Tebasan Rawai Tingkis berhasil memotong semua kuku buatan yang digunakan untuk mengendalikan benang emas.Selain itu, pedang gading cempaka juga berhasil menyayat lengan pengguna benang emas itu.Namun sayangnya, kekuatan benang emas tidak main-main. Rawai Tingkis mungkin berhasil menebas alat pengendalinya, tapi bukan benang emas.Benang itu sangat kuat, dan juga lentur. Mungkin karena kelenturan senjata itu, sehingga kekuatan tebasan Pedang Gading Cempaka dapat diminimalisir.Ketika melihat lawannya lengah, Rawas Kalat dengan segera melepaskan sisa benang yang masih terikat di leher Kura Purba.“Kalian telah mempermainkanku!” suara pimpinan musuh terdengar dalam, karena menahan amarah. “Apa kalian pikir dengan menghancurkan alat ini, kalian sudah mengalahkanku? Aku masih memiliki banyak teknik!”Dua detik kemudian, pria itu melakukan sapuan tendangan ke arah Rawai Tingkis. Tendangan jarak jauh, sebab jaraknya dengan Rawai Tingkis sekitar 10 depa.Namun tiba-tiba.Wush.Muncul benang
“Ini sudah lebih dari cukup,” ucap Putri Intan Kumala. “Bagaimana Nek?”“Dia meniru kentutku, tapi ….” Nenek baba tidak ingin ketinggalan, jadi dia melompat seperti katak, lalu mendaratkan bokongnya ke wajah musuh.Frut.Suara kentut terdengar, langsung membuat satria penjaga dunia berbuih, dan jatuh pingsan tanpa sempat melakukan perlawanan.Rupanya, setiap suku baba telah dibekali oleh kain yang menutup hidung dan mulut mereka. Rinjani menggunakan ramuan khusus telah membuat penutup mulut itu anti terhadap aroma busuk.“Ini waktunya bagi kita menyerang!” Komandan Baba menghambur, menerjang musuh-musuhnya. Melempar mereka ke udara, membanting ke tanah.Sepintas akan terlihat beberapa satria penjaga dunia yang melayang ke udara, melewati ujung-ujung pohon tinggi.Sesekali ada pula yang dilempar sampai ke lautan.Berkat Rinjani, mengalahkan musuh menjadi lebih mudah dilakukan. Tidak ada satupun dari mereka yang bertahan dari aroma busuk, lebih lagi setelah dibantu oleh Nenek Baba.Pert
Rawai Tingkis masih terjebak di dalam sarang laba-laba yang digunakan oleh musuhnya. Sekarang, jangankan melakukan serangan, menggerakan lengan saja cukup menyulitkan bagi Rawai Tingkis.Semua benang yang berjalin seperti sarang laba-laba ini sangat lengket. Inilah yang membuat Rawai Tingkis begitu kesulitan untuk bergerak dan melepaskannya.“Saat ini, kau tidak punya kesempatan untuk keluar dari jeratku, pada akhirnya kita sudah tahu siapa yang akan menjadi pemanang dalam pertarungan ini.”Pria itu mendekati Rawai Tingkis dengan sombong, sembari mempermainkan benag di kakinya.Sesekali, dia menggunakan kaki itu untuk memotong beberapa pohon yang berdiri di antara dirinya dan Rawai Tingkis, seolah ingin menunjukan cara dirinya membunuh Rawai Tingkis.Benang emas yang menjerat Rawai Tingkis mungkin tidak tajam, mungkin tidak akan melukai pemuda tersebut, tapi pada intinya serangan musuhnyalah yang akan melukai pemuda itu.“Sial, aku tidak bisa menggunakan pedang gading cempaka untuk me
Setelah pertempuran itu, Rinjani meminta kepada Rawai Tingkis untuk berhenti sejenak di tempat ini.Ada banyak hal yang ingin dilakukan Rinjani di sini, terutama menyelidiki beberapa tanaman dan membuat sumber daya yang dapat membantu teman-temannya.“Aku ingin membuat sebuah pil untuk meningkatkan kualitas tubuh manusia biasa setara dengan satria suci.” Rinjani beranggapan bahwa manusia bisa mendapatkan kulit kebal, tulang keras dan otot kuat melebihi satria suci.Jika mutiara emas dapat meningkatkan kekuatan pisik dan membuat kulit menjadi kebal, bukan hal mustahil tanaman langka di sini dapat melakukan hal yang serupa bagi manusia.Jika dia berhasil menciptakan sumber daya seperti itu, ini tentu saja akan membantu perjuangan Rawai Tingkis.Sumber daya ini akan membantu Putri Intan Kumala untuk mengendalikan kekuatannya, dan berguna pula bagi Rawas Kalat yang cendrung menggunakan serangan jarak dekat.Rinjani menjelaskan, lebih lanjut bahwa kemungkinan besar sumber daya yang akan di
Sekarang, dengan resmi Pulau Kura Purba menjadi markas besar bagi Kelompok Bayangkara.Rawai Tingkis meminta kepada Putri Intan Kumala untuk merajut sebuah bendera Bayang Kara berukuran besar, yang akan dikibarkan di atas pulau itu.Berkat bantuan para Suku Baba, Putri Intan Kumala merajut benang sutra dari ulat sutra yang ada di pulau tersebut.Entah seperti ada sihir di pulau itu, semua ulat sutra dengan bergerombol membantu menyediakan bahan untuk dibuat sutra.Seolah, seluruh penduduk pulau telah bersatu padu untuk membantu Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawas Kalat mulai mengumpulkan banyak kayu untuk membuat sebuah benteng berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Danur Jaya.Bantuan Suku Baba begitu besar, mereka menarik kayu-kayu besar, sebelum dibelah atau dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil.“Aku membutuhkan batu dan banyak telur, untuk membuat pondasi yang kokoh…” Rawas Kalat melapor pada Rawai Tingkis. “Kita harus mendarat di pulau terdekat untuk membawa bebatuan.”“Danur
Dua bulan telah berlalu, Bayangkara masih belum bergerak. Banyak orang menunggu berita mengenai kelompok kecil ini, tapi pada akhirnya Rawai Tingkis masih berada di Pulau Kura Purba.Dua bulan ini digunakan oleh kelompok mereka untuk meningkatkan kekuatan. Rinjani berhasil menciptakan beberapa pil untuk meningkatkan kekuatan tubuh teman-temannya.Dia juga mulai mengembangkan gas beracun menjadi lebih bervariasi, dan dapat dikendalikan menggunakan tenaga dalamnya.Rinjani mulai mengembangkan metode pengobatan dari jarak jauh sebagaimana dia menyalurkan tenaga dalamnya dari jarak jauh.Sebagai garda paling belakang yang memiliki sedikit sekali teknik serangan, Rinjani berhasil menciptakan sebuah teknik khusus untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.“Kelopak Bunga …” Rinjani menamakan teknik baru yang dimilikinya.Kelopak bunga terbentuk dari tenaga dalamnya dan bantuan beberapa sumber daya yang dia buat. Mirip seperti kelopak bunga rafflesia, yang akan melindungi Rinjani dari ser
Setibanya di tepi Dermaga, Rawai Tingkis dan Rawas Kalat menuju kedai paling besar yang ada di tepi pantai.Sudah sangat lamat diak mencicipi , daging bakar besar setelah sekian lama mengapung di tengah lautan.Rawas Kalat yang biasanya tidak menyukai tuak, hari ini malah memesan tuak di kedai tersebut.“Kau tidak akan mabuk?” tanya Rawai Tingkis, “Akan sangat merepotkan jika kau sampai teler …”“Tidak akan, tuak di sini tidak begitu kuat, hanya tuak yang pernah dibuat oleh Kakek yang mampu membuatku mabuk,” timpal Rawas Kalat.Pemuda itu kemudian menoleh ke arah pemilik kedai, dengan mengangkat dua jari tangannya, “ Dua kendi tuak …!”“Satu kambing bakar,” sambung Rawai Tingkis.“Apa kau punya uang?” bisik Rawas Kalat.“Hehehe …pinjamkan aku uang, besok aku kembalikan …”“Eleh, gayamu memesang satu ekor kambing panggang?”“Ayolah, aku tidak tahan lagi …”Beruntung Rawas Kalat membawa uang, jika tidak mereka akan datang ke kedai ini dengan perasaan malu.Setelah mencari tempat duduk y
“Apa yang terjadi, kenapa aku merasa begitu takut?” salah satu dari 7 berandalan itu menampakan ekspresi luar biasa takut, dengan peluh sebesar biji jagung yang jatuh membasahi dadanya.“Apa yang akan kalian lakukan Orang-orang jahil?” Rawai Tingkis berjalan mendekati kedai tersebut, dengan tatapan mata yang tajam dan mengintimidasi.“Ku …kurang ajar? Siapa …siapa dirimu? Berani sekali kau melakukan trik seperti ini kepada kelompok Bayangkara! Kau tidak takut melawan Pimpinan Kami, dia adalah orang yang mampu menghancurkan Markas Cabang di Pulau Tengkorak! Jangan macam-macam dengan kami?”“Apa yang kalian katakana?” Rawai Tingkis mengambil sebilah kayu di dekat tong air yang berada di sudut bangunan kedai.“Katakan kepada Pimpinanmu!” ucap Rawai Tingkis, sembari mengangkat bilah kayu itu, “Carilah lawan yang sepadan, jangan hanya berani dengan rakyat biasa!”Setelah berkata seperti itu, Rawai Tingkis memukul mereka dengan kayu. Kekuatan pukulan itu, masih sama seperti kala dia menggun
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma