Belum puas rasanya menghajar Rawai Tingkis Palsu, Putri Intan Kumala melepaskan beberapa banyak kerikil musuhnya.“Kumala, ap aitu tidak berlebihan?” gumam Rawai Tingkis.Barulah Putri Intan Kumala menghentikan tindakannya, setelah lawan kehilangan kesadaran. Tidak terhitung lagi berapa banyak serangan yang diarahkan kepada musuhnya, Putri Intan Kumala tidak peduli.Bagi dirinya, menghina Rawai Tingkis berarti mencari mati.Melihat Rawai Tingkis Palsu yang dihajar habis-habisan, semua orang di sana hanya terbelalak. Mata mereka bak akan melompat keluar dari kelopaknya.“Apa yang terjadi sebenarnya?” ucap mereka. “Kenapa Rawai Tingkis dapat dikalahkan dengan begitu mudah oleh gadis tersebut?”“Rawai Tingkis? Rawai Tingkis apanya?!” bentak Putri Intan Kumala. “Aku akan menarik lidah kalian keluar dari mulut dan akal bodoh kalian, jika menyebut pria ini sebagai Rawai Tingkis.”Putri Intan Kumala kemudian menunjuk pemuda di belakangnya, dan berkata kepada mereka, “Inilah Rawai Tingkis itu
Hari yang sama, Danur Jaya mencari nformasi mengenai Dermaga tersebut. Rupanya, Dermaga ini sebenarnya dikuasai oleh salah satu Adipati.Ada satu kadipaten kecil di tempat ini, yang memiliki wilayah terbentang di sepanjang pesisir pantai.Namun, Adipati itu dilengserkan dari kekuasaanya oleh anak-anak buahnya sendiri, para prajurit dan para senopati muda.“Dulunya, kami lebih tentram dan tenang, tapi kini Kadipaten Pantai Anyar telah menjadi wilayah yang diperebutkan oleh banyak kelompok.”Menurut penuturan salah satu warga yang ditemui oleh Danur Jaya, semenjak kelengseran Adipati sebelumnya, para Senopati Muda yang telah mengambil alih kursi jabatan tidak dapat menjalankan tugas mereka dengan benar.Kebanyakan dari mereka adalah pengguna Mutiara Emas, artinya para Satria Suci.Dengan dibatasinya mutiara emas oleh Indra Pura, perederan sumber daya kekuatan itu menjadi sangat terbatas.Muncul lagi beberapa konflik internal di dalam istana Kadipaten yang meruncing pada kehancuran.Tang
Rawai Tingkis meninggalkan tempat itu dengan para penipu yang dijadikan sebagai pengaman dermaga.Namun, ada beberapa aturan diterapkan kepada para penipu tersebut. Pertama mereka tidak boleh mengambil pajak keamanan lebih dari 10 keping perak setiap bulannya. Jika aturan ini dilarang, mereka akan berhadapan dengan Rawai Tingkis, dengan sesal berkepanjangan.Ke dua, mereka boleh menguasai dermaga kecil ini. Awalnya bangunan dermaga memang dikuasai oleh pemerintah Kadipaten Pantai Anyar, tapi karena kadipaten itu telah runtuh, kepemilikan dermaga ini jatuh kepada kelompok yang menguasainya.30% dari pendapatakan dermaga ini akan diberikan kepada para penipu ini, sebagai upah, dan 70% akan diberikan kepada Kelompok Bayangkara.Rawai Tingkis, menyerahkan semua pendapatannya untuk membangun kesejahteraan rakyat. Hal ini dilakukan, agar tidak ada satupun rakyat yang bekerja sebagai pencuri, perampok atau pula penjual di pasar kegelapan.Tidak ada keutungan bagi Kelompok Bayangkara. Satu pe
“Siapa yang kau bilang sudah mati?” Rinjani menimpali, “Jaga bicara kalian, meski demikian, Rawai Tingkis juga pernah tinggal di Padepokan Surya. Dia mendapatkan banyak kepercayaan dari petinggi Padepokan.”“Itu karena di penjilat,” timpal satunya lagi. “Begini saja, bagaimana jika kalian berdua bergabung bersama kami, bukankah itu lebih baik. Danur Jaya! Kau adalah pemanah hebat, begitu disayangkan jika menjadi bawahan Rawai Tingkis yang lemah itu.”“Aku tidak akan menghianati temanku,” timpal Danur Jaya. “Apa kalian tidak ada kerjaan? Banyak hal yang bisa dilakukan di sini, daripada menghina orang yang jelas-jelas lebih kuat dari kalian semua.”Setelah berkata seperti itu, Danur Jaya langsung meninggalkan ke lima Manusia Murni.Namun salah satunya malah memanggil Rinjani, dan mengajaknya bergabung dengan kelompok mereka.Kehebatan Rinjani dalam dunia pengobatan, pasti akan berkembang lebih baik dengan bergabung bersama dengan lima orang itu, dibandingkan dengan Rawai Tingkis.Rinjan
Beberapa orang muncul di depan gapura saat ini. Mereka ada para satria atau mungkin pula para bandit yang menggunakan mutiara emas untuk menjalankan aksinya.“Ada orang jauh datang ke sini, apa tujuanmu, wajahmu dan cara berpakaianmu membuat kami tertawa!” lalu mereka semua yang berjumlah hampir 20 orang ini benar-benar tertawa.“kau punya banyak pasukan, barang apa yang kau bawa? Serahkan itu kepada kami!”“Kalian tidak takut?” timpal Beruang Salju. “Jumlah kami lebih banyak dibandingkan kalian…”“Hahaha … siapa di antara kita yang memiliki jumlah paling banyak?” pria itu kemudian memasukan dua jari ke dalam mulutnya, lalu terdengar suitan panjang dan melengking.Tidak selang beberapa lama, muncul banyak orang di depan gapura, bersenjata lengkap tanpa sarungnya. Wajah-wajah mereka begitu sangar, ada beberapa orang di antara mereka memiliki bekas luka di pipi dan keningnya.Beberapa yang lain bahkan memiliki tato bergambar binatang yang memenuhi lengan tangan.“Kami melarang orang asi
Berita kedatangan Pimpinan Beruang Salju ke Kadipaten Batu Rangas, segera tersebar di seluruh pelosok kota dan sekitarnya.Ditambah dengan kematian semua perampok, membut berita menjadi lebih cepat tersebar.Banyak kelompok yang menjaga jarak, tidak ingin berdekatan dengan orang itu. Sebagai dari mereka memutuskan untuk meninggalkan Kota ini selagi sempat.Ada banyak kutukan yang dilempar kepada pria tersebut, terutama dari kalangan para perampok yang kehilangan teman-temannya.Kedatangan Beruang Salju langsung disambut baik oleh pemilik rumah bordil.“Mimpi apa aku semalam, seorang petinggi Penjaga Dunia datang ke tempat ini,” kata wanita gendut yang mengelola tempat hiburan itu. “Tuan, kau berhasil mengalahkan ratusan perampok, kekuatanmu sangat luar biasa …ini membuat usahaku menjadi lebih baik, terima kasih Tuan.”Wanita gendut menarik sedikit rambutnya, lalu memainkan rambut itu dengan jari telunjuk.Ah, jelek sekali wanita ini. Sudah gendut, tua tapi malah berbedak tebal, membua
Semuanya kini memasang ekspresi wajah yang serius, jatung berdebar dan perasaan yang tidak menentu. Danur Jaya baru saja memasuki penjagaan ketat Rumah Bordil, dan sementara waktu keberadaanya tidak diketahui oleh musuh-musuhnya.Rawai Tingkis berdiri dengan mata tak berkedip, memperhatikan Rumah Bordil dan semua pasukan yang menjaga di halaman bangunan tersebut.Tangan Rawai Tingkis bergetar sejak Danur Jaya pergi meninggalkan mereka, sampai mungkin telah masuk ke dalam penjagaan musuh.“Rawas Kalat,” ucap Rawai Tingkis, ucapan pemuda itu terdengar sangat serius, “Kita akan langsung menyerang, sedikit saja terjadi keributan di sana, kita berdua akan bertindak. Danur Jaya bukanlah petarung jarak dekat.”Rawas Kalat mengeluarkan kendi kecil dari dalam saku bajunya, dia tersenyum dan berkata, “jika tuak ini telah menguasai pikiranku, dan aku tidak kembali menjadi temanmu, maka pedangmu harus memenggal kepalaku, Pimpinan!”Tidak akan setengah hati dalam penyerangan kali ini. Tidak pula a
Situasi di Kadipaten tepatnya di pusat Kadipaten Batu Rangas menjadi tidak terkendali lagi.semua orang saling tuduh menuduh, menciptakan kegaduhan dan perkelahian antara teman dan sahabat.Banyak bangunan yang dihancurkan, banyak nyawa yang melayah, dan jasad berdarah, serta aroma anyir yang menyengat.Sementara itu, Danur Jaya, Rinjani dan Putri Intan Kumala telah melarikan diri secepat mungkin menuju dermaga.Mereka akan pergi ke Pulau Kura untuk menyelamatkan pusaka tersebut.Namun ternyata dugaan Rawai Tingkis memang benar, di perjalanan mereka melihat ada banyak penjaga berkeliaran.Beruang Salju rupanya telah memberi perintah kepada anak buahnya untuk menyisir setiap jalan yang terhubung dengan Kadipaten tersebut.Beruntungnya jubah malam melindungi mereka dari musuh-musuh mereka.Ya, akan sangat berbahaya jika bertemu dengan musuh, Beruang Salju pasti akan menangkap ketiganya.“Berhenti,” ucap Rinjani. “Bersembunyi di sana!”Gadis itu melihat ada sepasukan satria penjaga mendek
Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Bola-bola energi yang dilempar dengan mudah oleh Kelelawar Hitam, tapi menghasilkan dampak yang sangat mengrikan.Dari sini, terlihat betapa hebatnya Kelelawar Hitam sebenarnya, dan dari sini pula terlihat betapa kuatnya Roh Suci pada saat itu.Kekuatan sebesar Kelelawar Hitam bahkan tidak mampu menaklukan Roh Suci tanpa bantuan Satria Roh Suci dan Manusia Murni di jamannya.“Akan kuundang binatang kegelapan,” ucap Kelelawar Hitam.Dia melakukan sebuah gerakan, yang tidak jelas, tapi di ujung gerakan itu, dia mengarahkan telapak tangannya ke atas.Sedetik kemudian, kepulan asap muncul dari telapak tangan itu, lalu tepat di atas kepalanya, sekitar dua atau tiga depa tingginya, asap itu membentuk lingkaran besar.Belum tahu apa yang terjadi atau apa yang akan dilakukan oleh Kelelawar Hitam itu, tapi auranya sudah menyebar ke segala arah, dan berhasil menekan mental Rawas Kalat dan Danur Jaya.“Kalian akan menjadi santapan siang ini!”Dan, tiba-tiba.Goar… mahluk hitam besar muncul dari
Sementara itu, Rawas Kalat dan Danur Jaya masih berjibaku sengit melawan Kelelawar Hitam yang mencoba menemukan keberadaan Rawi Tingkis.Dua pemuda mati-matian menahan Kelelawar Hitam, mencoba melakukan yang terbaik meski kerap mendapatkan luka pada bagian tubuh mereka.Sesekali akan terlihat debu jamur raksasa menghiasi udara siang ini, ketika salah satu dari mereka dihempas kasar ke permukaan tanah.Jangan bertanya berapa banyak darah yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya, sebab luka yang diterima ke dua pemuda itu tiada terhitung jumlahnya.Menghadai manusia yang memiliki energi mistik dalam jumlah besar, memang sangat menyulitkan.Bahkan, nyawa mereka kini seolah berada di ujung tanduk, hanya menunggu kematian saja.Sayangnya, tekad dan semangat juang ke dua pemuda itu tidak dapat dianggap remeh.Jatuh bangun hal biasa, kini keduanya mulai bersahabat dengan luka-luka.Setelah kehabisan anak panah, Danur Jaya terpaksa menggunakan busur panah untuk bertarung. Busur itu dijadikan sema
Kelelawar Hitam menepis seluruh api yang menyelimuti dirinya dengan asap hitam, lalu berdiri setelah jatuh di atas tumpukan kerikil. Dia memandang Rawas Kalat dengan penuh emosi.“Kalian juga bagian dari pencurian Seruling Emas-““Memangnya kenapa?” timpal Rawas Kalat.Mendengar jawaban itu, wajah Kelelawar Hitam menjadi padam, dia menahan nafasnya dengn rahang yang mengeras, lalu dia berkata, “kalau begitu, kau juga harus mati!”Kelelawar Hitam langsung berubah menjadi asap dan menggempur Rawas Kalat dari segala sisi.Asap hitam secara alami mungkin tidak dapat menghantam tubuh manusia, tapi tidak dengan asap hitam milik Kelelawar Hitam.Asap itu terasa sangat keras sehingga membuat Rawas Kalat begitu kesulitan untuk menahan semua serangan Kelelawar Hitam.Dalam sebuah momen, Rawas Kalat mencoba memukul asap tersebut, tapi tangannya malah terjebak oleh asap itu.Dia tidak bisa menarik tangannya, seolah melekat kuat dalam kepulan asap.Di saat yang sama pula, muncul asap menyerupai ma