain dan tidak bukan adalah, Rawai Tingkis.“Pimpinan Bayangkara,” ucap Rinjani. “Kalian telah berurusan dengan orang yang salah.”“Pimpinan, memangnya sekuat apa manusia itu?”Belum pula satu detik setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh Panglima Baba, tiba-tiba ada getaran di luar pohon besar tersebut.Beberapa saat kemudian.Wush.Energi pedang yang sangat kuat baru saja melintasi pohon tersebut. Gelombang udara yang dihasilkan oleh tebasannya, membuat mahluk baba tercengang sekaligus merasa takut.“Siapa yang ingin kalian jadikan tumbal, Mahluk Kerdil kuran
Baru pula Rawai Tingkis hendak dipancung oleh mahluk kerdil itu, tiba-tiba langsung terjadi gempa pada pulau tersebut.Membuat arah mata senjata mahluk tersebut, senjata yang dibuat dari batu pipih di asah dan gagang kayu, meleset dari batang leher Rawai Tingkis.“Ahkkk …hampir saja!” Rawai Tingkis menatap mata senjata yang berada hanya dua atau tiga jari dari kepalanya.“Apa yang terjadi dengan Kura Purba?” tanya Komandan Baba, “Tidak biasanya dia bertindak seperti ini?”Sejenak situasi sedikit tenang, tapi kala Komandan Baba hendak mengeksekusi Rawai Tingkis, tiba-tiba pulau itu bergetar lagi.Kali ini jauh lebih kuat, nyaris membuat semua mahluk kerdil itu terjungkang karena getaran gempa yang lumayan besar.Lagi-lagi senjata algojo tidak berhasil melukai batang leher Rawai Tingkis.“Kura Purba!” teriak komandan Baba, “apa yang terjadi, kami sedang mengadakan ritual pengorbanan untuk diberikan kepadamu …”Mendengar teriakan Komandan Baba, Kura Purba malah kembali menggoyang tubuhny
Setelah beberapa saat kemudian, semua suku Baba berhasil dikalahkan, sebagian dari mereka melarikan diri, tapi hanya menunggu waktu sampai Rawas Kalat menemukannya, dan membantingnya ke tanah.Jika bukan karena Perintah Rawai Tingkis, mereka mungkin sudah banyak yang mati, karena ulah Rawas Kalat.Sekitar 40 Baba kini di ikat dengan menggunakan akar sulur. Akar sulur yang sama untuk mengikat Rawai Tingkis dan dua temannya.“Kalian mau mati?!” Rawas Kalat menarik leher Komandan Baba. “Ha? Kau ingin mati!”“Kami tidak ingin menyakiti kalian,” ucap Rawai Tingkis, “kami hanya datang untuk meminta sedikit tanaman obat yang ada di pulau ini, itu saja.”“Setiap manusia yang datang ke pulau Kura Purba, selalu menghancurkan hutan ini. Mengambil semua tanaman obat-obatan, dan membunuh banyak anak-anak kami.”Pernah ada sekelompok manusia yang kebetulan mendarat di pulau tersebut. Awalnya, mereka menampakan kebaikan di hadapan Suku Baba.Melihat kebaikan itu, Suku Baba menjamu manusia tersebut d
“Akhirnya aku menemukan pulau ini, surga bagi para ahli medis, hitunglah! Berapa banyak harta yang akan kita dapatkan jika mengambil semua tanaman disana!”Pria itu penuh semangat memberi perintah kepada anak buahnya untuk menepikan kapal ke pulau.“Tuan, ada kapal kecil berada di depan kita,” ucap salah satu satria penjaga.“Kapal kecil? Berarti ada orang yang lebih dahulu mendarat di sini, baguslah …kita rampas semua yang mereka miliki …hahaha …”Di sisi lain, Kura Purba mengetahui akan ada bahaya, jadi dia mendayung lebih kuat dari biasanya.Kura Purba tidak berniat menerima tamu tidak di undang naik ke atas punggungnya, lebih lagi saat ini ada Rawai Tingkis yang merupakan titisan Bocah Angon.“Apa yang terjadi? Kenapa kita belum menepi?” Pimpinan kapal itu mulai geram, dua jam telah menuggu, tapi kapal besar ini tidak kunjung mencapai pinggiran pulau.“Pulaunya bergerak menjauh,” timpal anak buahnya.“Pulau terkutuk ini mencoba melarikan diri ya? Buka kain layar, kita kejar!”Pulu
“Semuanya bertahan!” Rawai Tingkis berteriak keras, di mana Putri Intan Kumala berada di dalam pelukannya yang erat.Badai berlangsung sedikit lebih lama dari yang diduga, tapi beruntung Suku Baba tidak terluka parah.Menariknya, ide Kura purba dengan membawa semuanya ke dalam badai sedikit lebih berhasil.Puluhan satria penjaga dunia telah diterbangkan ke langit oleh badai, menyisakan setengah dari pasukan tersebut.Sisanya mulai bergerak menuju ke dalaman hutan, tapi Pimpinan Satria Penjaga Dunia bergerak ke arah lain.Dia ingin membalas dendam. Beberapa detik sebelumnya, pria itu melihat kepala Kura Purba berada di atas permukaan air, dan memutuskan untuk membunuhnya.Dia memiliki sedikit informasi tentang Kura Purba, salah satu roh suci yang telah berumur ribuan tahun.Jika berhasil membunuh raksasa tersebut, dia tidak hanya akan mendapatkan banyak harta dari tanaman obat, tapi tentu pula dari kerangka tubuh kura purba itu sendiri.Berapa banyak emas yang dapat dia hasilkan setela
Tebasan Rawai Tingkis berhasil memotong semua kuku buatan yang digunakan untuk mengendalikan benang emas.Selain itu, pedang gading cempaka juga berhasil menyayat lengan pengguna benang emas itu.Namun sayangnya, kekuatan benang emas tidak main-main. Rawai Tingkis mungkin berhasil menebas alat pengendalinya, tapi bukan benang emas.Benang itu sangat kuat, dan juga lentur. Mungkin karena kelenturan senjata itu, sehingga kekuatan tebasan Pedang Gading Cempaka dapat diminimalisir.Ketika melihat lawannya lengah, Rawas Kalat dengan segera melepaskan sisa benang yang masih terikat di leher Kura Purba.“Kalian telah mempermainkanku!” suara pimpinan musuh terdengar dalam, karena menahan amarah. “Apa kalian pikir dengan menghancurkan alat ini, kalian sudah mengalahkanku? Aku masih memiliki banyak teknik!”Dua detik kemudian, pria itu melakukan sapuan tendangan ke arah Rawai Tingkis. Tendangan jarak jauh, sebab jaraknya dengan Rawai Tingkis sekitar 10 depa.Namun tiba-tiba.Wush.Muncul benang